Industri game Indonesia melesat di era Prabowo & Gibran

BALI (IndoTelko)— Pemerintah Indonesia terus menunjukkan keseriusannya dalam memperkuat industri gim nasional di era pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.

Melalui penyelenggaraan Indonesia Game Developer eXchange (IGDX) 2025 di The Stones Hotel, Bali, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) menegaskan posisi Indonesia sebagai kekuatan baru dalam industri gim global dengan mencatat potensi kemitraan bisnis senilai US$75 juta sejak pertama kali program ini digelar pada 2021.

Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid menyatakan bahwa industri gim kini bukan sekadar hiburan, melainkan motor penggerak ekonomi kreatif dan ruang ekspresi digital anak muda Indonesia. “Hari ini, kita tidak hanya menyelenggarakan konferensi, tetapi juga menegaskan kembali keyakinan bersama bahwa Indonesia dan Asia Tenggara telah menjadi pusat baru inovasi kreatif dan digital global,” ujar Meutya dalam sambutan pembukaan IGDX Conference 2025, Sabtu (11/10).

Tahun ini, IGDX mengusung tema “Accelerating Southeast Asia’s Creative Power” yang mencerminkan semangat kolaborasi lintas negara dan tekad Indonesia memperkuat posisinya sebagai pusat pertumbuhan industri gim di kawasan.

Sejak 2019, IGDX telah memfasilitasi lebih dari 3.500 pertemuan bisnis antara pengembang lokal dan mitra internasional, melalui program seperti IGDX Bootcamp, IGDX Academy, IGDX Career, IGDX Business, dan IGDX Conference. “IGDX membangun ekosistem lengkap yang melibatkan semua pelaku industri gim dari berbagai latar belakang,” tambah Meutya.

Menurut data Komdigi, sektor gim kini menyumbang sekitar Rp71 triliun per tahun terhadap perekonomian nasional dan didukung oleh lebih dari 2.000 pengembang serta penerbit aktif di berbagai daerah. Indonesia juga menempati peringkat keempat dunia dengan lebih dari 154 juta pemain gim, atau sekitar 40 persen dari total pemain di Asia Tenggara.

“Pencapaian ini menunjukkan bahwa industri gim telah menjadi penggerak utama ekonomi kreatif digital nasional. Dari Bali, kita kirimkan pesan kepada dunia bahwa inilah saatnya Asia Tenggara bangkit sebagai kekuatan kreatif global,” ujar Meutya.

Pemerintah juga menegaskan komitmennya menciptakan ruang digital yang aman dan sehat melalui peluncuran Indonesia Game Rating System (IGRS), sistem klasifikasi gim nasional yang menjadi pedoman bagi masyarakat dan orang tua dalam memilih permainan sesuai kelompok usia.

“Penerapan IGRS ini dilakukan untuk melindungi industri gim, tapi di saat yang bersamaan juga melindungi para gamers, khususnya anak-anak,” ujar Meutya.

IGRS menjadikan Indonesia sebagai negara pelopor di ASEAN yang memiliki sistem rating gim nasional berbasis nilai dan kearifan lokal. Sistem ini dikukuhkan melalui Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2024 tentang Percepatan Pengembangan Industri Gim Nasional dan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 2 Tahun 2024 tentang Klasifikasi Gim.

Meutya menegaskan bahwa kebijakan ini bukan semata soal regulasi, melainkan juga langkah strategis untuk melindungi generasi muda dari paparan konten digital yang tidak sesuai usia.

Perkembangan positif juga tampak dari semakin banyaknya gim buatan anak bangsa yang menembus pasar global. Dari DreadOut hingga Coral Island, karya kreator lokal kini bersaing di pasar internasional dan digemari jutaan pemain dunia.

“Gim kini tidak hanya menjadi hiburan, tetapi menjadi jembatan yang menghubungkan karya generasi muda Indonesia ke pasar global,” kata Meutya.

Ia mengajak generasi muda untuk terus berinovasi dan berani mengambil peran di industri kreatif digital. “Generasi muda atau Gen Z menjadi faktor penting mewujudkan cita-cita Indonesia sebagai pusat industri kreatif digital di Asia Tenggara, tempat berkumpulnya talenta, teknologi, dan investasi untuk menghasilkan karya-karya berkelas dunia,” ujarnya.

Di ajang IGDX 2025, sejumlah pengembang lokal menampilkan karya-karya inovatif, termasuk Adelia Misha, siswi SMP asal Malang berusia 13 tahun yang memperkenalkan gim buatannya berjudul Mocchi Mitten Bubble Revenge. Kisah Misha menjadi sorotan karena menunjukkan potensi besar talenta muda Indonesia di ranah pengembangan gim.

Presiden Asosiasi Game Indonesia (AGI), Shafiq Husein, menegaskan bahwa kualitas pengembang lokal kini mampu bersaing di tingkat Asia Tenggara. “Peserta pameran di sini, bahkan dari tingkat pelajar pun sudah dapat bersaing dengan pasar global. Tiga gim asal Indonesia berhasil meraih penghargaan di Malaysia, dan ini membuktikan bahwa kita sudah sangat siap dari segi kualitas dan industri,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa AGI akan terus memperkuat kerja sama dengan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekosistem gim nasional.

Meutya menutup rangkaian acara dengan menegaskan komitmen pemerintah untuk memperluas dukungan melalui program Garuda Spark Innovation Hub, yang baru diluncurkan di Bandung dan Jakarta. “Kami mengajak seluruh pengembang gim untuk menjadi bagian dari Garuda Spark Innovation Hub yang akan menghubungkan seluruh pemangku kepentingan industri kreatif digital dalam satu wadah,” katanya.(ak)