SAN FRANSISCO (IndoTelko)— Laporan kuartalan terbaru dari Cloudflare menunjukkan lonjakan signifikan dalam serangan DDoS global pada kuartal tiga 2025 sebanyak 8,3 juta serangan berhasil dicegah, setara rata-rata 3.780 serangan per jam.
Menurut laporan 2025 Q3 DDoS Threat Report, lonjakan ini sebagian besar dipicu oleh botnet Aisuru botnet — dengan estimasi 14 juta perangkat terinfeksi — yang melancarkan serangan hyper-volumetrik rutin melebihi 1 terabit per detik (Tbps) dan 1 miliar paket per detik (Bpps). Pada puncaknya, satu serangan Aisuru mencapai 29,7 Tbps dan 14,1 Bpps.
Cloudflare melaporkan bahwa total serangan DDoS yang berhasil dicegah sepanjang 2025 sudah mencapai 36,2 juta — 170% lebih banyak dibanding total serangan yang dicegah sepanjang 2024.
Analisis detail menunjukkan bahwa 71% dari serangan pada Q3 terjadi di lapisan jaringan (network-layer), yaitu sekitar 5,9 juta serangan — meningkat 87% secara kuartal ke kuartal (QoQ) dan 95% secara tahunan (YoY). Sebaliknya, serangan pada lapisan HTTP hanya mencakup sekitar 29% (2,4 juta) dan justru menurun 41% QoQ dan 17% YoY.
Cloudflare memperingatkan bahwa sebagian besar serangan — baik volumetrik maupun HTTP — bersifat singkat: 71% serangan HTTP dan 89% serangan network-layer berakhir dalam waktu kurang dari 10 menit. Deteksi dan mitigasi cepat menjadi kunci — kelemahan sistem tradisional sering tidak cukup cepat merespon gangguan jangka pendek namun intensif seperti ini.
Laporan juga mencatat bahwa sektor paling banyak menjadi target serangan adalah layanan TI & jasa, telekomunikasi, serta gambling & kasino. Industri otomotif dan logam-tambang mengalami lonjakan serangan signifikan, seiring meningkatnya ketegangan dagang global dan regulasi perdagangan bahan kritis. Serangan ke perusahaan AI juga melonjak — trafik DDoS terhadap layanan AI meningkat 347% MoM pada September 2025.
Cloudflare menekankan bahwa kompleksitas dan skala serangan DDoS kini telah melampaui kemampuan solusi tradisional — serangan hyper-volumetrik, botnet-for-hire, dan vektor baru menyulitkan pertahanan berbasis perangkat on-premise atau scrubbing center klasik.
Indonesia kembali menjadi negara sumber serangan DDoS terbesar di dunia, posisi yang sudah bertahan sejak Q3 2024. Dalam lima tahun terakhir, lonjakan permintaan DDoS dari Indonesia meningkat hingga 31.900%. Tujuh dari sepuluh sumber serangan global berada di kawasan Asia.
Di sisi target korban, sektor informasi teknologi dan layanan paling sering diserang, diikuti telekomunikasi, serta industri gambling/gaming. Ada lonjakan signifikan terhadap industri otomotif dan sektor pertambangan, mineral, serta logam, yang disebut berkaitan dengan dinamika geopolitik dan tarif perdagangan global.
Cloudflare juga mencatat peningkatan besar traffic DDoS terhadap layanan kecerdasan buatan (AI), mencapai kenaikan 347% dalam satu bulan pada September 2025. Laporan ini menegaskan bahwa ancaman DDoS bukan hanya soal kejahatan siber acak, tetapi juga semakin dipakai sebagai alat ekonomi, politik, dan kompetisi digital lintas negara.(ak)