Kiat berkomunikasi antar generasi di era digital

JAKARTA (IndoTelko) - Teori mengenai generasi telah menjadi topik hangat dalam beberapa tahun terakhir, disebarkan secara luas oleh konsultan pemasaran dan jurnalis di media global - terdapat lebih dari 700 juta hasil penelusuran Google untuk apa yang disebut sebagai 'kesenjangan generasi (generation gap)'. Beberapa survei mengangkat sejumlah bukti perbedaan generasi, sementara yang lain menunjukkan kesamaan pola pikir manusia tidak peduli usia mereka.

Namun demikian, kita semua pasti memiliki kerabat yang lahir dalam dekade berbeda yang menghabiskan waktu bersama kita dalam berbagai kesempatan. Di saat pertemuan keluarga secara fisik jarang terjadi karena penguncian sosial, kebutuhan untuk terhubung sangat penting.

Dan karena sebagian besar saluran komunikasi di era modern adalah digital, kita harus mempertimbangkan bagaimana hal ini dipersepsikan dan digunakan oleh orang-orang dari berbagai usia. Berikut adalah beberapa tips dari Kaspersky untuk menjembatani kesenjangan generasi ini:

1. Menjaga orang tua dan kakek nenek - mereka membutuhkan dukungan teknis Anda

"Oh tidak, saya telah menghapus internet”, ujar nenek Anda yang ketakutan setelah menghapus ikon browser. Faktanya, terdapat empat dari 10 orang tua (41%) yang menelepon anak-anak mereka atau anggota keluarga lebih muda untuk mendapatkan bantuan seputar teknologi dari jarak jauh, sementara 25% generasi milenial mengaku menghindari anggota keluarga yang mungkin akan meminta bantuan mereka untuk teknologi.

Skenario ini seharusnya tidak mengejutkan. Baby boomer, lahir di antara 1945 dan 1965, sering disebut imigran digital karena mereka tumbuh dengan teknologi pra-ponsel seperti radio, televisi, dan telepon rumah. Terlepas dari fakta ini, penelitian terbaru menunjukkan bahwa generasi yang lebih tua sangat antusias untuk menggunakan teknologi baru. Dan sebagai pendatang baru mereka membutuhkan bantuan dari orang-orang yang memahami dunia digital.

Sebagai kelompok lebih muda, Anda dapat membantu mereka dengan cara berikut:

• Membantu mereka memilih gadget dengan antarmuka termudah. Ini harus tetap cerdas namun sederhana.
• Memeriksa apakah akses internet telah dibayar, dan bahwa aplikasi yang mereka butuhkan - seperti WhatsApp atau Zoom - telah diinstal. Beri mereka pengantar atau tutorial singkat tentang olah pesan, panggilan video, dan penjelajahan web.
• Memperkenalkan fungsi pencarian suara yang akan memudahkan penggunaan ponsel cerdas di antara orang-orang dengan penglihatan yang buruk. Aplikasi apa pun yang terintegrasi ke asisten virtual yang diaktifkan oleh suara dapat membuat hidup mereka jauh lebih baik.
• Mengajari mereka kebersihan dunia maya yang aman. Jangan menyerah untuk menjelaskan cara mengenali situs mencurigakan atau membedakan spam dan phishing dari pesan yang asli

2. Milenial membenci panggilan telepon - mitos atau kenyataan?

Gen Y adalah mereka yang berusia 25-40 di tahun ini. Mereka juga dikenal luas sebagai milenial, karena yang tertua beranjak dewasa sekitar pergantian milenium ketiga. Namun, terkadang generasi ini disebut sebagai 'generasi bisu', dengan 75% milenial menghindari panggilan telepon karena terlalu memakan waktu, menurut BankMyCell. Menjadi generasi pertama yang 'lahir dengan keyboard di tangan mereka' dan dengan cepat merangkul kebangkitan media sosial, mereka adalah generasi pertama yang mengalami intoksikasi digital.

Banyak generasi millennial harus selalu siap sedia untuk dihubungi orang lain hampir sepanjang waktu, karena sekarang mereka dianggap sebagai segmen terbesar dari angkatan kerja dengan 61% di antaranya bekerja dari rumah, penuh atau paruh waktu. Itulah mengapa generasi milenial mungkin tampak lebih protektif dalam hal ruang pribadi mereka. Bagi mereka, panggilan telepon mungkin tampak invasif karena itu menuntut respons instan. Untungnya, ada beberapa hal yang dapat dilakukan kerabat terdekat keluarga generasi milenial untuk membantu mereka membangun 'zona digital yang nyaman':
• Atur ruang kerja bersama (co-working space) - tempat yang tenang di rumah di mana pekerja digital dapat berkonsentrasi dan memastikan mereka tidak akan terganggu oleh kebisingan apa pun.
• Diskusikan jadwal dengan jam kerja yang ditetapkan, termasuk waktu untuk kepentingan keluarga. Terkadang kerabat dekat hanya perlu membuat kesepakatan dan mengklarifikasi kapan mereka bisa dihubungi dan kapan tidak.
• Hormati preferensi mereka untuk perpesanan teks jika obrolan instan diperlukan.
• Jika Anda termasuk satu milenial di rumah, yang berarti Anda paling paham teknologi, pertimbangkan untuk menjadi pelindung digital seluruh keluarga. Anda dapat menyetel solusi keamanan, seperti Kaspersky Security Cloud Family, yang dapat diinstal di hingga 20 perangkat. Karena dalam keluarga besar semua orang harus dilindungi.

