AstraZeneca paparkan bukti klinis di ESMO Asia 2025

JAKARTA (IndoTelko) - Perusahaan biofarmasi global berbasis sains, AstraZeneca merilis bukti klinis terbaru pada ajang ESMO Asia 2025 yang berlangsung di Singapura. Perusahaan ini menegaskan kembali komitmennya dalam mendorong kemajuan perawatan kanker di Asia.

Data ini menunjukkan perkembangan menuju pendekatan pengobatan yang lebih personal, lebih dini, dan lebih efektif, dengan fokus pada kanker paru, gastrointestinal, dan payudara—tiga jenis kanker yang paling banyak terjadi di kawasan ini.

Kebutuhan akan inovasi di Asia semakin mendesak. Dengan jumlah penduduk lebih dari 4,8 miliar jiwa—sekitar 60% populasi dunia—kawasan ini menanggung beban kanker yang sangat besar, mencakup hampir setengah dari kasus baru secara global dan sekitar 60% kematian akibat kanker. Beban tersebut diperkirakan terus meningkat seiring pertumbuhan penduduk, bertambahnya populasi lanjut usia, laju industrialisasi, paparan karsinogen, serta berbagai faktor risiko terkait gaya hidup.

Dikatakan Area Vice President Asia AstraZeneca, pihaknya berkomitmen memperkuat upaya peningkatan perawatan kanker di Asia melalui inovasi dalam deteksi dini, diagnostik presisi, dan pengobatan berbasis pedoman klinis. “Kami terus berkolaborasi dengan para mitra untuk menghadirkan hasil perawatan yang lebih baik bagi pasien di seluruh kawasan,” jelasnya.

Sementara Presiden Direktur AstraZeneca Indonesia, Esra Eskomay menjelaskan, di Indonesia dan kawasan sekitarnya, pihaknya bekerja sama dengan para tenaga kesehatan, pembuat kebijakan, dan komunitas pasien untuk menerjemahkan bukti klinis menjadi akses yang lebih merata, sehingga lebih banyak pasien dapat menerima terapi yang tepat pada waktu yang tepat.

Pada ESMO Asia 2025, AstraZeneca menekankan tiga area prioritas yang menjadi kunci transformasi perawatan kanker di Asia, antara lain :

1. Memperkuat akses pemeriksaan dan terapi untuk kanker paru EGFRm NSCLC

Kanker paru masih menjadi beban kesehatan yang signifikan di Asia, dengan mutasi EGFR pada pasien NSCLC ditemukan lebih sering dibandingkan dengan populasi di negara-negara Barat. Kondisi ini menegaskan pentingnya proses diagnostik yang lebih terstruktur sejak kunjungan pertama, sehingga penentuan terapi yang tepat dapat dilakukan sedini mungkin.

AstraZeneca memaparkan data dari beberapa studi yang menggambarkan peran EGFR TKI di seluruh tahap perawatan pasien EGFRm NSCLC, yakni :

Temuan ini menegaskan pentingnya pemeriksaan komprehensif EGFR dan MET sebagai dasar pengambilan keputusan terapeutik di setiap tahapan penyakit.

2. Mendorong penggunaan imunoterapi dan terapi target lebih dini dalam pengobatan kanker Gastrointestinal

Kanker gastrointestinal menjadi salah satu penyumbang beban kanker global yang besar, dengan lebih dari separuh kasus ditemukan di Asia. Studi yang dilakukan oleh AstraZeneca Indonesia menunjukkan bahwa pemberian imunoterapi sejak tahap awal dan secara berkesinambungan dapat meningkatkan peluang kelangsungan hidup pada kelompok pasien tertentu.

Pada kanker lambung dan kanker gastroesophageal junction stadium awal hingga stadium lanjut lokal, kombinasi imunoterapi dan kemoterapi terbukti memberikan peningkatan signifikan pada kelangsungan hidup secara keseluruhan (overall survival) dan waktu kejadian kekambuhan (event-free survival). Peningkatan hasil ini juga terlihat pada pasien Asia yang umumnya memiliki kondisi penyakit lebih kompleks.

Pada kanker hati stadium lanjut—terutama di negara-negara dengan prevalensi hepatitis B yang tinggi—regimen kombinasi imunoterapi menunjukkan peningkatan kelangsungan hidup yang bertahan hingga lima tahun. Temuan ini menjadikannya pilihan terapi yang menjanjikan bagi kelompok pasien tersebut.

Temuan-temuan ini menegaskan pentingnya peningkatan kemampuan diagnostik dan alur rujukan antardisiplin, agar lebih banyak pasien dapat memperoleh akses dan merasakan manfaat dari terapi inovatif yang paling tepat bagi kondisi mereka.

3. Meningkatkan Peran Antibody Drug Conjugatesdalam Penanganan Kanker Payudara

Kanker payudara merupakan kanker yang paling banyak didiagnosis pada perempuan dan menjadi salah satu penyebab utama kematian terkait kanker di seluruh dunia. Di banyak negara Asia, kanker sering terdiagnosis pada usia 4050 tahun, lebih muda dibandingkan negara Barat yang umumnya pada usia 6070 tahun. Perbedaan ini menunjukkan bahwa profil penyakit di Asia cenderung lebih kompleks.

Selain itu, temuan studi yang presentasikan pada ESMO Asia 2025 semakin memperkuat bukti terkait dalam penanganan kanker payudara :

Temuan ini menunjukkan bahwa ADC berpotensi memberikan manfaat lebih besar jika digunakan pada tahap yang lebih awal dalam perawatan kanker payudara. (mas)