telkomsel halo

Bakrie Telecom Terbuka Berkonsolidasi

09:06:51 | 31 Dec 2013
Bakrie Telecom Terbuka Berkonsolidasi
Ilustrasi (DOK)
JAKARTA (IndoTelko) - PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) mengaku tak keberatan dengan wacana berkonsolidasi di frekuensi 850 MHz agar lebih kompetitif di masa depan.

"Soal isu konsolidasi bagi pemain 850 MHz seperti yang diusulkan pemerintah kita terbuka saja. Tetapi untuk sekarang kita dalam pertumbuhan usaha masih fokus ke organik," ungkap President Director Bakrie Telecom Jastiro Abi, belum lama ini.

Diakuinya, konsolidasi yang ideal memang dengan pemain yang berada dalam frekuensi sama agar spektrum yang dikuasai menjadi lebih lebar. "Kita terbuka saja kalau ada diskusi," tambahnya.

Sebelumnya, Bakrie Telecom menunda konsolidasinya dengan PT Sampoerna Telekomunikasi Indonesia (STI) karena ingin fokus kepada peningkatan kondisi internal.

“Soal merger dan akuisisi (M&A) dengan STI, kami fokus ke perbaikan kondisi internal dulu dari esia. Aksi korporasi berupa swap  share dan lainnya itu belum terjadi,” ungkapnya.   

Seperti diketahui, pada Maret 2012 Bakrie Telecom mengumumkan rencana mengakuisisi 35% saham STI  melalui skema penukaran saham (share swap).  

Perseroan telah meneken perjanjian jual beli bersyarat (CSPA) dengan pemegang saham STI, yakni Sampoerna Strategic dan Polaris, pada 13 Maret 2012.

Emiten halo-halo ini juga akan mendapatkan opsi menguasai 100% saham STI dalam tiga tahun jika CSPA itu berubah menjadi akta jual beli. Sebagai imbalan, Sampoerna Strategic, selaku pemilik STI, akan menggenggam 6% saham BTEL.

Sebenarnya, jika aksi korporasi itu berhasil, Bakrie Telecom Bakrie akan mendapat tambahan frekuensi dari pemilik merek Ceria itu sebesar 7,5 MHz di frekuensi 450 MHz. Esia sendiri telah memiliki frekuensi di 850 Mhz selebar 5 MHz.

Butuh waktu
Sementara itu, Presiden Direktur Smartfren Telecom Merza Fachys mengakui melakukan pembicaraan tidak resmi mengenai konsolidasi dengan berbagai operator seluler dan Kementerian Komunikasi dan Informatika.  

"Kami sedang pelajari kemungkinan konsolidasi dengan siapa pun yang dapat menyehatkan industri CDMA yang masih merugi. Konsolidasi ini mencakup sinergi di segala bidang yang memungkinkan dan sesuai peraturan yang berlaku," katanya.
 
Menurut Merza industri CDMA dinilai cukup pelik. Sebab jumlah sumber daya frekuensinya berbanding terbalik dengan jumlah operator yang ada. Rata-rata operator CDMA hanya memiliki total pita lebar frekuensi 3-5 MegaHertz (MHz).

Sementara jumlah operatornya ada lima, yakni PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dengan brand Flexi, StarOne dari PT Indosat Tbk (ISAT), Ceria dari PT Sampoerna Telekomunikasi, Smartfren, dan Esia dari PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL). Smartfren sendiri memiliki total pita  5 MHz di frekuensi 850 MHz.

"Konsolidasi butuh upaya besar, baik dari belanja modal, biaya operasional, jaringan, dan lain-lain. Kami masih dalam tahap mendasar untuk membahas arah industri ini. Jika poin itu belum jelas, kami belum bisa bahas poin selanjutnya. Intinya, pembicaraan ini butuh waktu lama untuk menuju kesimpulan,"katanya.

Sebelumnya, Menkominfo Tifatul Sembiring mengatakan bersatunya teknologi 4G dengan standar 3GPP (LTE) menjadikan para pemain di 850 MHz harus berfikir untuk berkonsolidasi.

"Saya telah instruksikan kepada Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) untuk mendalami dan mencari solusinya. Beberapa masukan yang kami dapat dari BRTI antara lain mengganti teknologinya menjadi teknologi netral. Nanti bisa untuk LTE, kerjasama operasi, bahkan akuisisi dan merger. Ini yang menjadi bahan pertimbangan," katanya.(id)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
IndoTelko Idul Fitri 2024
More Stories
Data Center Service Provider of the year