Akses internet di sekolah tingkatkan PDB hingga 20%

JAKARTA (IndoTelko) - Laporan Economist Intelligence Unit (EIU), yang didukung Ericsson menemukan bahwa negara dengan konektivitas broadband yang rendah memiliki peluang untuk meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) hingga 20 persen dengan cara memperluas akses internet ke sekolah.

Saat ini, sistem pendidikan di seluruh dunia terdampak pandemi. Hal ini dibuktikan dengan lebih dari 190 negara menutup sekolah secara nasional. Selama masa ini, konektivitas di rumah memastikan pembelajaran dapat berlangsung untuk setidaknya 100 juta dari 1,6 miliar siswa putus sekolah di seluruh dunia. Penutupan sekolah yang dilakukan sementara telah mengubah pandangan mengenai perlunya konektivitas sekolah guna mendukung pembelajaran dan menjembatani pendidikan serta mengurangi kesenjangan digital.

Tenaga kerja dengan pendidikan yang cukup baik berkesempatan untuk menjadi pribadi inovatif dan mampu menghasilkan  ide-ide terobosan, yang pada akhirnya, dapat berkontribusi dalam pembangunan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja.

Akses internet di sekolah juga dapat membantu memberikan kesempatan setara kepada siswa dalam bentuk peningkatan pembelajaran dan keterampilan, yang pada akhirnya membuka akses ke jalur karir baru dan mutu hidup yang lebih baik, sehingga dapat menguntungkan setiap orang maupun masyarakat pada umumnya.

World Economic Forum Global Competitiveness Index(2017) dan World Bank Human Capital Index (2017) menunjukkan hubungan yang jelas antara akses internet dengan mutu pendidikan. Analisis EIU menunjukkan bahwa apabila konektivitas sekolah di suatu negara meningkat 10 persen, maka PDB per kapitanya pun meningkat sebesar 1,1 persen.

Meskipun tingkat penetrasi internet dunia telah meningkat secara substansial dari 17% pada 2005, persentase penetrasi ini masih berada di tingkat moderat, hanya sedikit di atas 50% pada 2021, dan tidak merata di seluruh wilayah. Di Nigeria, negara di Afrika Barat, laporan tersebut menemukan bahwa peningkatan konektivitas sekolah ke tingkat Finlandia dapat meningkatkan PDB per kapita hampir 20 persen - dari minimum 550 dolar AS per orang, menjadi 660 dolar AS per orang pada 2025.

Laporan ini  mengangkat empat langkah utama untuk menciptakan perubahan:

Kerja sama adalah kunci: Strategi kemitraan dengan institusi umum/swasta yang menyeluruh diperlukan untuk berkoordinasi dengan para pemangku kepentingan guna mengatasi hambatan konektivitas sekolah.

Aksesibilitas dan keterjangkauan: Membangun infrastruktur guna memperluas akses ke internet merupakan langkah awal. Kualitas koneksi dan biaya juga menjadi unsur penting.

Menggunakan  internet dan alat digital dalam pendidikan: Setelah akses konektivitas sekolah terbentuk, hal tersebut harus dimasukkan ke dalam kurikulum. Guru perlu dilatih untuk memanfaatkan teknologi pada pembelajaran sehari-hari.

Perlindungan anak-anak di internet: Konektivitas sekolah memberikan kesempatan belajar bagi anak-anak. Langkah lain perlu diambil untuk memastikan lingkungan belajar daring menjadi sehat dan terlindungi. Penggunaan internet harus dikelola dengan baik guna memastikan penggunaan yang aman dan terjamin.

Laporan ini juga menyarankan agar para pemimpin sektor publik, swasta dan LSM di seluruh dunia dapat menciptakan dampak besar guna menjembatani kesenjangan digital dengan menggabungkan kekuatan agar konektivitas internet menjadi kenyataan global bagi anak-anak sekolah di segala usia.

Oleh karena itu, Ericsson mengimbau para pemangku kepentingan untuk mendukung upaya Giga (inisiatif konektivitas sekolah yang didirikan UNICEF dan International Telecommunication Union) melalui tindakan, seperti, pendanaan, data sharing, technological expertise dan tatanan model bisnis berkelanjutan untuk konektivitas. Ericsson melalui kemitraan tiga tahunnya dengan UNICEF bertekad membantu memetakan kesenjangan konektivitas sekolah yang terjadi di 35 negara saat ini.

Laporan EIU, yang didukung Ericsson – ‘Connecting Learners: Narrowing the Educational Divide’ – memperkuat keyakinan perusahaan bahwa tujuan ambisius Giga dalam memperluas akses internet ke semua sekolah dan masyarakat sekitarnya pada 2030 dapat tercapai.

“Ketika Giga diumumkan, kami segera memahami pengaruh positifnya - yakni menjembatani kesenjangan digital di antara dan di dalam negara guna memberikan kesempatan dan masa depan gemilang bagi anak-anak di seluruh dunia. Laporan tersebut memperjelas bahwa kemitraan pemimpin bisnis, pemimpin sektor publik, dan LSM dapat menghasilkan tindakan efektif untuk mengatasi masalah itu serta memberikan pengaruh signifikan pada kehidupan. Setiap pemain di sektor tersebut dapat menciptakan perubahan, tidak peduli seberapa besar atau kecil. Kami mendorong para pemangku kepentingan untuk membaca laporan ini dan yang lebih penting, bergabung dengan inisiatif Giga guna mewujudkan tujuan penting ini,” kata Vice President, Sustainability and Corporate Responsibility, Ericsson Heather Johnson.

“Kami bersama-sama memetakan sekolah di seluruh dunia untuk mengenali kesenjangan konektivitas di masyarakat. Penting bagi kami untuk bekerja sama lintas bidang untuk menghubungkan sekolah dan menyediakan pembelajaran digital yang bermutu sehingga setiap anak dan remaja dapat memiliki masa depan lebih cerah,” kata UNICEF Deputy Executive Director, Partnerships Charlotte Petri-Gornitzka.

Laporan EIU menunjukkan bagaimana konektivitas sekolah dapat meningkatkan hasil pendidikan dan peluang karir bagi anak-anak, sehingga mendorong kegiatan ekonomi dan pengembangan di masyarakat. Laporan tersebut menemukan bahwa manfaat bagi anak-anak sebagai individu itu seperti efek bola salju (snowball effect) , membuka kesempatan untuk pendapatan lebih tinggi, kesehatan lebih baik, dan peningkatan kesejahteraan secara keseluruhan. Pun manfaatnya bukan hanya bagi anak-anak, namun juga dapat mendukung pengembangan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi lebih luas.

Manfaat lain peluang konektivitas sekolah yang diangkat laporan ini meliputi, meningkatkan mutu pendidikan, akses lebih baik terhadap bidang yang sedang berkembang, seperti, blockchain, big data, machine learning, dan AI. Menciptakan tenaga kerja lebih produktif, yang mendorong inovasi dan terobosan baru. Penciptaan lapangan pekerjaan. Pengembangan masyarakat. Mendorong pertumbuhan dan pembangunan ekonomi.(ak)