IndiHome gabung Telkomsel, saham SingTel bisa berkurang hingga 5%

JAKARTA (IndoTelko) - Rencana integrasi layanan IndiHome milik Telkom ke Telkomsel akan membuat saham SingTel berkurang sekitar 3 hingga 5 persen.

Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo dalam rapat kerja bersama Komisi VI DPR RI, Senin (3/4), mengungkapkan, sebagai pemegang saham di Telkom, Kementrian BUMN memang meminta saham SingTel terdilusi jika integrasi itu terjadi.

"Sekarang sedang tahapan diskusi terakhir dengan SingTel. Maunya KBUMN memang 3 sampai 5 persen, tetapi SingTel belum setuju," ungkapnya.

Diharapkannya, kata sepakat bisa dicapai sesuai jadwal waktu. "Harapannya proses korporasi selesai Mei, Juni akan launching, 1 Juli mungkin sudah launching produk kombinasi dari integrasi," jelasnya.

Seperti diketahui, SingTel adalah pemilik 35% saham Telkomsel, sedangkan sisanya adalah Telkom. Rencananya dalam integrasi IndiHome ke Telkomsel, layanan fixed broadband itu akan dikeluarkan dari Telkom dan sahamnya akan diinbrengkan ke Telkomsel.

Lebih lanjut dijelaskannya, aksi korporasi ini dilakukan agar Telkom menjadi strategic holding dan mendorong perseroan menjadi digital infrastruktur.

Diharapkannya, jika aksi korporasi ini terealisasi bisa mencapai Rp 500 triliun pada 2025 dari saat ini yang sekitar Rp 400 triliun. Target akan didukung strategi Five Bold Moves.

Adapun strategi Five Bold Moves mencakup inisiatif Fixed Mobile Convergence (FMC), InfraCo, Data Center Co, B2B Digital IT Service Co dan DigiCo.

Sementara Direktur Utama Telkom Ririek Adriansyah memprediksi potensi sinergi Fixed Mobile Convergence (FMC) dapat meningkatkan Earning Before Interest Tax, depreciation, and amortization (EBITDA) sekitar Rp5 triliun hingga Rp6 triliun per tahun mulai 2027.

Potensi itu bersumber dari efisiensi biaya operasional Rp1,6 triliun hingga Rp1,9 triliun, efisiensi belanja modal Rp300 miliar hingga Rp400 miliar, peningkatan pendapatan langsung Rp3,3 triliun pada 2027.

Telkom memprediksi setelah berintegrasi Telkomsel bisa memiliki pendpaatan Rp118,5 triliun di 2023, hingga Rp140,2 triliun di 2027.

Pada saat yang sama EBITDA Telkomsel diperkirakan bisa mencapai Rp56,2 triliun pada 2023, Rp58 triliun di 2024, dan Rp67,7 triliun pada 2028.

Lebih lanjut Ririek menjamin tidak akan ada Pemutusan Hubungan Kerja(PHK) dari aksi koprorasi ini. "Satu hal yang dapat saya jaminkan di forum terhormat ini adalah tidak akan ada pengurangan karyawan. Yang nanti tidak pindah ke Telkomsel, masih ada di Telkom itu akan kita retrain mereka untuk melakukan bisnis lain adalah fokus ke B2B," tegas Ririek.(wn)