JAKARTA (IndoTelko) - PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) mencatat laba bersih periode berjalan Rp849,04 miliar di semester I 2022, melesat 23% dari edisi sama tahun lalu Rp689,83 miliar.
Perseroan membukukan pendapatan Rp 3,30 triliun pada semester I-2022, naik 11,11% dari periode yang sama tahun lalu dengan raihan Rp 2,97 triliun.
Pendapatan ditopang oleh sewa menara dari sejumlah operator seperti PT Indosat Tbk (ISAT) sebesar Rp 1,17 triliun. Kemudian, dari PT Telkom Selular atau Telkomsel sebesar Rp 1,14 triliun.
Selanjutnya, PT XL Axiata Tbk (EXCL) sebesar Rp 517 miliar, PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) senilai Rp 262,4 miliar, dan PT Hutchison 3 Indonesia senilai Rp 7,5 miliar.
Laba kotor tercatat berjumlah Rp 2,38 triliun, lebih besar dari semester I-2021 yang berjumlah Rp 2,24 triliun. Hingga akhir Juni 2022, total aset perseroan tercatat naik menjadi Rp 42,68 triliun, dibandingkan dengan akhir 2021 sebesar Rp 41,87 triliun.
Sementara itu, liabilitas perseroan tercatat Rp 29,5 triliun per 30 Juni 2022. Jumlahnya turun dari 31 Desember 2021 yang sebesar Rp 32 triliun.
Naiknya aset dan berkurangnya kewajiban perusahaan membuat total ekuitas meningkat drastis atau naik hingga 34% menjadi Rp 13,16 triliun dari posisi akhir tahun lalu sebesar Rp 9,8 triliun.
CEO Tower Bersama Hardi Wijaya Liong mengatakan, pada enam bulan pertama perseroan telah menambahkan 1.552 penyewaan ke dalam portofolio kami yang terdiri dari 883 sites telekomunikasi dan 669 kolokasi. “Penambahan penyewaan bersih dari Group lebih rendah terutama karena penghentian sewa dari Sampoerna Telecom di awal tahun,” ujarnya.
CFO Tower Bersama Helmy Yusman Santoso memaparkan bahwa per 30 Juni 2022 total pinjaman kotor perseroan, jika bagian pinjaman dalam mata uang US Dollar yang telah dilindung nilai diukur dengan menggunakan kurs lindung nilainya, adalah sebesar Rp 25,22 triliun dan total pinjaman senior sebesar Rp 2,5 triliun.
Dengan saldo kas yang mencapai Rp 718 miliar, maka total pinjaman bersih menjadi Rp 24,5 triliun dan total pinjaman senior bersih perseroan menjadi Rp 1,78 triliun. Menggunakan EBITDA kuartal kedua 2022 yang disetahunkan, rasio pinjaman bersih terhadap EBITDA adalah 4,2 kali.
“Per akhir kuartal kedua, 90% dari utang kami adalah obligasi berbunga tetap dalam mata uang lokal dan asing. Selain itu, kami kembali mengakses pasar obligasi Rupiah melalui program Obligasi Rupiah Berkelanjutan V kami pada bulan Agustus dan mengumpulkan total Rp 2,2 triliun obligasi lokal Rupiah. Kami telah melihat biaya pembiayaan menyeluruh kami terus menurun menjadi 6,3% dari 7,6% pada tahun 2021,” tutupnya.(ak)