Istana pantau rencana merger Grab dan GoTo

JAKARTA (IndoTelko) — Pemerintah melalui Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi mengonfirmasi bahwa rencana penggabungan antara dua raksasa teknologi Asia Tenggara, Grab Holdings Ltd dan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), tengah dibahas secara serius di tingkat nasional.

Prasetyo menyebut pembahasan itu mencakup potensi akuisisi atau pembelian sebagian saham GoTo oleh Grab, sebagai langkah strategis memperkuat ekosistem digital di Indonesia.

“Salah satunya memang sedang kita godok. Fokusnya pada penggabungan entitas di Indonesia,” ujar Prasetyo.

Ia menjelaskan bahwa Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) direncanakan akan dilibatkan dalam proses penggabungan tersebut. Namun, bentuk konkret dari kerja sama itu, masih dalam tahap pembahasan dan penentuan skema yang paling tepat.

Lebih lanjut, Prasetyo menegaskan bahwa pemerintah memastikan tidak akan terjadi praktik monopoli pasar akibat penggabungan dua perusahaan besar itu. Menurutnya, tujuan utama dari rencana ini bukan untuk membatasi persaingan, melainkan menjamin kelangsungan bisnis dan kesejahteraan jutaan mitra pengemudi ojek online (ojol) yang selama ini menjadi bagian penting dari roda ekonomi nasional.

“Sekarang kita tersadar, ojol adalah pahlawan ekonomi, penggerak ekonomi rakyat. Jadi, tujuan utamanya adalah memastikan keberlanjutan layanan dan kesejahteraan mitra,” tegasnya.

Prasetyo menambahkan, pembahasan rencana tersebut melibatkan perwakilan dari Grab, GoTo, dan Presiden Prabowo Subianto. Ia menegaskan pemerintah akan menyelesaikan kajian secepat mungkin, termasuk menyiapkan instrumen hukum yang sesuai, baik melalui peraturan presiden maupun keputusan presiden.

Di tengah isu penggabungan ini, GoTo melaporkan kinerja keuangan yang menunjukkan perbaikan signifikan hingga kuartal III 2025. Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, pendapatan bersih tercatat sebesar Rp4,74 triliun, tumbuh 21% year-on-year (YoY) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Nilai transaksi bruto (Gross Transaction Value/GTV) inti mencapai Rp102,8 triliun, meningkat 43% YoY, sementara total GTV grup naik 28% menjadi Rp176 triliun. GoTo juga mencatat laba sebelum pajak yang disesuaikan sebesar Rp62 miliar, menandai capaian laba pertama sejak IPO.

Dari sisi profitabilitas, Adjusted EBITDA melonjak 239% YoY menjadi Rp516 miliar pada kuartal III, sehingga manajemen menaikkan panduan EBITDA tahunan menjadi antara Rp1,8 triliun hingga Rp1,9 triliun.

Capaian ini memperlihatkan bahwa GoTo mulai memasuki fase transisi dari ekspansi agresif menuju profitabilitas berkelanjutan, sekaligus memperkuat posisinya di tengah dinamika konsolidasi industri digital.(ak)