telkomsel halo

Android menjadi Pilihan Utama untuk BYOD

12:22:43 | 06 May 2013
Android menjadi Pilihan Utama untuk BYOD
Teguh Prasetya (DOK)
JAKARTA (IndoTelko) – Fenomena sistem operasi Android memang luar biasa. Kabar terbaru dari Departemen Pertahanan Amerika Serikat  (AS) menyatakan  telepon Samsung yang menjalankan versi aman Android disetujui untuk digunakan tentara AS.

Persetujuan penggunaan telepon Samsung merupakan strategi awal yang akan membuat para tentara menggunakan beragam tipe perangkat, baik telepon pintar dan tablet saat mereka bertugas.  

Sekadar catatan, Dephan AS memiliki sekitar 600.000 pengguna telepon pintar dimana  sekitar 470.000 diantaranya menggunakan Blackberry.
Sisanya terbagi antara yang menggunakan Google Android dan Apple dalam serangkaian percobaan untuk menilai apakah perangkat tersebut bisa digunakan secara aman.

BYOD   
Tak hanya di AS Android menjadi senjata andalan. Di Indonesia, Android juga menjadi pilihan utama bagi pekerja profesional jika  Bring Your Own Device (BYOD) diadopsi korporasi.

Hal itu terlihat dalam survei yang dilakukan Indonesian Cloud Forum (ICF) bekerjasama dengan IndoTelko di tiga propinsi Jakarta, Jawa Barat, dan Banten.

Dari 200 responden kalangan pekerja profesional yang berhasil didata dalam tiga bulan terakhir dengan rentang usia 20-57 tahun menyatakan jika BYOD diadopsi maka  mayoritas  menyukai sistem operasi Android dengan persentase 62,8%. Sementara BlackBerry (11,6%) meski dari sisi jumlah pengguna lebih banyak namun cuma jadi pilihan ketiga dibandingkan iOS (25,6%).

Android juga tercatat menjadi pilihan utama para pelanggan data operator jika ditanya soal kecepatan dan ketepatan layanan yang sesuai harapan dengan persentase 48,7%. Sementara BlackBerry hanya mendapatkan voting 28,2% dan modem data 23,1%.

Dari sisi layar smartphone yang paling menunjang pekerjaan, operasional multimedia, dan yang memberikan kenyamanan saat browsing internet, ialah ponsel dengan layar 4-5 inchi.

Smartphone dengan layar tersebut dipilih oleh 56,8% responden, lebih ideal jika dibandingkan smartphone dengan layar yang lebih besar dari 5 inch yang disukai oleh 36,4% responden.

Responden  mengakui smartphone yang sudah memiliki prosesor memadai bisa menjalankan semua aplikasi, mulai dari grafis hingga keperluan multitasking untuk menunjang pekerjaan.

Untuk memori penyimpanan yang ideal dalam sebuah smartphone, mayoritas lebih menyukai kapasitas yang lebih besar dari 32GB, baik itu untuk memori eksternal fisik (81,8%) maupun memori berbasis internet cloud (55,8%).
 
Para pekerja profesional yang juga menggunakan tablet, mayoritas mengatakan bahwa harga yang paling ideal untuk perangkat tablet ini berkisar Rp 3 juta hingga Rp 5 juta baik itu untuk Android (68,2%), iOS (46,3%), dan Windows (57,5%).
 
Sementara untuk harga Rp 5 juta hingga Rp 7 juta, cuma 9,1% pekerja profesional yang rela beli tablet Android, 20% untuk tablet Windows, dan 39% yang berani membeli perangkat tablet iOS dengan kisaran harga ini.

“Dari survei terlihat menjadi pertimbangan utama malah urusan performa internet dan memori internal ketimbang faktor kemampuan kamera dan desain perangkat. Pertimbangan utama lainnya adalah daya tahan baterai dan bobot fisik dibandingkan respon layar, grafis, hingga kemampuan telepon,” ungkap Pendiri ICF Teguh Prasetya dalam rilisnya, Senin (6/5).

Dikatakannya, dalam  survei  juga diketahui bahwa hanya 44,2% pekerja yang lebih senang bekerja di kantor, mayoritas merasa lebih nyaman bekerja di luar kantor dengan persentase terbesar lebih suka bekerja di rumah (39,5%) dan di mal atau cafe (16,3%).

“Para responden profesional ini lebih suka bekerja di luar kantor, perangkat BYOD yang paling dirasa perlu untuk digunakan mereka, antara lain tablet, netbook, smartphone, dan laptop,” ungkapnya.

Diprediksinya, para pekerja menggunakan  perangkat bergerak untuk sarana bekerja  mencapai 1,2 miliar di tahun 2013 ini dan merepresentasikan sekitar 35% dari seluruh pekerja di seluruh dunia.

"Tentunya tren ini akan sangat berdampak untuk kelangsungan usaha di dunia maupun di Tanah Air khususnya, baik dari sisi penyediaan perangkatnya, layanan jaringan akses baik korporat maupun konsumernya hingga aplikasi dan konten yang merupakan konsekuensi daripada adanya tren BYOD ini," jelasnya.

Ditambahkannya, untuk membahas fenomena BYOD, komunitas ICF bekerjasama dengan IndoTelko akan  membahasnya dalam seminar setengah hari di di Hotel Kartika Chandra, Jakarta, pada 16 Mei 2013. Seminar rencananya akan dibuka oleh Direktur E-Business Ditjen Aptika kemenkominfo Azhar Hasyim dengan menghadirkan pembicara dari Telkom Group, XL Axiata, Intel, dan IBM Indonesia.

“Kami juga membuka ruang bagi publik untuk ikut berpartisipasi menghadiri ajang diskusi ini secara gratis dengan terlebih dulu mendaftar lewat surat elektronik ke Idcloudforum@gmail.com," katanya.(id)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
IndoTelko Idul Fitri 2024
More Stories
Data Center Service Provider of the year