Konsumen khawatirkan penipuan seluler berbasis AI kala periode belanja online

JAKARTA (IndoTelko) - Menjelang periode belanja online tersibuk dalam setahun, data terbaru dari laporan tahunan kelima Appdome, Consumer Expectations of Mobile App Security Report, menunjukkan bahwa penipuan sintetis, pencurian identitas, dan penipuan berbasis AI kini menjadi alasan utama konsumen Indonesia meninggalkan aplikasi seluler selama Black Friday dan musim liburan.

Meskipun ini merupakan survei global Appdome yang ke-5, tahun ini adalah pertama kalinya konsumen Indonesia ikut disertakan.

Data industri dari NordLayer, SEON, dan Kaspersky menunjukkan upaya penipuan meningkat mulai dari 22% hingga lebih dari empat kali lipat selama Cyber Week saja. Riset konsumen terbaru Appdome mencerminkan meningkatnya risiko ini, antara lain :

Dengan diskon besar-besaran, tekanan kecepatan, dan volume pembayaran seluler yang tinggi, konsumen memasuki musim liburan yang mereka yakini sangat rentan terhadap penipuan.

Dikatakan Co-Creator and CEO Appdome, Tom Tovar, AI mengubah lanskap penipuan lebih cepat daripada kemampuan bisnis seluler untuk merespons. “Konsumen ingin bukti bahwa aplikasi mereka dapat menghentikan penipuan sebelum pembelian dilakukan bukan setelah kerugian terjadi,” jelasnya.

Pada 2025, penipuan berbasis AI termasuk persetujuan pembayaran deepfake, serangan vishing, dan pengambilalihan akun berbasis bot telah menjadi pemicu utama penipuan seluler selama musim liburan.

Riset Appdome menemukan bahwa :

“Paradoks AI” ini memberi tekanan besar pada aplikasi perbankan, ritel, fintech, travel, dan jasa pengiriman untuk menunjukkan perlindungan in-app (di dalam aplikasi) yang jelas selama puncak musim belanja.

Selama Black Friday dan belanja akhir tahun, konsumen sangat mengharapkan aplikasi seluler untuk melindungi mereka secara proaktif :

Diungkapkan Chief Customer Officer Appdome, Jamie Bertasi, belanja musim liburan adalah saat penyerang paling gencar beraksi. “AI membuat pelaku kejahatan dapat meniru pengguna asli, membajak sesi, dan memicu transaksi penipuan. Menghentikan serangan ini langsung di dalam aplikasi sangat penting untuk melindungi konsumen — dan pendapatan — selama musim belanja tersibuk dalam setahun ini,” jelasnya.

Dengan rekor belanja seluler yang diperkirakan terjadi antara Black Friday hingga 31 Desember, temuan ini menunjukkan mandat yang jelas bagi pengembang aplikasi, diantaranya :

Menurut survei tersebut, pengguna seluler jauh lebih mungkin merekomendasikan, mengulas, dan mempromosikan merek yang melindungi mereka secara nyata — terutama selama masa liburan :