Ilustrasi (DOK)
JAKARTA (IndoTelko) – Asosiasi GSM dunia (GSMA) memperkirakan pada 2020 nanti kontribusi bisnis seluler bagi Produk Domestik Bruto (PDB) di kawasan Asia Pasifik akan mencapai US$ 2,3 triliun.
“Sedangkan dari public funding bisa mencapai US$ 200 miliar. Ini berkat dimanfaatkannya frekuensi secara optimal dan regulasi yang dikeluarkan fokus mendorong investasi baru,” ungkap Direktur GSMA Anne Bouverot seperti dikutip Cellular-News, belum lama ini.
Diungkapkannya, pada 2012 lalu berkat penetrasi yang terus tumbuh dan masifnya investasi mobile broadband menjadikan sumbangan bisnis ini bagi kawasan Asia Pasifik di kisaran US$ 80 miliar dengan public funding US$ 100 miliar.
“Pada 2012 investasi di bisnis seluler mencapai US$ 80 miliar dengan jumlah pelanggan sekitar 1,5 miliar. Pada 2017 diperkirakan ada 1,9 miliar pengguna, sedangkan secara global ada 3,9 miliar ,”ungkapnya.
Diharapkannya, regulator telekomunikasi di kawasan Asia Pasifik terus mendorong pertumbuhan bisnis seluler dengan merancang aturan jangka panjang yang mengoptimalkan teknologi nirkabel dan memberikan insentif seperti keringanan pajak.
“Tantangan lain dalam mengembangkan bisnis seluler adalah kepastian dari ketersediaan frekuensi untuk bisa menggunakan teknologi baru Regulator Asia Pasifik dalam mengambil keputusan terkait harmonisasi frekuensi sebaiknya mengacu pada International Telecommunication Union (ITU) dan Asia Pacific Telecommunity (APT) band plan terutama untuk spektrum 700 MHz,” katanya.(ss)