telkomsel halo

Smart City Butuh Broadband

11:07:11 | 04 Dec 2013
Smart City Butuh Broadband
Suhono Harso Supangkat (Dok)
JAKARTA (IndoTelko) – Indonesia membutuhkan akses broadband yang stabil dan luas agar smartcity bisa diwujudkan di masa mendatang.

“Teknologi broadband adalah salah satu yang dibutuhkan untuk mewujudkan dari sisi infrastruktur selain transportasi umum, air, energi, lingkungan hidup. Faktor lainnya adalah kepemimpinan, komitmen dan peran serta swasta, masyarakat dan universita," jelas salah satu inisiator  Smart Transformation Group (STG) Prof. Suhono Harso Supangkat yang juga Guru Besar STEI ITB di Jakarta, Selasa (3/12).

Smart Transformation Group (STG) adalah inisiasi oleh Gilarsi Wahju Setijono (Chaiman Shafira Corporation), Sakti Wahyu Trenggono (CEO TRG Investama), dan Prof. Suhono Harso Supangkat (Guru Besar STEI ITB)  untuk secara intensif memikirkan problem kota-kota di Indonesia yang sebagai akibat dari intensitas urbanisasi yang kian deras.

STG akan melakukan assessment terhadap kesiapan masing-masing kota dengan menggunakan City Maturity Index dalam menuju posisi yang dapat diakui sebagai kota yang cerdas (smart city).

Hasil assessment ini kemudian akan dijadikan sebagai City Ranking yang mana semua kota akan dapat saling belajar (benchmarking) terhadap kota-kota lain yang pada City Ranking memiliki tingkat kematangan (maturity) yang lebih tinggi.

Konsep Smart City pada umumnya  adalah suatu konsep bagaimana situasi kota bisa diketahui oleh pengelolanya, warganya atau calon pendatang, sehingga kalau ada sesuatu ketidak beresan suatu kota, pemangku kepentingan bisa segera mengambil keputusan segera.

Proses pengukuran, mengetahui hingga antisapsi atau adaptasi akan bisa cepat jika dibantu dengan teknologi informasi dan komunikasi.  Prosesnya  merupakan urutan sensing (mengukur), understanding (mengetahui) hingga pengendalian (controlling).

Suhono menjelaskan, jika teknologi broadband bisa dioptimalkan maka untuk sensing tak perlu seorang pemimpin repot-repot blusukan. “Tinggal pasang sensor di kotanya, nanti laporan masuk secara real time. Ini akan mempercepat pemimpin untuk mengambil keputusan. Nanti tinggal manfatkan cloud computing untuk penyimpanan dan analisa data,” jelasnya.

Menurutnya, teknologi sensor (smart sensor) telah memungkinkan dipasang ke titik-titik yang diperlukan termasuk yang bergerak. Teknologi Awan Kesehatan (cloud Computing) dan Big Data, telah memungkinkan pengelolaan informasi diolah dengan cepat . Dalam sehari bisa memproses komponen dan masalah kota dalam jumlah jutaan. Semua PKL, jalan raya, rumah sakit, kondisi lingkungan bisa dilihat dalam orde menit atau jam, sesuai yang diinginkan.

“Nah bayangkan kalau infrastruktur smart city dengan penambahan sensor, jaringan komunikasi yang baik tersebut dipasang, maka dana blusukan bisa berkurang juga titik blusukan (sensing dan understanding) bisa berlipat ganda dilakukan,” katanya.

Diungkapkannya, kendala untuk mewujudkan smart city itu ada pada pola pikir, pola tindak, dan budaya. “Kalau bicara masalah infrastruktur kan bisa kolaborasi swasta-pemerintah. Bicara investasi untuk mewujudkan Smart City akan sangat tergantung dari infrastruktur yang ada dan keinginan sampai dimana level kepuasan penduduk untuk nyaman, aman dan sejahtera,” jelasnya.

Diharapkannya,  seluruh elemen masyarakat bisa berpartisipasi mewujudkan smart city  dalam proses transformasi kota menjadi smarter city, smarter cities,  dan  smarter  Indonesia.  Partisipasi masyarakat dapat dengan cara mengakses website   www.smarterindonesia.org dan akun media social Ngobrol Kota.

“Partisipasi aktif masyarakat pun menjadi kekuatan kita untuk menciptakan perkotaan di Indonesia ke arah yang lebih baik,” pungkasnya.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menegaskan pihaknya terus berupaya memblokir konten negatif di Internet, meski belakangan jumlahnya semakin banyak.

Sekadar catatan, saat ini pengguna internet broadband di Indonesia mencapai 20 juta. Sayangnya, standar kecepatan broadband berbeda-beda. Standar umum yang dipakai di Indonesia adalah 1 Mbps.

Diprediksi akan ada 593 juta perangkat yang terhubung jaringan di Indonesia pada 2017 (2,3 per kapita).Lalu lintas internet Indonesia pada 2017 akan didominasi oleh konten video.

Angka ini diprediksi tumbuh sembilan kali lipat dari 2012 dan mencapai 489 petabyte per bulan pada 2017.  Sementara itu, lalu lintas internet pada tahun yang sama rata-rata diprediksi mencapai 3 terabyte per detik.(id)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
IndoTelko Idul Fitri 2024
More Stories
Data Center Service Provider of the year