telkomsel halo

Indonesia Membutuhkan Teknologi 4G

21:51:07 | 14 Mar 2013
Indonesia Membutuhkan Teknologi 4G
Suasana acara diskusi 4G yang digagas IndoTelko, Kamis (14/3) (DOK)
JAKARTA (IndoTelko) — Layanan data di Indonesia dinilai membutuhkan kehadiran teknologi 4G mengingat masyarakat sudah makin haus dengan jasa tersebut.

“Di dunia 4G telah banyak berjalan menggunakan Long Term Evolution (LTE). Indonesia butuh kehadiran 4G untuk menjawab kian maraknya penggunaan akses data di masyarakat,” ungkap Ketua Komisi Tetap Kadin Indonesia Bidang Telekomunikasi, Johnny Swandi Sjam dalam acara 4G: New Tech, New Services, New Needs  di Jakarta, Kamis (14/3).

Menurutnya,  Jika  satu dekade lalu layanan basic telephony seperti voice dan SMS begitu disukai, sekarang secara perlahan   mulai tergantikan dengan aplikasi yang disediakan para pemain Over-the-Top (OTT) lewat konektivitas mobile data.

Diprediksinya,  tak lama lagi layanan messaging text based all you can eat ini akan berevolusi menjadi video messaging dan streaming seiring demand evolusi teknologi untuk menyalurkan tren big data.

"Sekarang, kita telah merasakan era keemasan 2G perlahan mulai pudar berganti era 3G. Dan tak lama lagi, dunia juga akan menyambut era keemasan 4G," prediksinya.  

Menurutnya, peluang 4G akan sukses di Indonesia lumayan besar mengingat negara ini mengandalkan mobile internet untuk mengakses dunia maya.

Apalagi,  penetrasi SIM card di Indonesia telah mencapai 119,9% di 2012, dan masih bisa meningkat lagi menjadi 144,1% dalam tiga tahun ke depan, namun jumlah aktual dari penetrasi pelanggannya diyakini baru mencapai 58,7% saja. Itu artinya, satu orang pelanggan saat ini menggunakan dua SIM card.

“Upgrade teknologi ini akan membuka peluang baru bagi operator untuk membuat perbedaan dari sisi penambahan jumlah pelanggan dengan ARPU (average revenue per user) yang berkualitas,” papar Johnny.
 
Dikalkulasinya, dari komposisi jumlah pengguna mobile data non-voice saat ini, perlahan pelanggan 2G yang tadinya di 2012 sekitar 16%, akan terus turun jadi tinggal 5% di 2015. Sementara pelanggan 3G, dan LTE jika sudah komersial nanti, akan terus melonjak drastis dari 23% di 2012 menjadi 45% di 2015.
 
“Kondisi ini harusnya bisa menjadi gambaran bagi kita, betapa kebutuhan akan akses jaringan mobile data yang mumpuni sudah sangat mendesak. Kita tidak bisa lagi cuma berbicara soal 3G. Karena ke depan, topik yang akan jadi pembicaraan orang adalah soal kehandalan 4G,” tegas Johnny.

Ekosistem
Sementara itu, penguasa pasar telekomunikasi nasional, Telkom grup, menyatakan telah jauh-jauh hari mempersiapkan diri untuk menyambut datangnya era beyond telco ini.  

Direktur Network  Telkomsel, Abdus Somad Arief menegaskan konsep Device Network Application (DNA) yang telah dibangun Telkom grup sejak dua tahun lalu merupakan langkah yang tepat untuk digital lifestyle di era 4G nanti.  

Terlebih bagi Telkom Group, dengan basis pelanggan 171 juta nomor dan pelanggan data sekitar 73,7 juta hingga akhir 2012, merupakan sebuah kebutuhan untuk terus berevolusi, baik dari sisi layanan maupun teknologi.