3. Melibatkan diri dalam agenda Gen Z, dan mereka akan menghargainya

Kelompok demografis berikutnya, disebut Gen Z atau centennials, adalah orang pertama yang tidak pernah mengenal dunia tanpa internet. Menurut laporan Snapchat, individu Gen Z menghabiskan rata-rata empat jam dan 15 menit per hari di ponsel mereka dengan 64% di antaranya terhubung setiap saat. Ini bisa menjadi remaja di keluarga Anda, yang tertarik pada filter untuk Instagram atau menggunakan platform video untuk konsumsi konten.

Menariknya, saat generasi sebelumnya di masa remajanya menunjukkan kemandirian, generasi muda baru ini justru lebih menyukai terhubung dengan keluarga dan menunjukkannya secara online. Tren ini menjadi sangat signifikan selama pembatasan COVID-19, ketika keluarga dikarantina bersama dan anak-anak mulai mengikat orang tua mereka untuk membuat konten bersama. Para bintang Gen Z mulai melibatkan orang tua dan saudara mereka yang lain dalam sejumlah lelucon (pranks), sebagai karakter berulang dan partner berdansa, sehingga membuat konten tersebut viral.  

Generasi terbaru, lahir antara awal 2010-an hingga pertengahan 2020, adalah Generasi Alpha. Mereka adalah generasi yang lahir pada tahun yang sama saat iPad generasi pertama dirilis dan Instagram diluncurkan. Dan meskipun sulit untuk memprediksi bagaimana anak-anak  dan siswa sekolah saat ini akan berperilaku ketika tumbuh dewasa, jelas sekarang karena terekspos secara luas ke berbagai platform digital sejak usia dini, mereka akan dibentuk oleh teknologi.

Lebih dari 70% orang tua dari anak di bawah usia 12 tahun mengatakan bahwa mereka setidaknya agak khawatir ketika anak akan menghabiskan waktu terlalu banyak di depan layar. Dan seiring kita menjelaskan kepada anak-anak cara mengakses teknologi dengan aman, kita juga harus memastikan mereka tahu cara menggunakan perangkat digital dan melakukan aktivitas online dengan tepat:

• Bicara dan diskusikan apa yang dirasakan tentang peristiwa hidup mereka. Bahkan dengan berbagi cerita tentang aspek rutinitas harian secara teratur, Anda dapat membangun hubungan yang kuat. Dan jika situasi tidak diinginkan muncul, seperti kasus penindasan maya, kemungkinan besar buah hati akan mendatangi Anda, mengingat bahwa Anda selalu berada di sisi mereka.
• Berpartisipasi dalam rekreasi non-digital dan aktivitas luar ruangan. Penting untuk benar-benar terlibat di sini, apa pun aktivitas yang dipilih. Baik itu hiking, pertandingan sepak bola, atau kelas yoga, ajaklah buah hati bersama Anda.
• Perhatikan minat yang mereka sukai . Asisten kecil Anda di sini adalah aplikasi khusus orang tua seperti Kaspersky Safe Kids yang menganalisis aktivitas penelusuran online anak dan mengelola waktu layar tanpa mengganggu ruang pribadi mereka.

“Dengan seluruh pemikiran ini, kesenjangan generasi nampaknya tidak berdampak besar bagi kehidupan. Kita semua memiliki beberapa cerita untuk dibagikan satu sama lain melalui sarana digital - seperti mengirim resep turun temurun keluarga, foto dari kompetisi sekolah anak-anak, kegiatan berbelanja atau sekedar kompilasi video hewan peliharaan yang lucu. Dan jika perwakilan dari setiap generasi yang ada di keluarga Anda memiliki setidaknya pengetahuan umum tentang komunikasi digital yang aman, hubungan keluarga akan terhubung lebih kuat terlepas dari perbedaan usia atau jarak fisik yang ada,” ungkap Territory Channel Manager untuk Indonesia di Kaspersky Dony Koesmandarin.(ak)