telkomsel halo

Ancaman Mobile Malware Naik 291%

17:21:38 | 01 Feb 2013
Ancaman Mobile Malware Naik 291%
Ilustrasi (DOK)
JAKARTA (indotelko)– Ancaman mobile security mengalami peningkatan dua kali lipat dalam dua tahun terakhir.

Hingga   kuartal III-2012 lalu, jumlah malware yang terdeteksi mencapai 41.051 kasus atau naik  sekitar 291% dibandingkan pada tahun 2011.

Pada tahun ini ancaman mobile malware di smartphone diperkirakan akan terus meningkat.

Country Manager NQ  Mobile Inc Isnur Rochmad menjelaskan, berdasarkan riset yang dilakukan perseroan  pada tahun 2009 ditemukan hanya 1.649 kasus serangan malware. Kemudian pada tahun 2010 ditemukan 6.760 kasus, di tahun 2011 ditemukan 24.794 kasus dan di tahun 2012 (sampai dengan Q3 2012) telah ditemukan 41.051 kasus.

NQ Mobile sendiri adalah perusahaan yang bergerak di bidang mobile security global.

“Ini menunjukkan pertumbuhan mobile malware naik paling tidak dua kali lipat tiap tahunnya. Kami memprediksi bahwa trend ini akan terus berlangsung.  Baik grafik malware maupun device yang terserang malware, dua-duanya naik secara eksponensial,”  ungkapnya.
 
Diungkapkannya, fakta lainnya adalah  lebih dari 22,7 juta mobile devices yang terinfeksi mobile malware sampai dengan Q3 2013. Lima negara teratas dengan jumlah mobile device yang terinfeksi adalah China (23.3%), US (20.5%), India (18.4%), Rusia (13.2%) dan Inggris (8.3%).

Berdasarkan data riset NQ Mobile di akhir 2011, spesifik untuk smartphoneAndroid, persentase  handset Android yang terinfeksi adalah sebagai berikut: China (1.6%), India(0.5%), Malaysia (0.4%), Inggris (0.3%).

Untuk Indonesia, sekitar 0,2% smartphone Android terinfeksi malware.

Trend mobile malware sangat dipengaruhi dari popularitas dari platform sistem operasi   dari smartphone.

Android merupakan salah satu sistem operasi yang paling banyak diserang  malware, yakni sebesar 94,7%.  Disusul Symbian (4.20%), Windows Mobile (0.90%).

“Android terbanyak karena selama ini Android merupakan OS yang paling populer untuk ponsel pintar,” kata Isnur.

Dijelaskannya, ada beberapa proses infeksi malware melalui smartphone.  Salah satu teknik yang banyak digunakan malware untuk menginfeksi smartphoneuser disebut dengan piggybacking, yakni menambahkan aplikasi malware ke aplikasi popular  dan membuat file aplikasi baru.

File aplikasi asli di-disassemble, ditambahkan malware dan di-package ulang.

Kemudian mendistribusikan aplikasi dengan malware tersebut dengan berbagai cara, misalkan ke application store maupun di portal. Bahkan bukan tidak mungkin cyber criminal membeli trafik mobile advertising untuk menstimulate user mendownload aplikasi dengan malware di atas.

Pada saat user menginstal aplikasi dengan malware maka aplikasi akan diinstal berikut juga dengan malwarenya.  Aplikasi-aplikasi yang sering menjadi target piggybacking adalah game, powerful utility dan juga pornography.

Ada pula cara lain melalui upgrade aplikasi asli ke aplikasi malware. Teknik ini merupakan teknik yang memperbaiki teknik sebelumnya, dimana cyber criminal pada saat melakukan repackaging aplikasi tidak menyertakan keseluruhan (aplikasi) malware, melainkan hanya pada modul upgrade aplikasi saja sehingga akan lebih sulit untuk dideteksi.

Kemudian server cyber criminal akan mengirimkan pesan ke handset untuk melakukan upgrade aplikasi. Pada saat melakukan upgrade, maka versi baru dari aplikasi akan diinstal, berikut dengan varian malwarenya.

Masih menurunya, selain ancaman-ancaman diatas, sebenarnya ada ancaman tradisional yang menyebabkan ketidaknyamanan dalam pemakaian smartphone, yaitu apabila terjadi kehilangan atau kecurian smartphoneatau tablet, sementara di device yang hilang terdapat data sensitif berupa email, SMS, Call logs, foto, video dan lainnya.

“Jatuhnya smartphone ke tangan orang lain, bisa mengakibatkan jatuhnya data sensitif ke orang yang tidak bertanggung jawab yang mungkin mengambil keuntungan atau menimbulkan kerugian bagi pemilik smartphone,” katanya.

Ditopang Smartphone
Sementara itu Country Manager Qualcomm Indonesia Ben Siagian  mengatakan meningkatnya serangan malware terhadap smartphone belakangan ini tak lepas dari pesatnya pertumbuhan smartphone dalam beberapa tahun terakhir ini.

Mengutip data GfK, Ben mengatakan pertumbuhan smartphone di Indonesia rata-rata 20% per tahun, jauh di atas pertumbuhan ponsel lainnya.

Jumlah smartphone yang terjual di seluruh dunia pada 2011 sampai dengan 2016 diperkirakan mencapai 5 miliar dengan Compound Annual Growth Rate (CAGR) mencapai 24%.

“Jumlah ini, hampir sama dengan jumlah penduduk dunia. Itu berarti sebagian besar penduduk dunia sekarang sudah pakai smartphone,”  klaim Ben.

Di Indonesia sendiri, menurut data Gfk, pertumbuhan smartphone mencapai 20% per tahun.

Bila pada 2011 jumlah smartphone hanya sekitar 8 juta, maka sampai akhir tahun ini, jumlah smartphone diperkirakan mencapai 13 juta dan akan berkembang sampai 18 juta pada 2015. Tak hanya smartphone, pertumbuhan tablet juga meningkat pesat, di mana CAGR pada 2011-2016 mencapai 41%, jauh di atas notebook yang hanya 9%.

“Makanya kita butuh environment yang menjamin kita menggunakan ponsel dengan secure. Sekarang kita terbuka bekerja sama dengan perusahaan mobile security , di mana kita bisa langsung embeded di chipset,” katanya.
 
Pada kesempatan sama, pemerhati gadget Lucky Sebastian mengakui bahwa belakangan ini serangan malware terhadap smartphone terus meningkat. Bahkan, kata dia, ada rumor yang menyebutkan bahwa pada tahun ini akan ada sekitar 1 juta jenis malware yang siap menyerang smartphone kita. Rasionya 14:3 dibandingkan dengan PC.

“Hal yang penting kita mulai aware dengan ancaman yang serius ini. Seringkali orang kita dengan cuek install aplikasi ini itu, apalagi gratis. Padahal ada kemungkinan aplikasi ini mengandung virus atau malware. Bahkan orang kita kadang malas membaca ketentuan-ketentuan sebelum mendonwload aplikasi. Padahal bisa saja aplikasi ini mengamdung virus,” kata Lucky.(ct)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
IndoTelko Idul Fitri 2024
More Stories
Data Center Service Provider of the year