98% pekerja RI butuh skill digital, hanya 38% perusahaan siap

JAKARTA (IndoTelko) -- Sebanyak 98% pekerja di Indonesia menyampaikan bahwa mereka butuh untuk meningkatkan kapasitas di bidang digital, terutama dalam penerapan teknologi-teknologi digital mutakhir dalam tugas sehari-hari mereka, sehingga mampu beradaptasi dengan dinamika baru yang terjadi di dunia kerja yang tercetus akibat pandemi global COVID-19. 

Dalam riset terbaru yang dikeluarkan Amazon Web Service (WS) ini disebutkan pula bahwa di tahun depan, diproyeksikan akan ada peningkatan sebanyak 17,2 juta karyawan di Indonesia yang butuh mengikuti pelatihan digital untuk mendukung kinerja mereka. Angka ini setara dengan 13% dari seluruh jumlah angkatan kerja di Indonesia. Namun demikian, hanya 36% perusahaan di Indonesia yang sudah siap menyelenggaraka pelatihan yang dibutuhkan. Ini tentu akan berdampak pada daya saing perusahaan, terutama dengan tingkat produktivitas, inovasi, serta loyalitas karyawan di perusahaan-perusahaan tersebut. 

Laporan bertajuk “AWS Building Skills for the Changing Workforce” yang disiapkan oleh firma konsultan strategis dan ekonomi AlphaBeta, atas dukungan AWS, disusun berdasarkan pada hasil survei yang menyasar 1.035 karyawan berkecakapan digital, [ Workers who need to apply digital technologies in order to do their jobs. These workers can be technology or non-technology workers.] baik yang berkecimpung di bidang teknologi maupun nonteknologi,[ Workers in occupations that do not require specialized technological knowledge and skills but need some basic technological skills such as knowing how to use word processing software and smartphones (e.g., administrative staff, café owners, human resources managers).] serta 300 orang berstatus sebagai pemberi kerja yang mewakili organisasi atau perusahaan[ Business managers, information technology (IT) managers and IT decision makers. Business managers are defined as professionals in middle and senior management who perform hiring and/or people management roles. IT managers are middle and senior management executives with a strong focus on the company’s technology-related function. IT decision makers are workers who play a significant role in the selection and implementation of IT solutions for their organization.] di Indonesia yang berasal dari sektor publik, swasta, maupun nirlaba dalam skala organisasi yang beragam. 

Menurut hasil riset, beragam pelatihan untuk peningkatan kecakapan, seperti dalam menggunakan peranti-peranti berbasis cloud, seperti peranti-peranti pengembang, software komunikasi berbasis cloud, software akuntansi, maupun software customer relationship management (CRM), akan menjadi yang paling banyak diminati nantinya di tahun 2025, menyusul kemudian kecakapan di bidang keamanan siber. Sedangkan, program peningkatan kecakapan di bidang komputasi cloud level atas, kemampuan untuk memigrasikan fasilitas on-premises ke cloud, serta perancangan arsitektur cloud akan masuk ke dalam 10 besar jenis kecakapan digital yang paling banyak diminati di Indonesia.

76% dari kalangan pekerja di Indonesia sadar akan perlunya mengikuti pelatihan kecakapan cloud di 2025 untuk meningkatkan jenjang karir mereka. Lebih lanjut, dari kalangan tersebut, sebanyak 60% mengatakan bahwa mereka butuh mempelajari tentang pengoperasian peranti-peranti berbasis cloud di tempat kerja. Sementara, 29% kalangan pekerja juga merasa bahwa nanti mereka perlu mengikuti pelatihan dalam melakukan migrasi fasilitas-fasilitas on-premises ke cloud dan 16% dari mereka perlu mengasah kecakapan dalam merancang arsitektur cloud. Riset ini juga memprediksikan bahwa jenis kecakapan lain, seperti di bidang cloud level atas, seperti machine learning, akan banyak dibutuhkan di sektor industri kesehatan, pertanian, fintech, media, bahkan hingga hiburan. 

