telkomsel halo

Bakrie Telecom Kembali dalam Tekanan

13:36:26 | 09 Nov 2013
Bakrie Telecom Kembali dalam Tekanan
Ilustrasi (Dok)
JAKARTA (IndoTelko) – PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) kembali dalam tekanan keuangan layaknya yang dialami pada September 2012 lalu.

Masalah yang dialami pemilik merek dagang Esia ini nyaris sama dengan tahun lalu yakni telat membayar kewajiban terkait dengan obligasi yang jatuh tempo.

Jika pada September 2012 Bakrie Telecom terlambat membayar sisa pembayaran obligasi senilai Rp 400 miliar yang berujung sempat disuspensinya perdagangan saham dengan kode BTEL itu.

Pada 7 November lalu  perseroan terlambat membayar kupon bunga yang harusnya dibayar senilai Rp 218 miliar. Kupon tersebut merupakan bagian dari obligasi perseroan senilai Rp 3,8 triliun yang jatuh tempo Mei 2015.

Rating Turun
Dampak dari telat bayar ini, dua lembaga pemeringkat terkenal pun memangkas rating dari Bakrie Telecom.

Standard & Poor's (S&P)   menurunkan peringkat atau rating pemilik merek dagang Esia ini dari CCC menjadi CC. Lembaga pemeringkat internasional itu juga memangkas rating BTEL di wilayah Asia Tenggara dari AXCCC jadi AXCC.

Surat utang Bakrie Telecom Pte Ltd pun tak luput dari aksi pemotongan peringkat S&P, dari CCC menjadi CC. S&P lantas memberi prospek (outlook) negative bagi emiten ini.

Hal yang sama dilakukan  Fitch Ratings yang menurunkan peringkat obligasi anak usaha Grup Bakrie itu dari C menjadi CC.

Negosiasi
Direktur dan Sekretaris Perusahaan Bakrie Telecom  Imanuddin Kencana Putra mengungkapkan, perseroan tengah bernegosiasi untuk melakukan restrukturisasi utang atas obligasi yang diterbitkan oleh anak usahanya, Bakrie Telecom Pte Ltd.  

"Kami akan minta untuk menunda waktu pembayaran bunga dan memperpanjang masa jatuh tempo utang," ujarnya.

Diungkapkannya, saat ini negosiasi tengah berlangsung antara pemegang obligasi dengan perseroan dan diharapkan hasilnya akan keluar bulan depan. Kedua belah pihak telah menunjuk penasihat keuangan untuk menyelesaikan masalah ini.  

Bakrie Telecom menunjuk FTI Consulting untuk menelaah bisnis dan finansial perusahaan. Selain itu dibentuk juga steering committee (SC) yang terdiri dari konsultan FTI dan perwakilan kreditur untuk membahas penundaan pembayaran bunga obligasi. “Terbentuknya SC, untuk sementara menjadikan  kami terhindar dari gagal bayar," kata Imanuddin.
 
Bakrie Telecom sendiri Per September 2013 membukukan kerugian bersih  naik menjadi Rp 1,52 triliun, daripada periode yang sama tahun 2012 di posisi Rp 988,25 miliar. Sementara dana kas dan setara kas milik BTEL hanya sebanyak Rp 115,21 miliar.

Analis Fitch Ratings Nitin Soni menyarankan langkah untuk menyelamatkan Bakrie Telecom agar bisa berkompetisi kembali adalah merestrukturisasi utangnya yang disertai dengan adanya suntikan modal ke perseroan.

“Bisa juga dilakukan merger dan akuisisi dengan pemain besar atau investor kuat. Tetapi sepertinya aksi ini tak bisa dilakukan dalam jangka pendek,” pungkasnya.(id)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
IndoTelko Idul Fitri 2024
More Stories
Data Center Service Provider of the year