Arief Yahya (DOK)
JAKARTA (IndoTelko) – Kegagalan menembus babak final di tender seluler Myanmar ternyata tidak membuat manajemen PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) patah arang.
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini menegaskan akan tetap melaju membidik 10 negara pada tahun ini sebagai sarana untuk masuk ke era persaingan yang borderless. Dalam penghargaan itu disebutkan Telkom sebagai Indonesian Companies are increasingly strong in many foreign markets. Ini melecut kami untuk terus melebarkan sayap ke penjuru dunia di industri Telecommunication, Information, Media, Education, dan Services (TIMES),” tegas Direktur Utama Telkom Arief Yahya di Jakarta, Kamis (18/4).
Ditegaskannya, sepuluh negara masih dalam bidikan Telkom untuk mendaratkan sayap ekspansinya. Kesepuluh negara itu adalah Timor Leste, Malaysia, Australia, HongKong, Singapura, Macau, Taiwan, Korea Selatan, Arab Saudi, dan Myanmar
Lima negara pertama telah berhasil dimasuki Telkom “Lima negara berikutnya sudah disiapkan dua strategi,” ungkapnya.
Dibungkus dalam program International Expansian (InEx), dua strategi yang disiapkan adalah business follows the people dan business follows the money.
“Untuk business follows the people, kita lihat di mana masyarakat Indonesia itu berada. Sedangkan business follows the money, kita lihat negara yang memiliki potensi pasar tinggi. Misalnya dari sisi gross domestic product ,” ungkap Arif.
Strategi business follows the people telah diterapkan di Hong Kong. Di negara itu Telkom menggelar produk Kartu As 2 in1 yang merupakan kartu SIM prabayar dimana 1 kartu terdiri dari 2 nomor, yakni Hong Kong (+852) dan Indonesia (+62). Produk ini hasil kerjasama Telkom dengan Hong Kong CSL Limited.
Model kerjasama yang dikembangkan adalah Mobile Virtual Network Operator (MVNO) dimana dua operator menggelar operasi sebagai penyelenggara jasa layanan telekomunikasi bergerak seluler dan terbatas dalam bentuk layanan suara dan data.
Dalam menggelar layanan, penyelenggara MVNO bekerja sama dengan operator telekomunikasi yang memiliki izin alokasi spektrum frekuensi dan lisensi jaringan akses. Penyelenggara MVNO tidak memiliki izin spektrum frekuensi dan lisensi jaringan akses.
“Strategi ini jitu, sejak peluncuran kartu AS 2 in 1 di Hong Kong, hanya dalam waktu dua bulan, menggaet 24 ribu pelanggan. Ini sangat cepat untuk produk yang relatif baru. Target tahun ini sebanyak 100 ribu pelanggan,” ungkapnya.
Menurutnya, strategi business follows the people tepat dilakukan. Dimasa depan, strategi ini akan dilakukan juga di sejumlah negara seperti Malaysia, Arab Saudi, Macau, Taiwan, dan beberapa negera lain dengan karakteristik sejenis.
Sedangkan untuk strategi kedua, business follows the money diterapkan di Australia dan Timor Leste mengingat negara-negara itu memiliki dua dari syarat untuk strategi ini yakni gross domestic product tertinggi atau potensi pasar yang tinggi.
“Di Australia kami tidak masuk dalam inti telekomunikasi, tapi dari di services melalui business process outsourcing (BPO) yang peluangnya masih terbuka lebar. Hal itu juga diterapkan di Timor Leste dan Singapura,” jelasnya.
Diungkapkannya, tantangan terberat untuk ekspansi adalah masalah pengembangan sumber daya manusia (SDM). Guna mengatasi hal ini Telkom membentuk Telkom Corporate University (Telkom CorpU) sebagai Center of Excellence. Selain itu, perseroan juga menyediakan program global talent yang mampu menyediakan SDM bersertifikasi global guna mewujudkan bisnis-bisnis Telkom di dunia internasional.
“Kalau soal teknologi kita tidak kalah dengan negara lain.Dengan layanan yang sama, Telkom mampu menyediakan teknologi dengan cost effectiveness lebih baik,” katanya.(ct)