telkomsel halo

Diisukan Frekuensi Ditarik 10 MHz, XL Siapkan Dua Langkah

10:21:57 | 21 Okt 2013
Diisukan Frekuensi Ditarik 10 MHz, XL Siapkan Dua Langkah
Hasnul Suhaimi (DOK)
JAKARTA (IndoTelko)  – Nasib Conditional Sale and Purchase Agreement (CSPA) antara PT XL Axiata dengan Saudi Telecom Company (STC) dan Teleglobal untuk membeli 95% saham Axis tinggal menghitung hari.

Pasalnya, kabar beredar menyatakan tak lama lagi Menkominfo Tifatul Sembiring akan mengeluarkan rekomendasi teknis untuk konsolidasi XL-Axis.

Salah satu yang dinantikan dari rekomendasi teknis hasil kajian Kelompok Kerja (Pokja) yang dibentuk Tifatul pada Juli lalu itu adalah terkait nasib frekuensi yang bisa dikelola XL-Axis.

Saat ini XL memiliki frekuensi sekitar  15 MHz atau setara tiga blok (8, 9, dan 10) di spektrum 2,1 GHz untuk layanan 3G. Sedangkan untuk 2G, XL juga punya di 1.800 Mhz dan 900 MHz, masing-masing 7,5 MHz.

Sementara Axis menduduki dua blok 3G di 2,1 GHz, yakni blok 11 dan 12. Sementara untuk 1.800 MHz memiliki lebar pita 15 MHz.

Dalam proposalnya ke pemerintah XL hanya merelakan satu blok atau 5 MHz di 2,1 GHz yang dikembalikan ke negara. Tepatnya, blok 12 yang memang rentan interferensi dari PCS 1.900 MHz.

Jika proposal XL ini diterima pemerintah, maka CSPA akan naik menjadi Sales Purchase Agreement (SPA) dengan nilai uang yang dikeluarkan XL sekitar US$ 865 juta atau setara Rp 9,9 triliun.

Opsi
Dari perkembangan terbaru terlihat Pokja akan menyodorkan tiga opsi ke Menkominfo untuk diambil menjadi pilihan.

Opsi pertama, tidak ada frekuensi yang ditarik oleh pemerintah alias XL-Axis utuh mendapatkan kembali sumber daya alamnya.Opsi kedua, menarik frekuensi selebar 5 MHz di 2,1 Ghz atau 3G, sehingga XL-Axis hanya memiliki 20 MHz di 3G dan 30 MHz di 2G.

Opsi ketiga, menarik frekuensi selebar 5 Mhz di 2,1 GHz dan 5 MHz di 1.800 MHz sehingga XL-Axis nantinya hanya memiliki 20 MHz di 3G dan 25 Mhz di 2G. Opsi ketiga ini artinya XL-Axis kehilangan sekitar 10 MHz dan yang paling sialnya, berkurangnya frekuensi “emas” yakni 5 MHz di 1.800 MHz.

Seperti diketahui, 1.800 MHz saat ini menjadi frekuensi dengan ekosistem paling matang untuk  Long Term Evolution (LTE).

Jika XL mendapatkan tambahan 15 MHz artinya di 1.800 MHz menguasai 22,5 MHz ditambah dengan 7,5 MHz di 900 MHz, maka XL akan ideal menjalankan LTE dengan tetap menjaga pengguna 2G.
 
Dalam kajian yang dilakukan XL jika frekuensi Axis dikuasai maka  terjadi pengurangan biaya operasional sekitar US$ 800 juta   dengan belanja modal pada 2014 dihemat 40%-50%  atau ada penurunan sekitar Rp 2 triliun.

Kajian ini logis karena XL tak perlu membangun BTS lebih banyak untuk meningkatkan kapasitas karena frekuensi yang dimiliki lebih lebar, selain tentunya ada tambahan BTS dari Axis.

Dua Langkah
Nah, bagaimana ternyata skenario yang diharapkan XL tak terjadi dan Menkominfo cenderung mengambil opsi ketiga?

“Kami dengar juga isu akan ditarik masing-masing 5 MHz itu. Jika itu yang terjadi ada dua hal yang akan kita lakukan,” ungkap Presiden Direktur XL Axiata Hasnul Suhaimi kala berbincang dengan IndoTelko, belum lama ini.

Langkah pertama adalah melakukan renegosiasi dengan STC terhadap valuasi dari Axis. “Kami akan renegosiasi dengan STC soal harga Axis. Pasalnya, kita punya kalkulasi terkait penghematan yang terjadi dengan asumsi frekuensi yang didapat. Kalau tidak sesuai asumsi, tentu akan renegosiasi menyesuaikan dengan jumlah frekuensi yang diterima,” ungkapnya.

Sedangkan langkah kedua adalah meminta semacam recovery cost kepada pemerintah terkait dengan berhasilnya terjadi re-utilisasi frekuensi.

“Kita tahu alokasi frekuensi di 2,1 GHz dan 1.800 MHz sudah habis. Kami bekerja keras membuat alokasi itu menjadi ada dengan aksi konsolidasi ini. Sekarang dengan ditarik dan akan dilelang frekuensi yang tersisa, wajar ada recovery cost untuk XL,” tegasnya.

Menurutnya, recovery cost bisa dibuat dengan meminta pemenang hasil lelang frekuensi tarikan dari Axis untuk ikut menanggung kerugian anak usaha STC itu bersama XL.

“Banyak orang mengira  harga Axis itu hanya sekitar Rp 9,9 triliun. Tetapi bagi XL sebenarnya lebih besar, karena rugi Axis tiga tahun ke depan ikut kami tanggung,” ungkap Hasnul.

Diungkapkannya,  rata-rata Axis rugi setahun sekitar Rp 3,2 triliun. Artinya, dalam dua atau tiga tahun XL menanggung rugi sekitar  Rp 9,6 triliun. “Jadi, XL itu menanggung sekitar  Rp 19,5 triliun. Rasanya wajar yang sekitar Rp 9,6 triliun itu kita tanggung bersama kalau skenario ideal kami tak diterima,” tegasnya.

Secara terpisah, Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Muhammad Budi Setiawan mengakui sudah mengetahui niat XL untuk meminta semacam recovery cost jika pilihan yang dijatuhkan Menkominfo tak sesuai dengan skenarionya.

“Saya sudah tahu isu itu. Mereka (XL) sudah pernah paparkan jika ditarik lebih dari 5 MHz dan dilelang akan melakukan apa. Sebaiknya kita tunggu saja nanti pilihan mana yang diambil oleh Menkominfo. Jangan berasumsi,” pungkasnya.(id)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
IndoTelko Idul Fitri 2024
More Stories
Data Center Service Provider of the year