JAKARTA (IndoTelko) — Aktivitas modal ventura (VC) global mencatat lonjakan tajam pada kuartal ketiga 2025 dengan total pendanaan mencapai US$97 miliar, menandai pemulihan signifikan di pasar investasi startup global.
Menurut laporan terbaru CB Insights berjudul State of Venture Q3’25: Funding Momentum & the Next Wave of Innovation, periode JuliSeptember 2025 menjadi titik balik kuat bagi industri modal ventura setelah sempat melambat di dua tahun terakhir.
Kenaikan ini menunjukkan kepercayaan investor terhadap sektor teknologi global mulai pulih, seiring berkembangnya inovasi di bidang kecerdasan buatan (AI), infrastruktur teknologi, dan kesehatan digital.
Secara rinci, total investasi global tumbuh 38 persen (YoY) menjadi US$97 miliar. Dari angka tersebut, sektor AI mendominasi dengan porsi 46 persen dari seluruh pendanaan, menegaskan bahwa AI masih menjadi magnet utama bagi investor dunia.
Sementara itu, pendanaan di sektor hardware dan infrastruktur teknologi, termasuk robotik, semikonduktor, dan komputasi kuantum, mencapai US$16,2 miliar, mencerminkan meningkatnya minat terhadap fondasi teknologi generasi berikutnya.
Tren positif juga terlihat di sektor kesehatan dan biotech, yang berhasil mengamankan US$15,8 miliar dalam kuartal yang sama. Laporan tersebut mencatat bahwa inovasi berbasis bioteknologi dan kesehatan digital mulai menarik investor institusional karena dianggap memiliki prospek jangka panjang pasca-pandemi.
Di sisi lain, pendanaan tahap akhir (late-stage) melonjak hingga US$58 miliar atau naik 66 persen YoY, sedangkan pendanaan tahap awal (early-stage) tercatat di kisaran US$30 miliar, menandakan geliat positif namun selektif dari investor terhadap startup tahap dini.
Bagi Indonesia, geliat ini membawa peluang sekaligus tantangan. Dengan investor global kembali aktif menyalurkan dana ke teknologi mutakhir, startup lokal yang fokus pada AI, hard-tech, dan health-tech berpotensi menarik perhatian investor internasional. Momentum ini dapat dimanfaatkan untuk memperkuat riset dan pengembangan produk, serta memperluas jaringan kemitraan lintas negara.
Namun, kompetisi di tingkat global juga menuntut startup Indonesia untuk memiliki diferensiasi dan skala bisnis yang jelas. Saat ini, sebagian besar investasi besar terserap oleh perusahaan yang sudah memiliki rekam jejak dan struktur bisnis matang. Artinya, pemain baru di pasar lokal harus mampu menampilkan keunggulan kompetitif dan kesiapan ekspansi regional agar tidak tertinggal dalam arus pendanaan yang semakin selektif.
Dari sisi kebijakan, tren ini menjadi pengingat bagi regulator dan pemangku kepentingan di Indonesia untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi modal ventura asing.
Pemerintah diharapkan dapat memperkuat kerangka hukum yang mendukung kolaborasi lintas negara, memperluas akses pendanaan, serta menghadirkan program akselerasi yang fokus pada teknologi tinggi seperti AI, hardware, dan biotech. Selain itu, pengembangan infrastruktur inovasi dan dukungan terhadap startup tahap pertumbuhan menjadi krusial, mengingat investor kini lebih memilih startup dengan potensi ekspansi global dibandingkan tahap ide awal semata.
Kenaikan signifikan pendanaan global pada kuartal ketiga 2025 menegaskan bahwa ekosistem startup dunia tengah memasuki fase kebangkitan baru. Sektor AI dan teknologi infrastruktur kembali menjadi motor utama inovasi, sementara peluang di pasar emerging seperti Indonesia kian terbuka lebar.(ak)