“Perkembangan teknologi dan perubahan lanskap industri merupakan sesuatu yang tidak bisa kita hindari, yang pada akhirnya menuju pada integrasi dan konvergensi. Bagi kami, ini merupakan kesempatan untuk memberikan pelayanan dan kenyamanan yang prima bagi pelanggan dan stakeholders,” tegasnya.  

Presiden Director & CEO  Indosat Alexander Rusli  menilai 4G dengan teknologi LTE akan jauh lebih efisien dibandingkan teknologi mobile generasi sebelumnya. Terlebih, ketersediaan perangkat 4G juga telah tumbuh dua kali lipat di pasaran.

“Momentum 4G telah datang dan LTE merupakan teknologi yang paling efisien untuk melayani pasar mobile broadband. Namun itu saja tidak cukup. Di era big data ini kami percaya, ini saatnya seluruh operator, pemain OTT, pengembang manufaktur, dan pemerintah, saling berkolaborasi,” kata Alex.

Chief Technology Officer Smartfren Merza Fachys mengatakan, kebutuhan untuk transformasi ke 4G sudah tidak dapat dielakkan lagi kerena hampir seluruh penyedia jasa seluler sedang melakukan transformasi dari voice centric provider menjadi data centric provider.
 
Transformasi ini juga harus mampu menjawab kebutuhan pemakai data, yaitu high speed, full coverage, low latency dan full mobility, yang merata di semua tempat, baik di tempat kerja, di jalan maupun di tempat tinggal.

“Teknologi CDMA yang saat ini diimplementasikan oleh Smartfren sudah sampai pada 1X Advance dan DO Advance, yang sesudah itu belum ada lagi teknologi kelanjutannya dari CDMA. Itu sebabnya, kebutuhan untuk transformasi ke 4G sudah tidak dapat dielakkan lagi. Smartfren harus bertransformasi ke 4G dan Smartfren tidak bisa menunggu. 4G harus dimulai sekarang,” kata Merza.

Presiden Direktur XL Axiata Hasnul Suhaimi mengingatkan tantangan dari 4G adalah jaminan investasi kembali bagi operator. “Kita harus belajar dengan kejadian yang menimpa  SK Telecom di  Korea Selatan. Operator ini telah mengeluarkan US$ 2,1 miliar pada 2011 lalu untuk mengembangkan LTE, namun omzet yang didapat tidak signifikan,” ingatnya.
 
Vice President Region SEA & Oceania Ericsson Fadi Pharaon mengakui kebanyakan operator saat ini prioritasnya adalah untuk menyediakan layanan mobile data yang lebih cepat dan kapasitas yang lebih besar demi memberikan pengalaman mobile broadband yang lebih baik. Di sisi lain, tentu saja operator memiliki tantangan untuk menurunkan biaya per megabyte dan mengoptimalkan investasi.

“Inilah mengapa strategi yang utama dan terpenting bagi Ericsson untuk LTE adalah untuk menciptakan jaringan yang berkecepatan tinggi dan responsif, yang menyediakan pengalaman baik bagi pengguna sejak awal menggunakan layanannya,” ujar Fadi.

Mencari Frekuensi
Dirjen Sumber Daya dan Perangkat Pos Informatika (SDPPI) Kementerian Kominfo Muhammad Budi Setiawan menjelaskan, pemerintah tengah menimbang alokasi frekuensi yang ideal untuk teknologi 4G.

“Idealnya spektrum 700 MHz merupakan pilihan optimum antara kapasitas dan jangkauan untuk teknologi 4G LTE. Kami akan membersihkan TV analog untuk merealisasikan digital dividend,” ujarnya.

Anggota Komite BRTI, Muhammad Ridwan Effendi mengungkapkan, di Indonesia masih ada beberapa kendala dalam penyediaan spektrum. Selain itu juga, beberapa regulasi harus disusun untuk mendukung tersedianya broadband 4G ini,” tuturnya.(id)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
IndoTelko Idul Fitri 2024
More Stories
Data Center Service Provider of the year