Serangan DDoS di kuartal II 2025 banyak berasal dari Indonesia

JAKARTA (IndoTelko) Indonesia tercatat sebagai negara asal serangan siber terbanyak dalam laporan kuartalan terbaru yang dirilis Cloudflare.

Dalam laporan bertajuk DDoS Threat Report Q2 2025, Cloudflare mengungkap bahwa sebagian besar serangan Distributed Denial of Service (DDoS) yang diblokir dalam periode April hingga Juni 2025 berasal dari Indonesia.

Data Cloudflare menunjukkan bahwa serangan DDoS asal Indonesia menempati posisi teratas secara global, mengungguli Singapura dan Hong Kong. Sementara dari sisi target, Tiongkok, Amerika Serikat, dan Brazil menjadi negara yang paling banyak menerima serangan.

Dalam periode tersebut, Cloudflare mencatat lebih dari 7,3 juta serangan DDoS yang berhasil diblokir di seluruh dunia. Meskipun angka tersebut menurun signifikan dibandingkan kuartal sebelumnya yang mencapai 20,5 juta, namun secara tahunan, jumlah serangan meningkat sebesar 44%.

Sorotan utama laporan ini adalah munculnya lebih dari 6.500 serangan DDoS berskala “hyper-volumetric”—yakni serangan yang melampaui 1 Tbps (terabit per detik) atau lebih dari 1 miliar paket per detik. Serangan terbesar yang tercatat mencapai 7,3 Tbps dengan intensitas 4,8 miliar paket per detik, menjadikannya salah satu serangan terbesar yang pernah tercatat secara global.

Serangan ini menyasar berbagai sektor, terutama industri telekomunikasi, penyedia layanan internet (ISP), IT, game, dan perjudian online. Dari pelaku serangan yang berhasil diidentifikasi, sebagian besar (63%) dilakukan oleh kompetitor di sektor terkait, sementara 21% berasal dari aktor negara, dan 5% diklasifikasikan sebagai self-DDoS, atau serangan internal karena kesalahan sistem.

Laporan juga mencatat meningkatnya tren serangan DDoS bermotif pemerasan (ransom DDoS), dengan lonjakan 68% dibanding kuartal sebelumnya. Cloudflare menyebut bahwa serangan semacam ini semakin terorganisir dan menyasar infrastruktur penting.

Dalam konteks Indonesia, data ini menimbulkan kekhawatiran tersendiri mengingat tingginya aktivitas serangan yang berasal dari dalam negeri.

Keberadaan perangkat Internet of Things (IoT) yang rentan serta minimnya standar keamanan siber menjadi faktor penyumbang utama. Botnet seperti DemonBot disebut banyak digunakan untuk meluncurkan serangan dari perangkat IoT yang tidak terlindungi.

Laporan ini menjadi peringatan bagi para pelaku industri digital di Indonesia, terutama sektor telekomunikasi, untuk memperkuat sistem mitigasi serangan siber. Ancaman DDoS, yang kini kian masif dan canggih, berpotensi mengganggu layanan dan merugikan secara finansial maupun reputasi.

Cloudflare menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor dan peningkatan kesadaran keamanan digital sebagai langkah mitigasi terhadap ancaman yang terus berkembang ini.(ak)