Crayon Indonesia: Perusahaan bisa hemat 30% jika adopsi multicloud

JAKARTA (IndoTelko)  -- Ekonomi digital Indonesia terus berkembang pesat sebagai negara dengan pasar ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara. Seiring dengan meningkatnya digitalisasi, tren migrasi ke layanan cloud semakin meningkat dari perusahaan atau korporasi. Mengacu data terbaru PwC, lebih dari 80% perusahaan Indonesia telah mengadopsi layanan cloud untuk meningkatkan skala bisnis sekaligus efisiensi operasional.

Sayangnya, migrasi ke teknologi cloud seringkali masih belum optimal. Perusahaan IT konsultan global, Crayon Indonesia memprediksi, layanan multi-cloud akan menjadi tren masa depan yang akan banyak diminati oleh perusahaan di Indonesia. Hal ini mengacu pada studi kasus internal perusahaan yang menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghemat biaya hingga 30% dengan mengadopsi multicloud. Secara sederhana, layanan multicloud adalah strategi menggunakan dua atau lebih layanan cloud computing dari dua provider yang berbeda, misalnya AWS dan Microsoft Azure.

Strategi multicloud digunakan untuk memenuhi kebutuhan workload yang besar dan spesifik. Crayon Indonesia menambahkan, ada beberapa keunggulan layanan multicloud. Diantaranya, dengan menggunakan beberapa penyedia cloud, perusahaan dapat menghindari kehilangan potensi pendapatan jika terjadi gangguan dan hanya bergantung pada satu penyedia cloud tunggal. Keunggulan lain, multicloud memungkinkan perusahaan untuk mengeksplorasi model harga layanan cloud yang lebih beragam dan sesuai anggaran. 

Secara keseluruhan, strategi multicloud merupakan solusi yang dibutuhkan perusahaan ketika skala bisnis digital terus tumbuh pesat sehingga menuntut kebutuhan cloud yang spesifik. “Setiap perusahaan membutuhkan pendekatan solusi cloud yang berbeda. Itu sebabnya Crayon memberikan solusi multicloud berdasarkan analisis data dan penghematan biaya sehingga dalam perjalanan transformasi digitalnya, perusahaan dapat beralih ke platform cloud lain dengan fleksibilitas yang tidak mengganggu operasional bisnis dan tetap fokus pada optimalisasi biaya,” ujar Harith Ramotheram, CEO of Crayon Indonesia dan Malaysia.

Adopsi tren multicloud juga semakin marak karena perusahaan mulai menyadari potensi penghematan biaya seiring proses transformasi digital. Laporan terbaru S&P Global Market Intelligence menyatakan, perusahaan di seluruh dunia belum mengoptimalkan pengeluaran cloud dengan tepat sehingga kehilangan potensi penghematan hingga US$ 24 miliar. Riset terbaru PwC pada akhir 2021 juga menunjukkan bahwa lebih dari 50% usaha kecil dan menengah (UKM) mengalami kenaikan pendapatan 20% setelah mengadopsi cloud. PwC memprediksi, adopsi komputasi awan akan meningkatkan PDB Indonesia sekitar US$ 10,7 miliar selama lima tahun mendatang.

Hal ini seiring dengan layanan Crayon yang paling diminati di Indonesia adalah Crayon Cloud Migration Assessment. Ini merupakan layanan dimana pelanggan mendapatkan analisis untuk membuat peta jalan migrasi ke layanan cloud dengan fokus pada optimalisasi kinerja dan pertimbangan biaya. Di pasar Indonesia, Crayon membidik korporasi kelas menengah, medium hingga konglomerasi besar. Sejauh ini, korporasi di sektor ritel, FMCG, manufaktur, pendidikan, jasa keuangan dan perbankan mendominasi pasar Crayon Indonesia. Sejak masuk pasar Indonesia pada tahun lalu, Crayon mengatakan ada lonjakan permintaan layanan cloud di sektor teknologi, ritel, fast-moving consumer goods (FMCG), dan industri keuangan, khususnya perbankan dan asuransi. 

Layanan cloud Crayon di Indonesia didukung oleh SDM global Crayon yang menjangkau lebih dari 35 negara. Di pasar Asia Pasifik, Indonesia merupakan ekspansi pasar terbaru Crayon setelah membuka kantor di Singapura, Malaysia, Filipina, Sri Lanka dan Australia. Crayon merupakan pemimpin global dalam layanan dan inovasi TI, khususnya cloud, yang berbasis di Olso, Norwegia yang berdiri sejak tahun 2002. (ssa)