telkomsel halo

Kondisi Makro Galau, Distributor Gelisah

08:13:23 | 08 Jan 2014
Kondisi Makro Galau, Distributor Gelisah
Ilustrasi (Dok)
JAKARTA (IndoTelko)  – Kondisi makro ekonomi yang tengah gonjang-ganjing dengan terus terdepresiasinya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, rencana kenaikan BI rate oleh Bank Indonesia, dan digelarnya Pemilu membuat para distributor produk Teknologi Informasi (TI) menjadi gelisah.

Para pelaku usaha memutuskan untuk menunda dulu penetapan target kinerja 2014 sembari melihat kondisi  makro ekonomi  dalam waktu satu hingga dua bulan mendatang.

“Kami belum berani menargetkan pertumbuhan usaha untuk 2014 karena kondisi perekonomian yang tidak pasti dan adanya Pemilu legislatif dan Presiden. Ini membuat dunia usaha dalam posisi wait and see,” ungkap Chief Financial Officer dan Corporate Secretary Metrodata Electronics Randy Kartadinata, kemarin.

Diungkapkannya, perseroan baru berani menetapkan target pertumbuhan dalam waktu satu hingga dua bulan ke depan melihat kondisi yang ada. “Kami cermati dulu nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dan BI Rate,” ungkapnya.

Seperti diketahui, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS sepanjang 2013 terdepresiasi  mencapai 26%-27%. Tahun 2014 baru dibuka beberapa hari, kurs rupiah terus menunjukkan pelemahan. Bank Indonesia juga tengah berencana menaikkan kembali BI Rate yang bisa menekan pelaku usaha.

Lebih lanjut dikatakannya, untuk kinerja selama 2013 walau masih belum selesai proses tutup buku tetapi sinyalnya cerah. “Kita berhasil mendapatkan realisasi diatas target baik top line dan bottom line sebesar 10%. Ini perkiraan kasar. nanti kalau sudah selesai semua perhitungan baru bisa diumumkan angka resminya,” jelasnya.

Sebelumnya, perseroan pada tahun ini menetapkan target  keuntungan sekitar di kisaran Rp 96 miliar. Sedangkan pendapatan sekitar  Rp 6 triliun. Jika target yang dicapai melebihi 10%, alhasil keuntungan Metrodata di 2013 diperkirakan Rp 105,6 miliar dan pendapatan Rp 6,6 triliun.

Harga Terkoreksi
Sementara  Direktur Utama TiPhone Mobile Indonesia Tan Lie Pin mewaspadai daya beli masyarakat seiring adanya perubahan harga ponsel karena terdepresiasinya rupiah terhadap dollar AS.

“Kami harus pintar-pintar melihat kondisi makro ini. Kita tetap berusaha agar pertumbuhan penjualan voucher dan ponsel itu seimbang,” katanya.

Diungkapkannya,  pelemahan rupiah saat ini membuat harga handset di segmen high-end menjadi stabil. Padahal sebelumnya, harga handset di segmen tersebut dapat turun dalam periode tertentu.

"Tetapi ada juga konsumen yang memilih segmen medium karena tidak bisa menjangkau produk premium. Kita akan terbantu kalau dari vendor juga memproduksi dengan harga terjangkau,” jelasnya.

Menurutnya, walau ada Pemilu, penjualan ponsel belum tentu terkerek naik. “Bukan Pemilu yang mendorong penjualan smartphone, tetapi migrasi dari pengguna 2G ke 3G karena jaringan operator kian siap dan pengguna yang haus akses data.  Kami melihat industri masih tumbuh 10%-15% yang didorong peralihan handset 2G ke 3G,” katanya.

Corporate Secretary Erajaya Swasebada Djatmiko Wardoyo mengungkapkan dalam mengantisipasi kondisi makro terutama  berlanjutnya pelemahan rupiah, perseroan menyiapkan tiga strategi yakni  mengikuti harga importir,  berdiskusi dengan prinsipal agar kenaikan harga handset dapat disesuaikan, atau hedging pada periode tertentu.

"Semua strategi ini kami terapkan secara paralel, tergantung dari masing-masing prinsipal. Perlu diingat, bahwa pelemahan rupiah tidak otomatis menaikan harga handset. Tepatnya, tidak semua tipe mengalami kenaikan harga,” pungkasnya.(id)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
IndoTelko Idul Fitri 2024
More Stories
Data Center Service Provider of the year