telkomsel halo

Konsolidasi Mendesak Dilakukan Pemain CDMA

11:05:01 | 27 Jun 2013
Konsolidasi Mendesak Dilakukan Pemain CDMA
Muhammad Budi Setiawan (DOK)
JAKARTA (IndoTelko) – Regulator telekomunikasi menilai konsolidasi mendesak harus terjadi di pemain berbasis teknologi Code Division Multiple Access  (CDMA) agar bisa bertahan di tengah kompetisi.

“Paling mendesak untuk berkonsolidasi itu di CDMA. Soalnya mereka terbatas frekuensi di 850 MHz dimana masing-masing hanya sekitar 5 MHz kepemilikannya. Tren ke depan data kecepatan tinggi yang butuh frekuensi lebih lebar,” ungkap Dirjen Sumber Daya dan Perangkat Pos Informatika Kementerian Kominfo Muhammad Budi Setiawan kala menjadi pembicara di IndoTelko Forum, kemarin.

Sekadar diketahui, saat ini pemain berbasis CDMA di 850 MHz adalah  Indosat dengan merek StarOne,  Telkom dengan merek Flexi, PT Mobile-8 Telecom, dan Bakrie Telecom dengan merek Esia. Masing-masing pemain hanya punya lebar pita frekuensi 5 MHz.

Jika dikonsolidasikan, terdapat pita frekuensi selebar 20 MHz yang lumayan ideal untuk teknologi  TDD LTE. Kapasitas 20 MHz diyakini bisa memberikan kecepatan akses data   mencapai 200  Mbps. Sedangkan jika hanya 5 MHz, maka kecepatan akses data tinggal 40 Mbps saja.

“Tren ke depan itu Long Term Evolution (LTE). Pemain CDMA harus menentukan sikap untuk teknologi ini. Saya dengar Pak Alex (Alexander Rusli) di media bilang ada diskusi untuk konsolidasi antar pemain CDMA. Itu bagus,” jelasnya.

Tim Kecil
President Director & CEO Indosat Alexander  Rusli usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) belum lama ini mengungkapkan,  para pemain CDMA sudah membentuk tim kecil membahas rencana konsolidasi.

“Kita mengaji untuk membuat satu entitas baru dimana akan bersama-sama melakukan investasi dari frekuensi yang telah terkonsolidasi dan nantinya akan menyewa  kapasitas dari perusahaan baru itu,” ungkapnya.

Dikatakannya, kendala dari  rencana ini adalah ada pemain yang ingin dimasukkan juga perhitungan keuangan,  misal utang yang dimiliki. “Ini akan menjadi masalah. Telkom dengan Flexi nyaris tidak ada utang. Kondisi sama juga dialami Indosat dengan StarOne,” katanya.

Hambatan lainnya terkait modern licensing dimana masing-masing pemilik lisensi jaringan yang harus memenuhi komitmen pembangunan. “Pola yang diwacanakan itu tak ada di regulasi.  Kita butuh dukungan regulasi juga,” jelasnya.

Ditambahkannnya, melihat kondisi yang alot tersebut Indosat memiliki rencana cadangan terhadap frekuensi 850 MHz yakni  akan digunakan untuk EGSM. “Kita itu tak pakai optimal 5 MHz, karena dijadikan guardband GSM Indosat. Kita hanya pakai 2,5 MHz. kita juga tidak mau jual karena itu harus melalui persetujuan menteri,” jelasnya.

Direktur Utama Telkom Arief Yahya mengakui konsolidasi paling ideal di pemain CDMA adalah penggunaan infrastruktur dan frekuensi secara bersama. “Masalahnya itu belum ada aturan,” katanya.

Sedangkan Chief Technology Officer Smartfren Telecom  Merza Fachys  menilai  konsolidasi  bergantung kepada kesamaan visi terhadap teknologi yang ada.

“Konsolidasi tergantung pada niat, keikhlasan, dan kesamaan visi. Bukan bergantung pada satu atau dua pemain,” tegasnya.

Menurutnya, jika empat pemain di frekuensi 850 MHz mempunyai visi yang sama tentang teknologi CDMA yang masih beroperasi sekarang dan melihat akan datangnya  LTE dalam waktu dua hingga tiga tahun mendatang dimana membutuhkan spektrum lebih lebar dari yang dimiliki masing-masing sekarang, bisa saja konsolidasi terjadi.
 
“Kita bicara tataran konsolidasi itu di frekuensi, bukan korporasi. Ini dua hal yang berbeda. Jangan status tercatat di bursa menjadi masalah kalau visi pengembangan teknologi sudah sama,” tandasnya.

Sementara Komisaris Utama Bakrie Telecom Anindya N Bakrie beranggapan konsolidasi masih sekadar wacana sehingga lebih ingin fokus membenahi perseroan.“Skema itu masih wacana, karena itu  fokus  kita saat ini untuk membenahi kinerja,” katanya.(id)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
IndoTelko Idul Fitri 2024
More Stories
Data Center Service Provider of the year