Menimbang bitcoin sebagai cadangan negara

JAKARTA (IndoTelko) — Wacana menjadikan Bitcoin sebagai salah satu aset cadangan negara kembali mencuat setelah komunitas Bitcoin Indonesia diundang ke kantor Wakil Presiden RI.

Pertemuan tersebut memicu spekulasi publik terkait potensi integrasi aset digital ke dalam portofolio cadangan strategis nasional, meski pemerintah menegaskan diskusi masih berada di tahap eksploratif.

Tren adopsi Bitcoin sebagai penyimpan nilai jangka panjang telah dilakukan sejumlah negara, seperti El Salvador, dan mulai diusulkan di Amerika Serikat. Indonesia, dengan pengguna kripto yang terus bertambah, dinilai memiliki peluang untuk mengkaji opsi serupa.

“Potensi Bitcoin sebagai bagian dari aset negara memang menjanjikan, terutama karena sifatnya yang desentralistik dan tahan inflasi. Namun, ini bukan keputusan yang bisa diambil dalam semalam. Dibutuhkan studi jangka panjang, pendekatan berbasis data, dan keterlibatan lintas sektor agar kebijakan yang dihasilkan progresif sekaligus akuntabel,” ujar Vice President INDODAX Antony Kusuma.

Antony menekankan pentingnya sinergi antara pelaku industri, otoritas pengawas, dan lembaga pengelola kekayaan negara seperti BPI Danantara. Ia juga mengapresiasi klarifikasi dari komunitas Bitcoin Indonesia yang menegaskan pertemuan di kantor Wapres bersifat diskusi awal dan belum menjadi kebijakan resmi.

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan nilai transaksi kripto di Indonesia hingga pertengahan 2025 mencapai Rp224,11 triliun dengan pengguna mencapai 15,85 juta. Menurut Antony, angka ini menjadi indikator bahwa aset digital semakin relevan dalam lanskap keuangan nasional dan berpotensi masuk ke ranah kebijakan fiskal, meski tetap memerlukan kajian komprehensif.

Saat ini, cadangan nasional umumnya berbentuk valuta asing, surat utang luar negeri, dan emas. Namun, tren global menunjukkan beberapa negara mulai mempertimbangkan diversifikasi ke aset digital seperti Bitcoin.

“Sebagai aset yang terdesentralisasi dan tahan inflasi, Bitcoin dapat menjadi pelengkap bagi portofolio cadangan konvensional,” ujar Antony.(ak)