Janji manis Apple untuk Indonesia

Apple dikabarkan membuka peluang Indonesia terintegrasi lebih dalam ke dalam rantai pasok global untuk produknya.

Hal itu terungkap dalam pertemuan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dengan delegasi Apple di Istana Merdeka, Jakarta, pada Rabu (17/4).

Pertemuan tersebut berfokus pada eksplorasi rencana strategis Apple, termasuk peluang ekspansi Apple di Indonesia dan integrasi lebih dalam ke dalam rantai pasok global produksi produknya.

Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi menyatakan dalam pertemuan itu Presiden juga menawarkan peluang investasi pengembangan smart city di Ibu Kota Nusantara dan manufacturing produk perangkat telekomunikasi.

Menkominfo menyatakan saat ini Apple telah menjadi bagian dalam pengembangan talenta digital nasional melalui tiga Apple Developer Academy di Batam, Tangerang dan Surabaya untuk pengembangan aplikasi.

Apple berencana untuk menambah Apple Developer Academy keempat di Bali sebagai komitmen investasi di Indonesia.

Adanya tambahan satu pembangunan Apple Developer Academy menjadikan total nilai investasi perusahaan itu di Indonesia sekitar Rp 1,6 triliun.

Realita
Jika melihat langkah yang dilakukan Apple, secara diplomasi tentu menguntungkan bagi perusahaan tersebut, khususnya dalam menggarap pasar Indonesia. Bayangkan, top leadernya di terima Presiden di Istana Negara.

Tetapi bagaimana untuk Indonesia? Asal tahu saja dibangunnya akademi oleh Apple tak bisa dilepaskan dari adanya aturan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) agar bisa mengimpor iPhone dan produk lainnya ke Indonesia.

Mengacu Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 65 Tahun 2016, ada beberapa skema yang bisa dipilih masing-masing vendor ponsel untuk memenuhi kandungan lokal pada perangkat yang akan dipasarkan di Indonesia.

Skema pertama yaitu lewat jalur perangkat keras (hardware), misalnya dgn membangun manufaktur ponsel atau merakit ponsel di pabrik lokal di Indonesia.

Skema kedua yaitu lewat software, di mana vendor bisa menggandeng developer atau pengembang lokal.

Kemudian skema ketiga yakni memberikan komitmen investasi dalam jumlah tertentu dan direalisasikan secara bertahap.

Dari ketiga opsi itu, Apple memilih skema ketiga dengan investasi bidang riset dan pengembangan, salah satunya lewat program Apple Developer Academy untuk mengembangkan talenta developer di Tanah Air ini.

Pilihan ini berbeda dengan Samsung yang memilih skema pertama.

Sebenarnya, semangat dari Peraturan Menteri itu adalah membangun industri manufaktur tanah air.

Adanya dua skema tambahan sempat memunculkan kontroversi beberapa tahun lalu mengingat sejumlah vendor seperti Samsung sudah kadung berinvestasi membangun pabrik karena percaya pemerintah memang ingin membangun manufaktur smartphone.

Apalagi, jika dibandingkan dengan Vietnam, Apple sudah menggelontorkan sekitar 400 triliun Dong (mata uang Vietnam) atau setara sekitar Rp 255 triliun di negeri tersebut.

Dari total investasi itu, Apple juga telah menciptakan sekitar 200.000 lapangan pekerjaan, sebuah perbedaan bagaikan Bumi dan Langit kalau dibandingkan dengan Indonesia.

Apalagi jumlah penduduk Vietnam hanya 1/3 negara kita, alias 84 juta jiwa saja.

Vietnam menjelma menjadi pusat manufaktur utama Apple. Di Vietnam, Apple memiliki 25 pemasok di tahun 2022, naik 4 dari 21 pemasok th 2020.

Beberapa di antaranya yaitu Foxconn, GoerTek, Luxshare, Intel, Samsung Electronics dan Compal.

Foxconn sebagai mitra pemasok utama Apple juga pernah berencana mengalihkan sebagian pabriknya dari Tiongkok ke Indonesia. Tetapi janji ini tak pernah terealisir sejak 10 tahun lalu.

