telkomsel halo

Bijaklah Menggunakan Bandwitdh

20:51:00 | 04 Okt 2012
Bijaklah Menggunakan Bandwitdh
Ilustrasi (Dok)
JAKARTA (indotelko) – Komisi Broadband Dunia dalam laporannya September lalu menyatakan penetrasi mobile broadband Indonesia berada di peringkat 41 dunia.

Posisi Indonesia dengan 22,2% memang berada di bawah negara sekawasan, ASEAN, Singapura yang menempati peringkat pertama dengan 110.9 %.

Terlepas dari posisi itu, terlihat jelas masyarakat Indonesia sangat tergantung kepada akses melalui mobile broadband untuk ke Internet. Dapat ditebak, perangkat bergerak  seperti smartphone, tablet, atau dongle menjadi andalan untuk ke dunia maya.

Hal yang menjadi pertanyaan,  dengan tingginya penetrasi tentu akan linear  juga konsumsi bandwitdh jika merujuk kepada trafik data yang lalu lalang.  Catatan terakhir jelang lebaran 2012, Indoensia memiliki trafik data sekitar 160 terabyte. Angka yang lumayan besar.

“Trafik di sisi pelanggan banyak habis untuk browsing, instant messenger, dan social media,” ungkap Peneliti dari Indonesia ICT Institute Heru Sutadi.

Menurutnya, walau trafik di Indonesia lumayan tinggi,  tetapi belum banyak digunaka untuk hal-hal produktif. “Seharusnya ada pemikiran memperkuat infrastruktur dan masyarakat dibiasakan teleworking agar kualitas hidup meningkat.  Bayangkan, dengan kondisi macet seperti Jakarta, kualitas hidup bisa menurun,” jelasnya.

GM Regulatory Indosat Risagarti mengakui, di sisi operator tentu menyiapkan kapasitas dan bandwitdh. “Tetapi kita harus menyadari juga penyediaan bandwitdh itu tidak murah. Kita mengharapkan   pengguna bisa  menggunakan bandwitdh secar arif dan bijaksana,” katanya.

Diungkapkannya, meyediakan broadband yang berkualitas itu lumayan sulit. “Kalau bicara dari sisi ketersediaan bandwitdh, tentu operator akan meminta terus. Namun,jika berbicara ingin layanan berkualitas, tentu perlu kerjasama semua pihak,  terutama dalam penggunaan bandwitdh untuk hal yang produktif,” katanya.

Pilih 3G
Secara terpisah, Praktisi telematika  Teguh Prasetya mengatakan, saat ini operator  dalam menyediakan akses mobile broadband lebih memilih berinvestasi di 3G ketimbang 2G karena per kbps lebih murah.

“Jika menggunakan 2G itu sekitar satu rupiah per Kbps, sementara dengan 3G hanya 0.5 rupiah per kbps. Ini karena skala ekonomi perangkat 3G kian matang,” katanya.

Namun, fakta lain diungkap Country Manager Qualcomm Indonesia  Ben Siagian, yang menyatakan   pengguna 3G di Indonesia masih rendah karena sebagian pengguna perangkat mobile belum menyadari menyadari keuntungan menggunakan 3G. “Kebanyakan ponsel 3G tidak di-lock untuk jaringan 3G. Pemicu lainnya adalah, perangkat beredar masih banyak berbasis 2G,” katanya.

Pengamat telematika lainnya,   Abimanyu Wachjoewidajat, rendahnya akses pada jaringan 3G tidak lain karena jumlah bandwidth  yang disediakan operator masih terlalu sempit. Dengan lebar pita yang sempit membuat aktivitas jaringan 3G masih pas-pasan untuk melakukan aplikasi berat.

Dengan bandwidth yang pas-pasan, konsekuensinya setiap akses 3G rendah. Ponsel pengguna tidak berhasil mencapai 3G dan hanya sebatas EDGE atau GPRS.

Menurut Abimanyu  jika operator meningkatkan kapasitas bandwidth, jumlah pengguna 3G akan melonjak mengingat ponsel pintar yang telah didikung dengan teknologi ini sudah semakin banyak.

Sedangkan Heru berpandangan, penggunaan 3G sekarang ini memang sengaja hanya untuk kota besar karena alasan ekonomis dan jumlah pengakses.

“Namun,  jika teknologi Long Term Evolution (LTE) datang, maka penggunaan 3G akan bergeser ke desa. Ini belajar dari datangnya 3G pertama kali di Indonesia,  dimana terjadi pergeseran infrastruktur,”katanya.(ct)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
IndoTelko Idul Fitri 2024
More Stories
Data Center Service Provider of the year