telkomsel halo

Alcatel-Lucent Bidik Proyek Ultra Broadband di Indonesia

13:50:29 | 14 Jul 2013
Alcatel-Lucent Bidik Proyek Ultra Broadband di Indonesia
Michel Combes (DOK)
JAKARTA (IndoTelko) – Alcatel-Lucent membidik proyek Ultra Broadband dari operator  untuk menggenjot pendapatan perseroan di Indonesia.

“Sebagai bagian dari strategi Shift Plan untuk mengembalikan kejayaan Alcatel-Lucent, proyek akses Ultra Broadband dan pasar core network adalah menjadi fokus kami. Ultra Broadband  disini adalah penyediaan akses wireline Fiber to The Home (FTTH) dan Long Term Evolution (LTE) untuk wireless,” ungkap CEO Alcatel-Lucent Michel Combes di Jakarta, akhir pekan lalu.

Diprediksinya, dengan belanja modal industri telekomunikasi nasional sekitar US$ 2,3 miliar dan terus tumbuh 5% setiap tahunnya, sekitar 60% akan banyak dihabiskan untuk radio akses dan sisanya akses via wireline mengandalkan FTTH.

“Indonesia adalah negara yang besar dan pemerintah telah mengumumkan rencana besar untuk pengembangan broadband. Ditambah lagi para operator sudah menunjukkan komitmen pada ultra broadband, ini menjadikan kami yakin negeri ini memiliki potensi pasar yang besar. Tren ke depan memang semua infrastruktur itu broadband dan sevice di cloud,” ungkapnya.   

Menurutnya, walau Indonesia mengandalkan di level akses pada teknologi wireless, namun potensi dari FTTH tak bisa dikesampingkan mengingat masih ada sekitar 9 juta pengguna telepon tetap.

“Kebutuhan teknologi optik terkini tidak hanya di level akses. Karena core network semua sudah berbasis Internet Protocol (IP) tentu semua itu mebutuhkan serat optik,  begitu juga di level transmisi walau ada juga penggunaan microwave. Dan kami adalah pemimpin di pasar optik terutama untuk FTTH,” jelasnya.

Sekadar catatan, Alcatel-Lucent mengalami kerugian sebesar EURO 353 juta atau setara Rp 4,4 triliun di kuartal pertama 2013 dibandingkan posisi untung pada periode sama tahun lalu sebesar EURO 259 juta atau Rp  3,27 triliun.

Pendapatan Alcatel-Lucent pada tahun ini berasal dari petumbuhan divisi jaringan dan platform sebesar 6%.Wilayah kerja Amerika Utara berkontribusi sekitar 48% bagi pendapatan perseroan. Verizon Communications Inc dan AT&T Inc adalah klien utama Alcatel-Lucent di area itu.

Sementara kawasan Asia Pasifik justru mengalami penurunan single digit bagi pendapatan perseroan. Hanya di Jepang dan China ada sedikit pertumbuhan.

Combes yang diangkat 1 April 2013 lalu mencoba mengangkat Alcatel-Lucent dari keterpurukan dengan mengumumkan Shift Plan. Rancangan tiga tahunan ini ingin  memposisikan kembali Perusahaan sebagai spesialis penyedia IP Networking dan Akses Ultra-Broadband, perangkat dan layanan bernilai tinggi yang berada di jantung  jaringan operator di masa depan.

Di bawah The Shift Plan, Alcatel-Lucent merencanakan untuk meningkatkan pendapatan dari Core Networking hingga lebih dari 15% dari  6,1 miliar Euro di tahun 2012 menjadi 7 miliar Euro di tahun 2015, sambil menaikkan marjin operasi segmen ini dari 2.4% di tahun 2012 menjadi lebih dari 12.5% di tahun 2015. Diharapkan juga terjadinya arus kas operasi positif sebesar lebih dari 250 juta Euro di tahun 2015.

Di Indonesia, Alcatel-Lucent baru saja mendapatkan dua proyek besar dari Telkom yakni membangun  jaringan optik berkecepatan tinggi generasi berikut di wilayah Kalimantan dan Sulawesi, dan juga Jabotabek, serta membangun kabel laut sepanjang 3 ribu km yang menghubungkan Sulawesi, Maluku, dan Papua.

Telkom sendiri memiliki ambisi yang besar untuk penyelenggaraan FTTH dimana pada 2015 semua kabel tembaganya sudah berganti optik untuk mewujudkan true broadband dengan kecepatan 20 Mbps.

Fokus penyediaan fiber access secara penuh itu menargetkan komposisi jaringan akses FTTE (end-to-end copper) sekitar 15%, akses FTTC (Fiber to the Curb) yang menggunakan teknologi Multi-Service Access Node (MSAN), Gigabyte Pasive Optical Network (GPON), dan very high bit rate digital subscriber line  (VDSL) sebesar 70%, serta akses FTTB/H (Fiber to the Building/Home) sebanyak 15%.

Keseriusan Telkom untuk membangun infrastruktur yang handal di level jaringan akses tak lepas dari skenario Telkom Super Highway .
 
Pada Telkom Super Highway dibangun jaringan akses di antaranya MSAN, GPON dan softswitch yang akan membentuk Next Generation Nationwide Broadband Network (NG-NBN), sehingga dimungkinkan tersedianya layanan Telecommunication, Information, Media, Edutainment, dan Services (TIMES)  dengan kecepatan dan kualitas yang tinggi dan dengan harga yang kompetitif.

Namun, biaya untuk mewujudkan ambisi itu tak murah. Misalnya, teknologi MSAN membutuhkan investasi  sekitar US$ 150 per Satuan Sambungan Layanan (SSL) atau teknologi DSLAM  mencapai US$ 80 per SSL.(id)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
IndoTelko Idul Fitri 2024
More Stories
Data Center Service Provider of the year