Koltiva genjot solusi untuk pertanian

JAKARTA (IndoTelko) - Koltiva, start-up yang fokus pada rantai pasok pertanian (supply￾chain agrikultur), mengumumkan keberhasilannya mendapatkan oversubscribed pendanaan baru dari investor Silverstrand Capital bersama investor saat ini, yakni The Meloy Fund. Planet Rise dan Development Finance Asia and Blue7 juga ikut berpartisipasi.

Dana segar akan dimanfaatkan Koltiva guna mempercepat pengembangan teknologi dalam menghadirkan inovasi ketertelusuran data (traceability) serta menyediakan pengetahuan dari para ahli agronomis untuk membantu petani dalam meningkatkan praktik pertanian serta pendapatan mereka.

“Produk yang diproduksi secara etis (ethically-produced) dan berkelanjutan (sustainable) telah menjadi faktor penting dalam pengambilan keputusan konsumen di seluruh dunia,” kata Chief Executive Officer Koltiva Manfred Borer.

Para pelaku agribisnis dan perusahaan multinasional yang ingin memproduksi produk serta memenuhi kebutuhan pasar disebutnya pun perlu mengetahui asal-usul bahan baku, transparansi, dan keakuratan data dari produk-produknya.

“Inilah yang kami lakukan. Pendanaan kali ini akan membantu kami dalam mencapai tujuan dalam lima tahun mendatang untuk mendukung 5 juta petani dan memastikan produksi yang bertanggung jawab, bebas dari deforestasi, konversi, eksploitasi, pelanggaran hak asasi manusia, dan pekerja anak,” katanya.

Koltiva mendukung perusahaan multinasional untuk menerapkan praktik pengadaan produksi yang bertanggung jawab (responsible sourcing practices). Dua teknologi baru akan dikembangkan secara komersial setelah putaran pendanaan kali ini.

Teknologi pertama, yakni KoltiPay, merupakan platform teknologi finansial yang tidak hanya menyediakan transaksi pembayaran nontunai (cashless) bagi para petani, tapi juga menyediakan asuransi tanaman panen (crop insurance) dan pinjaman (loans).

Teknologi kedua, yakni KoltiTrade, yang memungkinan petani untuk dapat membeli sarana produksi pertanian (agri-inputs) dan mendapat akses ke pasar yang lebih  luas untuk menjual hasil panennya, sehingga akan meningkatkan pendapatan.

Kedua teknologi tersebut akan diintegrasikan dalam ekosistem teknologi Koltiva, termasuk perangkat lunak (software) ketertelusuran dan manajemen pertanian (KoltiTrace), serta layanan pelatihan oleh agen lapangan melalui KoltiSkills.

Koltiva memulai kegiatan operasionalnya di Indonesia, melalui sektor produksi kakao, dan hingga kini, telah berkembang menjadi 30 komoditas, termasuk kopi, kelapa sawit, karet, dan komoditas khusus.

Baru-baru ini, Koltiva juga telah melakukan ekspansi ke climate solutions dan blue economy, termasuk rumput laut dan budidaya udang. Hingga kini, Koltiva telah beroperasi di 27 negara dengan peluang pasar yang terus berkembang di lebih dari US$ 20 miliar.

Koltiva menghasilkan ketertelusuran data melalui kombinasi teknologi dan sentuhan peran manusia  dengan jaringan para ahli agronomis di lapangan. Tim agronomis Koltiva menyediakan program peningkatan kapasitas dan pendampingan teknis bagi para petani.(wn)