Perubahan
Jika melihat pasar smartphone dunia, posisi Apple sebagai produsen smartphone terbesar dunia resmi tergeser menurut data dari firma riset IDC.

IDC mencatat pengiriman ponsel Apple turun 10% pada kuartal I-2024 karena semakin ketatnya persaingan dari pembuat ponsel pintar Android.

Pada kuartal I-2024, Apple mengirim sekitar 50,1 juta iPhone, ini turun dari 55,4 juta unit pada periode yang sama tahun lalu menurut riset IDC. Penurunan terjadi khususnya akibat menyusutnya 2,1% pasar Apple di China pada kuartal IV-2023 dibandingkan tahun sebelumnya.

Penurunan terjadi karena beberapa perusahaan dan lembaga pemerintah China membatasi penggunaan perangkat Apple oleh karyawannya dengan alasan keamanan.

Padahal secara umum, data menunjukkan pengiriman smartphone global sebenarnya meningkat 7,8% menjadi 289,4 juta unit selama bulan Januari-Maret 2024. Namun pasar smartphone global didominasi Samsung yang menguasai pangsa pasar sebesar 20,8%.

Apple kini duduk di posisi kedua, dengan pangsa pasar 17,3%, seiring dengan menguatkan perolehan pangsa pasar oleh merek asal China seperti Huawei.

Pada awal 2024, Samsung sendiri mencatat mengirimkan lebih dari 60 juta ponsel selama periode tersebut. Setelah merilis seri baru yakni Galaxy S24, penjualannya melonjak 8%, menurut data dari Counterpoint.

Kenyataan ini "mungkin" membuat Apple mulai melirik pasar baru.

Lihat saja rencana Apple yang ingin untuk mengurangi ketergantungan pada China dalam meningkatkan produksi iPhone di India, Apple kini mencoba untuk mendapatkan pemasok untuk memproduksi sub komponen model kamera iPhone.

Berdasarkan laporan terbaru dari Economic Times, Apple saat ini tengah berdiskusi dengan Murugappa Group dan Titan Company dari Tata Group untuk merakit dan memproduksi sub-komponen untuk modul kamera iPhone.

Titan Company dari Tata Group adalah produsen komponen presisi yang membuat elemen untuk jam tangan dan perhiasan. Sedangkan Murugappa adalah perusahaan yang bergerak di berbagai bidang, mulai dari teknik, bahan kimia, hingga layanan keuangan.

Kedua perusahaan ini telah membuat langkah yang dapat dengan mudah menempatkan diri mereka sebagai pelari terdepan untuk rantai pasokan Apple.

Bagi Apple, jika mereka dapat mendapatkan sumber yang sesuai untuk komponen di India, mereka tidak hanya dapat memperluas jejaknya di negara tersebut, tetapi juga melakukannya dengan pengiriman komponen internasional yang lebih sedikit.

Kembali ke Indonesia, apakah benar negara ini punya daya tawar tinggi layaknya India hingga bisa membuat Apple serius menjadikan negeri ini sebagai basis manufakturnya?

Kenyataannya, sepanjang 2023, Indonesia mengimpor 2,8 juta ponsel, di mana sekitar 85% itu merupakan produk Apple (iPhone).

Saat ini, produk Apple, seperti iPhone, iPad, atau Macbook dijual melalui sejumlah distributor resmi Apple (Apple Premium Reseller/APR).

Bagaimana dengan Apple Store? Perusahaan ini tak membukanya di Indonesia. Bandingkan dengan Singapura yang memiliki tiga Apple Store!

Dari sini kita bisa melihat, jika sejauh ini posisi Indonesia di mata Apple masih sebatas pasar, karena regulasi sendiri dibuat tidak "ajeg" sehingga disegani para pelaku usaha, belum lagi kondisi sektor manufaktur tanah air belum mumpuni.

Sekarang kita tunggu saja, apakah janji manis dari Apple memang terwujud atau minimal dirikan dulu Apple Store di tanah air untuk menunjukkan keseriusan investasi.

@IndoTelko