Asia Tenggara gencarkan adopsi AI

JAKARTA (IndoTelko) Kawasan Asia Tenggara menunjukkan peningkatan signifikan dalam adopsi kecerdasan buatan (AI) di tengah lonjakan pendanaan global yang didorong oleh teknologi generatif dan model-model dasar (foundation models).

Hal ini terungkap dalam laporan terbaru AI Trends Q2 2025 yang dirilis oleh firma riset teknologi CB Insights.

Secara global, pendanaan AI mencapai US$66,6 miliar pada kuartal pertama 2025, meningkat 51% dibandingkan tahun sebelumnya.

Lonjakan ini sebagian besar dipicu oleh pendanaan mega-round dari pemain besar seperti OpenAI, Anthropic, dan xAI.

Di antara ketiganya, OpenAI mencatatkan suntikan dana terbesar dengan nilai US$40 miliar, menjadikannya pemimpin dalam pengembangan infrastruktur AI global.

Mulai Bergerak
Meski laporan CB Insights banyak menyoroti tren global, data pendukung dari kajian regional menunjukkan bahwa negara-negara di Asia Tenggara juga mulai mengambil langkah nyata dalam mengadopsi AI.

Dalam sebuah laporan terpisah yang dirilis East Ventures, disebutkan bahwa sekitar 25% bisnis di Asia Tenggara telah merencanakan implementasi AI generatif pada 2025, dan angkanya diperkirakan meningkat menjadi 50% pada 2027.

AI diproyeksikan memberikan kontribusi hingga 13% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) kawasan pada tahun 2030, dengan sektor prioritas meliputi ritel, keuangan, dan layanan kesehatan.

Contoh konkret terlihat pada penerapan AI di sektor rumah sakit dan perbankan. Beberapa institusi berhasil mencatat efisiensi seperti pemrosesan dokumen hukum dan keuangan 24% lebih cepat, peningkatan konversi ritel hingga 30%, serta penurunan waktu tunggu pasien sebesar 34% melalui diagnostik berbasis AI.

Kian Terkonsolidasi
Meskipun adopsi AI di Asia meningkat, laporan CB Insights mencatat bahwa Amerika Serikat masih mendominasi 52% dari total kesepakatan investasi AI global, sementara Asia hanya menyumbang sekitar 21%. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun kawasan Asia, termasuk Asia Tenggara, mengalami pertumbuhan, konsentrasi modal dan teknologi utama masih berada di Barat.

Namun demikian, tren positif mulai terlihat di negara-negara seperti Indonesia, Singapura, dan Vietnam yang semakin aktif membangun ekosistem AI lokal, baik dari sisi regulasi, riset, maupun pembangunan infrastruktur data.

Tata Kelola
Laporan juga mencatat lonjakan minat terhadap AI agents, yaitu sistem kecerdasan buatan yang mampu menjalankan tugas secara otonom. Pada 2025, sekitar 21% dari daftar startup AI 100 versi CB Insights adalah perusahaan yang mengembangkan AI agents. Topik lain yang turut disorot adalah pentingnya observabilitas, keamanan, dan tata kelola AI, menyusul meningkatnya risiko seperti hallucination dan bias algoritmik dalam sistem AI generatif.

Untuk menjawab tantangan lokal, beberapa inisiatif seperti SEA-VL dan SEACrowd tengah dikembangkan guna membangun basis data multimodal dan multibahasa dari hampir 1.000 bahasa lokal Asia Tenggara. Upaya ini bertujuan menciptakan model AI yang lebih inklusif dan relevan secara budaya.

Peluang
Dengan peta jalan adopsi yang semakin jelas, Asia Tenggara memiliki peluang besar untuk memanfaatkan AI tidak hanya sebagai alat efisiensi, tetapi juga sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi dan transformasi digital. Laporan CB Insights, bersama data pendukung dari wilayah ini, menandai momen penting bagi perusahaan dan pemerintah di Asia Tenggara untuk memperkuat investasi, kolaborasi, dan kebijakan yang mendukung pengembangan AI berkelanjutan.(ak)