Perusahaan-perusahaan juga menyampaikan banyaknya manfaat yang mereka rasakan dengan mereka mendukung penyelenggaraan program pelatihan peningkatan kapasitas SDM di lingkungan perusahaan. Sebanyak 98% perusahaan yang disurvei merasakan adanya peningkatan produktivitas karyawan, 98% menyampaikan makin mudah dalam mengakselerasi tercapainya gol perusahaan, 98% merasakan adanya peningkatan dalam penghematan biaya, 91% melaporkan adanya peningkatan loyalitas karyawan, dan 96% perusahaan mengaku bahwa pendapatan perusahaannya meningkat.

Genevieve Lim, direktur AlphaBeta (bagian dari Access Partnership) untuk wilayah Asia Pasifik (APAC) menyampaikan, “Kebutuhan untuk peningkatan kecakapan digital mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Laporan ini menunjukkan bahwa terjadinya pandemi COVID-19 telah mengakselerasi munculnya kebutuhan untuk penyelenggaraan pelatihan bagi pekerja dari kalangan teknologi maupun nonteknologi di Indonesia. Ini juga yang mendorong organisasi mempercepat terwujudnya transformasi digital untuk menjaga daya saing mereka.”

Ia menambahkan, “Bertransisi menuju ke perekonomian digital-first menjadi kunci dalam upaya pemulihan ekonomi dari dampak pandemi COVID-19, sekaligus membangun fondasi perekonomian yang makin kuat di masa depan. Ini tentu perlu kolaborasi dan peran serta dari pemerintah bersama-sama dengan kalangan perusahaan, karyawan, penyelenggara pelatihan dalam turut mendukung terpenuhinya kebutuhan penyelenggaraan pelatihan digital yang terus meningkat saat ini.” 

AWS punya misi untuk memupus dan menghadirkan solusi atas kesenjangan ini. Saat ini, AWS sudah berinvestasi hingga ratusan miliar dollar secara global sebagai bentuk komitmennya dalam menghadirkan program pelatihan cuma-cuma untuk peningkatan kecakapan di bidang komputasi cloud hingga bagi 29 juta peserta. AWS menawarkan lebih dari 500 program pelatihan digital gratis bagi siapapun yang berminat untuk belajar dan punya akses internet. Dari sekian program pelatihan, 200 di antaranya adalah program pelatihan dalam Bahasa Indonesia. 

Guna menyiapkan profesional masa depan yang tengah meniti awal karirnya di bidang cloud, serta dalam membangun kerangka program pengembangan SDM dalam memasuki dunia kerja baru, AWS sendiri telah berkolaborasi dengan sejumlah institusi pendidikan tinggi, lembaga nirlaba, lembaga pengembangan kualitas SDM, pemerintah, hingga organisasi perusahaan, contohnya seperti kolaborasi yang terjalin bersama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia dan perusahaan rintisan di bidang edukasi teknologi Dicoding, dalam menyelenggarakan program pelatihan digital. 

Salah satu program yang sukses dijalankan adalah Laptops for Builders, yakni program pembelajaran dasar-dasar mengenai teknologi cloud secara cuma-cuma bagi siswa sekolah menengah maupun vokasi yang diajarkan dalam Bahasa Indonesia. Melalui program ini, AWS melatih instruktur di lembaga setempat tentang bagaimana membawakan program pembelajaran cloud. AWS juga mendonasikan sejumlah laptop sebagai infrastruktur pendukung proses pembelajaran. Selanjutnya, para instruktur ini nantinya yang akan menyampaikan pelatihan dan menyediakan laptop bagi sekolah-sekolah. Program ini sangat spesial dan hanya diterapkan di Indonesia. Dari 2017 hingga saat ini, AWS sudah melatih lebih dari 300.000 peserta didik Indonesia dengan kecakapan di bidang cloud.

“Sejak pandemi melanda, kami melihat banyak organisasi dari berbagai skala industri gencar dalam memacu terwujudnya transformasi digital dari yang semula direncanakan akan selesai dalam waktu tahunan. Ini mendorong meningkatnya kebutuhan untuk peningkatan kecakapan di bidang komputasi cloud, keamanan siber, dan machine learning, baik bagi pihak pemberi kerja maupun karyawan,” ucap Peter Moore, Regional Managing Director of AWS Worldwide Public Sector in APJ. (sar)