AVOW tawarkan pemasaran appographic untuk game

JAKARTA (IndoTelko) - Salah satu langkah penting dalam semua kampanye iklan adalah mengidentifikasi sasaran yang tepat untuk ditargetkan.

Pemasaran aplikasi game seluler memerlukan pendekatan yang sangat personal.Selain itu, aplikasi game perlu menciptakan pengalaman pengguna yang lebih emosional dan menarik dibandingkan dengan kategori aplikasi lainnya, seperti aplikasi utilitas.

Aplikasi game juga sangat mengandalkan rekomendasi dari pemain-pemain lain dibandingkan dengan kategori aplikasi lainnya. Akan tetapi, pengembang aplikasi tidak memiliki banyak kendali atas rekomendasi dari mulut ke mulut. Bagaimana pemasar dapat meningkatkan penargetan mereka selain dengan cara memanfaatkan demografi tradisional seperti profil demografi, perangkat, atau sistem operasi?

Selain itu, ekosistem aplikasi telah menjadi sangat kompetitif dalam satu setengah dekade terakhir. Menurut App Annie, lebih dari 218 miliar aplikasi telah diunduh pada tahun 2020. Walaupun sebagian besar di antaranya masih didominasi oleh Apple dan Google app store, tren ini mulai berubah di kawasan yang sedang berkembang pesat seperti Asia Tenggara. Perusahaan-perusahaan besar di Cina seperti Huawei, Xiaomi dan Vivo semakin populer karena mereka menawarkan perangkat dengan harga yang lebih terjangkau dan memiliki app store sendiri (OEM - produsen peralatan asli). 

Format iklan telah berkembang dari waktu ke waktu, dari sebelumnya berupa iklan banner hingga menjadi iklan interstisial dan iklan native. Semua format iklan ini tetap efektif, tetapi penargetan yang lebih dalam, khususnya bagi aplikasi game, akan jauh lebih hemat biaya dengan menggunakan penargetan appographic untuk menargetkan pengguna berdasarkan ketertarikan spesifik setiap pengguna.

Menurut Robert Wildner, Co-Founder dan CEO AVOW, pengguna aplikasi sangatlah beragam. Sebagai contoh, seorang pria muda, berusia 20-24 tahun, menggunakan perangkat Xiaomi. Profil demografi seperti ini mungkin mengindikasikan bahwa  pengguna ini menyukai game petualangan, role-playing game (RPG), atau game olahraga. Akan tetapi, pada kenyataannya, tidak semua pria berusia 20-24 tahun memiliki ketertarikan yang sama. Tentu menjadi jauh lebih baik seandainya pemasar game online bisa mendapatkan informasi bahwa pengguna ini lebih menyukai game kasual, atau game fashion, yang lebih seringkali identik dengan pemain wanita.

“Dengan informasi seperti ini, pemasar dapat mempromosikan aplikasi game fashion kepada pengguna yang kemungkinan besar akan melakukan instalasi dan, yang paling penting, akan tetap tertarik dan loyal. Cara kerjanya, perlu akses ke dataset yang lebih lengkap dan kemampuan analisis untuk memahami data tersebut agar dapat memanfaatkan penargetan appographic,” tuturnya.

Secara sederhana, proses ini membutuhkan dua langkah. Pertama, pengembang perlu membagi aplikasi game menjadi berbagai elemen desain, interaktif, dan fungsional. Misalnya, game RPG menggabungkan format multiplayer dengan desain dan konten bertema abad pertengahan, serta memiliki teka-teki. Elemen-elemen seperti ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi aplikasi yang dimiliki pengembang.

“Langkah kedua, melibatkan penargetan berdasarkan elemen-elemen ini dengan appographic. Dengan informasi tentang jenis aplikasi yang ada di smartphone pengguna, AVOW dapat melacak minat pengguna berdasarkan jenis aplikasi yang mereka gunakan, seberapa sering pengguna menggunakan aplikasi tersebut, jenis iklan yang di-klik, dan sebagainya. Berdasarkan contoh di atas, pengguna yang memiliki banyak game puzzle dan game multiplayer dapat ditargetkan secara lebih efektif,” tambah Robert.

Dengan demikian, data tersebut dapat digunakan untuk secara khusus mempromosikan aplikasi ke kelompok pengguna seperti ini melalui aplikasi lain dan, untuk OEM, secara langsung ke perangkat pengguna. 

OEMs (produsen peralatan asli), dikombinasikan dengan penargetan appographic, menyediakan strategi yang kuat bagi pemasar aplikasi untuk menargetkan pasar yang belum dapat dijangkau. App store alternatif seperti Oppo App Market dan GetApps Xiaomi dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan publikasi dan akuisisi pengguna dengan CPI (biaya-per-instalasi) yang lebih rendah. App store seperti ini memberi akses ke sebagian besar negara di dunia. Fakta bahwa Xiaomi memiliki lebih dari 500 juta pengguna dan Oppo beroperasi di lebih dari 40 negara di seluruh dunia mengindikasikan bahwa kedua brand ini menawarkan pasar baru yang menarik bagi para pengembang aplikasi.

“Ketertarikan pengguna yang beragam dan kompleksitas ekosistem aplikasi yang meningkat hanyalah dua dari banyak sekali tantangan di luar sana. Akan tetapi, penargetan appographic dan akses ke OEM akan menawarkan dua jalur yang menarik untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut,” tutupnya.(ak)