telkomsel halo

Telkom Gagal di Myanmar, Kenapa?

10:48:14 | 12 Apr 2013
Telkom Gagal di Myanmar, Kenapa?
Ilustrasi (DOK)
JAKARTA (IndoTelko) – Pemerintah Myanmar akhirnya mengumumkan 12 peserta yang berhak lolos ke babak final untuk memperebutkan dua lisensi seluler di negerinya.

Kedua belas peserta itu adalah konsorsium Bharti Airtel,  Konsorsium Vodafone dan  China Mobile, Telenor, SingTel, Axiata, Konsorsium  MTN , Bermuda  Digicel, France Telecom, Qatar Telecommunications, Millicom International, Viettel Group, dan  KDDI Corporation.

Sungguh miris, nama Badan Usaha Milik Negara (BUMN) kebanggan nasional,  PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom), tidak tercantum dalam short list bidder.
Padahal, kala babak prakualifikasi, Telkom yang menggandeng  operator setempat, Myanmar Telecom,  masih beredar kala itu bersama 22 peserta lainnya. Lantas kenapa Telkom bisa gagal menembus babak final?

Operation Vice President Public Relations Telkom, Arif Prabowo mengungkapkan, Telkom sebenarnya telah memenuhi seluruh persyaratan yang ditetapkan oleh komite tender. Namun adanya perbedaan persepsi atas  salah satu persyaratan, maka membatasi partisipasi Telkom.

Tentu pernyataan ini menjadi menarik. Dimana letak beda persepsinya? Dalam dokumen tender yang ada di situs resmi Kementrian Komunikasi dan Informatika Myanmar dinyatakan tahap verifikasi yang dilakukan untuk  untuk memastikan kekuatan peserta seperti fundamental keuangan, keterampilan dan pengalaman berusaha di telekomunikasi,  dan kemampuan untuk mengelola jaringan di negeri seperti Myanmar.
 
Sebenarnya jika bicara keuangan, Telkom tak ada masalah. Mari bandingkan Telkom dengan Axiata. Profitabilitas  Telkom lebih baik  dibandingkan Axiata Group Berhad.

Margin EBITDA Telkom mencapai 51,54%, sedangkan Axiata Grup sebesar 41,15%. Artinya profitabilitas Telkom lebih baik dari Axiata Group meskipun nilai aset lebih kecil 22% sebesar Rp 111,36 triliun. Axiata sudah ekspansif di pasar Internasional, Telkom hanya mengandalkan domestic market, Indonesia.Telkom memiliki  140 juta pengguna, sementara Axiata   beroperasi di sembilan negara dengan dan jumlah pelanggan lebih dari 200 juta.

Tetapi ternyata memiliki fundamental keuangan yang kinclong belum mampu membawa Telkom lolos ke babak final. Telkom tersandung di keterampilan dan pengalaman berusaha di telekomunikasi untuk pasar luar negeri. Dalam dokumen tender diminta peserta yang lolos babak final harus berpengalaman mengelola minimal satu juta pelanggan di luar pasarnya.

Arif dalam rilisnya menyatakan, Telkom melalui anak usahanya PT Telekomunikasi International (Telin) di Hongkong dengan menggelar Mobile Virtual Network Operator (MVNO) memiliki 40 ribu pelanggan. Di Timor Leste,  melalui Telkomcel  menguasai market share sebesar 9,13%  dengan  55 ribu pelanggan.
Tentu jika dijumlah dengan 95 ribu pelanggan di luar negeri, sulit bagi Telkom untuk lolos dari persyaratan untuk ke babak final.

Ditambah, mitra yang diajak adalah pemain lokal, tentu tak memiliki pengalaman di pasar internasional. Bandingkan dengan SingTel yang menggandeng konglomerat bisnis Myanmar KBZ. Tak hanya itu, SingTel juga menyebar dua anak usaha untuk masuk di tender yakni Bharti Airtel dan Telenor.  

Ketua Umum Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) Setyanto P Santosa menduga dalam menyakinkan panitia lelang, Telkom mengajukan Telkomsel yang ada unsur SingTel-nya.

“Mungkin saja panitia menganggap yang bikin maju Telkomsel itu adalah karena ada SingTel. Padahal SingTel sendiri maju sebagai peserta. Ke depan harus dipikirkan ada Indonesia Incorporated untuk tender internasional seperti ini,” katanya.(id)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
IndoTelko Idul Fitri 2024
More Stories
Data Center Service Provider of the year