Blibli rugi Rp5,5 triliun di 2022

JAKARTA (IndoTelko) - PT Global Digital Niaga Tbk (BELI) atau Blibli mengalami kerugian Rp5,5 triliun sepanjang 2022 naik dibandingkan periode sama 2021 sebesar Rp3,3 triliun.

eCommerce yang terafiliasi dengan Grup Djarum ini dalam keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia tercatat memiliki pendapatan bersih konsolidasi naik 72% dari Rp8,9 triliun pada tahun 2021 menjadi Rp 15,3 triliun pada tahun 2022.

Blibli fokus pada empat segmen bisnis dalam operasionalnya yaitu segmen ritel 1P, ritel 3P, Institusi dan toko fisik.

Segmen ritel 1P menjadi generator pendapatan bersih terbesar bisnis Blibli. Segmen ritel 1P merupakan model bisnis B2C dan bermitra dengan layanan pihak pertama. Dari segmen ini, Blibli membukukan Rp8,9 triliun pada tahun 2022, naik 32% dari tahun 2021.

Dari ritel 3P yang merupakan layanan oleh penjual pihak ketiga dan platform online travel agent, Blibli meraup pendapatan bersih sebesar Rp199 miliar pada tahun 2022, 63% lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.

Sedangkan dari segmen institusi, pendapatan bertumbuh 137% year-on-year (y.o.y) menjadi Rp2,6 triliun. Yang terakhir adalah, segmen toko fisik yang melonjak drastis sebesar 298% y.o.y dari Rp892 miliar menjadi Rp3,5 triliun pada tahun 2022.

Pencapaian tersebut didukung dari masifnya ekspansi gerai fisik consumer electronics yang dilakukan Blibli sepanjang tahun 2022, termasuk pengonsolidasian anak usahanya PT Supra Boga Lestari Tbk (RANC) yang merupakan operator supermarket premium, seperti Ranch Market dan Farmers Market.

Persentase EBITDA konsolidasi terhadap TPV Blibli bergerak dari -10,4% pada FY21 menjadi -7,8% pada FY22, meningkat sebesar 260 bps y.o.y.

Blibli menyebutkan perbaikan tersebut didorong oleh kinerja operasional yang lebih baik seperti penurunan persentase beban iklan & pemasaran terhadap TPV dari 3,6% pada tahun 2021 menjadi 2,8% pada tahun 2022.

Nilai beban umum dan administrasi, yang sebagian besar terdiri dari gaji, tunjangan, pengembangan, dan imbalan kerja, jika dibandingkan TPV juga mengalami perbaikan dari 7,8% di tahun 2021 menjadi 5,5% di tahun 2022. Sebagai catatan, Blibli juga berkomitmen tidak melakukan pengurangan pegawai di tengah tren PHK yang dilakukan perusahaan sejenis.

Untuk terus memperbaiki kinerja, Blibli menyebutkan akan fokus mengembangkan dan memperkuat berbagai sinergi potensial di dalam ekosistem untuk mendorong penjualan silang (cross-selling) antar platform, serta memperkuat strategi omnichannel melalui ekspansi toko-toko fisik.

Sebagai jalan menuju profitabilitas, Blibli berpegang pada kepemimpinan biaya (cost leadership), optimalisasi marjin (margin optimization) dan keunggulan operasional ekosistem (ecosystem operational excellence).

Blibli mencatatkan penurunan aset sebesar 23,45% per 31 Desember 2022 menjadi Rp 14,07 triliun. Sebelumnya, per 31 Desember 2021, aset Blibli sebesar Rp 18,38 triliun.

Direktur Global Digital Niaga Hendry menjelaskan, penurunan aset, salah satunya dikarenakan penurunan aset investasi sebesar 59,78% dari Rp 4,81 triliun menjadi Rp 1,97 triliun. Itu disebabkan karena adanya penjualan seluruh aset investasi pada saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO).

Adapun dalam laporan keuangan 2022 BELI dijelaskan bahwa pada 7 Maret 2018, Blibli melakukan penyetoran modal di PT Aplikasi Karya Anak Bangsa yang sekarang berganti nama menjadi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk sebesar Rp 1,37 triliun. Menurut manajemen BELI, investasi tersebut dicatat dengan menggunakan nilai wajar GOTO.

Namun kemudian pada Desember 2022, Blibli melakukan penjualan atas seluruh investasi saham di GOTO dengan total nilai penjualan dikurangi beban lainnya sebesar Rp 776,87 miliar. Blibli mencatat akumulasi rugi nilai wajar yang sudah direalisasikan atas investasinya di GOTO sebesar Rp 594,39 miliar.

Sementara itu, penurunan aset Blibli dikarenakan juga penurunan aset kas dan setara kas sebesar 38,55% dari sebesar Rp 4,99 triliun menjadi Rp 3,07 triliun disebabkan adanya pembayaran utang bank Rp 2,5 triliun kepada Bank BCA, Rp 2,5 triliun kepada Bank BTPN, dan Rp 5 miliar kepada Bank BCA Syariah, serta pembayaran beban operasional.(wn)