Sektor TIK tetap tumbuh di tengah resesi

JAKARTA (IndoTelko) - Sektor Informasi dan Komunikasi atau Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) mengalami pertumbuhan pada kuartal ketiga tahun 2020.

Berdasarkan laporan resmi Badan Pusat Statistik (BPS) pada 5 November lalu, potret perekonomian Indonesia pada kuartal ketiga menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi yang sebelumnya terkontraksi.

"Terutama di sektor informasi dan komunikasi di tengah pandemi Covid-19, dengan pertumbuhan (y-on-y) sekitar -3.5%, tingkat kedalaman resesi sudah menunjukkan perbaikan dari kondisi pada quartal sebelumnya yang tumbuh -5.32%," kata Wakil Juru Bicara Kementerian Komunikasi dan Informatika Dewi Meisari Haryanti.

Dijelaskannya, perkembangan perekonomian Indonesia dalam kuartal ketiga dapat dilihat dari dua pendekatan yakni pengeluaran dan lapangan usaha.

Dari pendekatan pengeluaran, belanja pemerintah merupakan satu-satunya jaring pengaman karena mengalami pertumbuhan sekitar 9.76% di tengah anjloknya komponen pengeluaran lain mencakup konsumsi rumah tangga, penanaman modal, belanja sektor nirlaba serta ekspor.  

“Sementara secara pendekatan lapangan usaha, pertumbuhan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) di sektor Informasi dan Komunikasi adalah salah satu buffer utamanya dengan keberhasilan meraih peningkatan pertumbuhan hingga menembus double digit di 10.61%,” ujarnya.

Menurutnya, peningkatan pertumbuhan pada kuartal ketiga ini lebih tinggi daripada tingkat pertumbuhan di kuartal yang sama pada tahun 2019 yakni di level 9.24%. Sehingga tingkat pertumbuhan sektor informasi dan komunikasi menjadi yang kedua tertinggi setelah pertumbuhan sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial pada kuartal ketiga ini yang tumbuh 15.33%.

"Sebelumnya pada kuartal kedua tahun 2020, Kominfo mencatat sektor informatika dan komunikasi sempat menjadi sektor dengan pertumbuhan tertinggi, “Sehingga secara data PDB akumulatif (sejak Januari - September 2020), masih merupakan sektor dengan tingkat pertumbuhan tertinggi yaitu 10.42%,” ujarnya.

Adapun sektor lain dengan tingkat pertumbuhan tertinggi setelah sektor informasi dan komunikasi dalam periode tersebut antara lain sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 9.85%, Jasa Keuangan dan Asuransi 3.55%, Jasa Pendidikan 3.14%, Real Estate 2.68%; dan Pertanian Kehutanan Perikanan 1,52%. Selain sektor-sektor ini, terjadi pertumbuhan sektoral (akumulatif) yang negatif.

Pergeseran   
Pandemi Covid-19 menyebabkan sekitar 2.36 juta orang Angkatan Kerja baru tidak bisa diserap oleh aktivitas ekonomi. Hal tersebut ditambah dengan sekitar 310,000 orang yang kehilangan pekerjaan.

“Maka pada quartal ketiga tahun ini terdapat  penambahan pengangguran sekitar 2.67 juta, sehingga total pengangguran Indonesia menjadi 9.77 juta orang atau 7.07%,” jelasnya.

Dinyatakannya, setidaknya ada tiga aspek yang perlu diamati berkaitan dengan pergeseran struktur ketenagakerjaan pada masa pandemi ini. Pertama, terjadi penurunan tenaga kerja penuh waktu menjadi 63.85%.  Selain itu, peningkatan tenaga kerja paruh waktu yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu namun tidak bersedia menerima pekerjaan lain menjadi hampir 26%.

“Hal ini menunjukkan bahwa tren karir sebagai freelancer yang umumnya bekerja dengan skema kompensasi berdasarkan hasil, bukan berdasarkan waktu sedang berkembang,” tuturrnya.

Aspek kedua yakni terjadi peningkatan partisipasi kerja perempuan sekitar 1.3% menjadi 53.13%, walaupun partisipasi kerja laki-laki justru turun 0.84% menjadi 82.41.

"Dan aspek ketiga meningkatnya pekerja di sektor informal sekitar 4.5% menjadi 60.47%, termasuk pelaku UMKM yang belum dibantu oleh karyawan tetap," papar Wakil Jubir Kementerian Kominfo.

Momentum   
Ditegaskannya, agility atau kelincahan beradaptasi sangat penting agar tetap produktif di tengah pandemi Covid-19. Memurutnya, gaya hidup dan gaya kerja digital menjadi bagian dari kenormalan baru yang perlu terus dibudayakan agar masa pandemi dapat menjadi momentum peningkatkan produktivitas, kegesitan, dan daya saing bangsa.

“Sesuai dengan Roadmap Transformasi Digital, pemerintah akan terus mengalokasikan  belanja negara untuk percepatan transformasi digital pada sektor-sektor strategis, termasuk sektor pemerintahan sendiri, khususnya yang berkaitan dengan pelayanan publik,” jelasnya

Kominfo memastikan pelayanan publik seperti perizinan, kesehatan, pendidikan, penyiaran, penyediaan infrastruktur jaringan internet cepat, dan pencetakan sumberdaya manusia Talenta Digital kian diperlukan untuk mendukung aktivitas perdagangan digital dan industri.

Ditambahkannya, pertumbuhan belanja pemerintah yang hampir 10% dan pertumbuhan sektor Informasi dan Komunikasi yang bahkan mengalami peningkatan.

"Hingga menembus double digit pada kuartal ketiga tahun ini, menjadi bukti nyata kerja keras dan keseriusan pemerintah untuk terus bertransformasi," tegasnya.

Bekal itu menjadi pondasi untuk meningkatkan daya saing bangsa, bukan hanya untuk menyelamatkan perekonomian nasional dari tekanan pandemi.

"Bukan hanya agar kita bisa menjadi bangsa yang lebih kuat dan kokoh, tapi juga lentur dan lincah beradaptasi, seperti bola karet yang ketika dihempas, justru dapat melambung jauh lebih tinggi,” pungkasnya.(wn)