telkomsel halo

Ini Syarat e-Money Sukses di Indonesia

08:42:30 | 22 Nov 2013
Ini Syarat e-Money Sukses di Indonesia
Suasana Diskusi IndoTelko Forum (Dok)
JAKARTA (IndoTelko) – Para pemangku kepentingan yang mengembangkan uang digital (e-money) harus melakukan  kolaborasi, khususnya dari sektor industri telekomunikasi dan perbankan, agar less cash society bisa terwujud.

Demikian  salah satu hasil diskusi interaktif antar para pemangku kepentingan di industri dalam acara 'New Wave of Less Cash Society: Indonesian Chapter' yang digelar dalam rangka HUT Ke-2 IndoTelko Forum  di Jakarta, Kamis (21/11).

Diskusi menghadirkan  Ketua Umum Asosiasi Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) Alex Janangkih Sinaga, Direktur Inovasi dan Strategic Portofolio Telkom Indra Utoyo, Direktur Digital Service XL Axiata Dian Siswarini,  Vice President e-Commerce Garuda Indonesia Daniel Tumiwa, dan Presiden Direktur Ericsson Indonesia Sam Saba.

Alex mengungkapkan, ada banyak alasan kenapa adopsi e-money di Indonesia belum seperti negara maju lainnya.  
Di Indonesia, antara industri telekomunikasi dan perbankan seperti jalan sendiri-sendiri. Masing-masing mengeluarkan produk e-money. Padahal, kalau dua kekuatan industri ini disatukan, hasilnya akan lebih baik.

"Ada dua isu besar saat ini, financial inclusion dan less cash society. Harus ada collaborative approach  antara industri telekomunikasi dan perbankan. Maju bersama dengan win-win solution," ungkap Pria yang akrab disapa AJS ini.

Menurutnya,  operator punya peran signifikan untuk ikut membantu menyediakan layanan finansial berbasis elektronik kepada masyarakat yang belum tersentuh bank sama sekali.

Dipaparkannya,  dari total populasi 245 juta penduduk di Indonesia, ada sekitar 165 juta masyarakat yang bisa disasar perbankan. Namun sayangnya, yang baru tergarap oleh bank baru sekitar 79 juta, sisanya 86 juta masih belum tersentuh sama sekali.

"Sementara industri telekomunikasi saat ini sudah menyasar 190 juta penduduk. Dari sisi geografis layanan, bank jika dibandingkan dengan operator jelas masih jauh coverage layanannya," katanya.

Pasalnya, di setiap 1.000 km2, bank hanya memiliki rata-rata 7,71 cabang, 12,39 ATM, dari total 30 ribu cabang dan 55 ribu ATM yang ada di Indonesia. Bank lebih dominanmelayani masyarakat segmen menengah dan atas.

Sedangkan di rentang coverage yang sama, operator telekomunikasi telah membangun 61 ribu terminal yang artinya sekitar 95% coverage dari total 400 ribu titik reseller. Sementara operator melayani hampir seluruh segmen, mulai dari low, middle, sampai high

"Dari sisi penetrasi pasar, bank baru menyasar 40% populasi penduduk yang bisa digarap. Sementara telekomunikasi sudah melayani seluruh segmen pasar di Indonesia, bahkan penetrasinya sudah 118%," ujar Pria yang juga menjabat Direktur Utama Telkomsel itu.

Insentif
Selain kolaborasi antara industri telekomunikasi dan perbankan, Alex juga menilai sangat perlunya dukungan insentif atau subsidi dari pemerintah untuk menyukseskan gerakan e-money ini.

"Selama ini, e-money itu biayanya ditanggung oleh penerbit untuk mengakuisisi merchant, belum lagi operator itu kan mereka tidak boleh menyimpan uang. Jika fee tersebut ditanggung negara berupa insentif, biaya untuk akuisisi itu kita alihkan ke hal lain yang lebih produktif, dan masyarakat mau bertransaksi karena tak terkena fee. Insentif bisa datang dari biaya mencetak uang tradisional,” sarannya.

Indra mengakui,  gabungan kekuatan antara industri perbankan dan telekomunikasi, akan mewujudkan kekuatan yang besar.
Menurut Indra,   bank punya banyak kelebihan dalam urusan pengelolaan keuangan, compliance, dan image yang lebih dipercaya untuk transaksi finansial. Namun sayangnya, jangkauan layanannya masih terbatas karena belum seekspansif industri telekomunikasi.

Selain jangkauan luas dan efisiensi biaya yang lebih baik, serta jalur distribusi yang lebih luas, telekomunikasi punya kelebihan lain dalam hal penetrasi pasar dan interkoneksi antaroperator.

Namun sayangnya, brand telekomunikasi belum sekuat bank dalam urusan transaksi keuangan. Kekurangan dan kelebihan bisa dipadukan. Ada sinergi yang bisa dimanfaatkan, misalnya bank punya ratusan kantor cabang sementara telekomunikasi bisa menjangkau sampai pelosok.

"Selain perlunya kolaborasi dan insentif, keberhasilan less cash society ini juga harus didukung oleh regulasi, bisnis model, distribusi network, dan tentunya edukasi pelanggan," tegas Indra yang juga Ketua Umum Masyarakat Industri Kreatif Teknologi Informasi (MIKTI).

Harus Menarik
Sedangkan Daniel yang juga Ketua Umum Indonesia e-Commerce Association (IdEA) keberhasilan e-money tergantung dari sisi manfaat penggunaannya."Orang tidak akan menggunakan e-money  kalau tidak ada the need of use-nya. Itu sebabnya, e-money saat ini masih terbatas penggunaannya," kata Daniel.

Diungkapkannya, bagi pelaku bisnis penerbangan,   e-money  sangat menarik karena semuanya always connected. “Tapi dari pengalaman saya yang paling banyak menggunakan e-money justru datang dari industri gaming dan industri musik. Industri ini yang sudah masuk ke less cash society karena industrinya digital, bayarnya juga digital," jelasnya.

Menurut Daniel,  e-money ini akan lekat dengan industri maupun segmen pasar yang berhubungan erat dengan konteks hiburan dan kesenangan. Di Garuda pun, momentum ini coba dimanfaatkan untuk menggenjot e-commerce.

Tren   
Sementara Dian mengungkapkan, e-money dan less cash society akan jadi tren masa depan. "Di Amerika, penggunaan uang cash turun 4% per tahun. Di beberapa negara maju, misalnya di negara Skandinavia seperti Swedia, mereka targetkan 2030 sudah jadi negara less cash society. Kalau di Indonesia akan makan waktu lebih lama. tapi ke depan akan lebih populer," katanya.

Menurut Dian, less cash society ini harus menawarkan keamanan dan kenyamanan. Selain itu kemudahan interoperabilitas dan interkoneksi antar penyedia layanan e-money. Sehingga, pilihan pembayarannya makin luas dan tidak terbatas oleh tiap satu provider saja.

“Operator memang harus merespons momentum geliat e-money. Saat ini ada 2,5 miliar warga dunia yang belum punya rekening bank. Sementara, di dunia ada 2,6 miliar pengguna prabayar.  Di 2017, kami mengestimasi jumlah transaksi antar pengguna ponsel di dunia akan mencapai US$ 250 miliar dari person to person saja, belum secara general," papar Sam.(id)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
IndoTelko Idul Fitri 2024
More Stories
Data Center Service Provider of the year