Masa depan dari pekerja lepas cerah

JAKARTA (IndoTelko) - Payoneer belum lama ini menerbitkan Laporan Penghasilan Pekerja Lepas yang diperoleh berdasarkan survei terhadap lebih dari 7.000 pekerja lepas di 150 negara.

Laporan ini memberikan informasi mendalam baru mengenai dunia pekerja lepas,  yang merupakan barisan tenaga kerja ambisius dan berani, yang tidak akan puas dengan keadaan status quo.

Popularitas bekerja lepas sangat dikaitkan dengan potensi peluang kerja yang lebih besar, kebebasan, pendapat yang lebih tinggi, dan langkah maju menuju kesetaraan pendapatan.

Lapangan pekerjaan saat ini, yang didukung oleh media sosial, platform pasar global dan pembayaran daring,  melengkapi tenaga kerja global dengan semua peralatan untuk menetapkan jalur karir sendiri, memanfaatkan gaya hidup pekerja lepas baik untuk membangun karir penuh waktu, pekerjaan sampingan, atau bahkan memperpanjang karir setelah masa pensiun.

"Dalam dekade terakhir, ekonomi yang mengandalkan pekerja lepas telah tumbuh pesat. Halangan yang tadinya dapat memperlambat atau menghambat kemampuan para pekerja lepas untuk bertumbuh, terkoneksi dan menjadi sukses telah hilang. Merupakan misi kami untuk menyediakan layanan keuangan yang akan memudahkan semua pihak dalam memanfaatkan peluang-peluang global yang ada," kata CEO, Payoneer Scott Galit.   

Secara garis besar, pekerja lepas berusia sangat muda, dengan hampir 70 persen pekerja lepas yang disurvei berusia di bawah 35 tahun, dan 21 persen berusia di bawah 25 tahun. Di Indonesia, pekerja lepas berusia di bawah 35 tahun mencapai 72 persen, sedikit di atas rata-rata global.

Temuan global menunjukkan bahwa pekerja di awal dan akhir karir benar-benar merupakan tenaga kerja lepas; adanya gaji tetap dan rasa aman yang diberikan merupakan hal yang mendorong para pekerja untuk mencari pekerjaan tetap di perusahaan seraya membangun keluarga. Meskipun pekerja berpengalaman umumnya bergaji besar, di masa yang akan datang, kesenjangan yang ada dapat ditutup; peluang yang ada bagi para pekerja lepas dengan sedikit pengalaman memberikan mereka kemampuan untuk menajamkan dan mengasah keahlian. Selain itu, tingkat pendidikan tidak berkorelasi langsung dengan pendapatan tinggi para pekerja lepas; mereka yang memiliki gelar sarjana tidak menuntut pembayaran lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak bergelar. Hal ini menunjukkan bahwa pekerjaan masa depan lebih mengutamakan ulasan, referensi, dan banyaknya portofolio, setara dengan pencapaian pendidikan.

Meskipun para pekerja lepas menemukan nilai kebebasan dan fleksibilitas untuk menjadi bos bagi diri sendiri, kebahagiaan sangat berhubungan erat dengan pendapatan yang diperoleh. Rata-rata tarif yang dipasang oleh para pekerja lepas di seluruh dunia adalah US$21 per jam, lebih tinggi dari rata-rata tarif dua tahun lalu (2018) sebesar US$19; dan lebih tinggi secara signifikan dari rata-rata gaji di tiap negara yang disurvei. Hasil survei di Indonesia menunjukkan peningkatan sebesar US$17 pada 2019 sehingga gaji rata-rata per jam mencapai US$35, jauh di atas rata-rata gaji global.

Para individu yang secara eksklusif bekerja sebagai pekerja lepas mendapatkan tarif per jam lebih tinggi dan merasa lebih puas dengan gaya hidupnya dibandingkan dengan mereka yang membagi waktu dengan bekerja di sebuah perusahaan. Sementara para pekerja lepas mendapatkan pendapatan lebih, para perusahaan juga beruntung karena mendapatkan pekerja terbaik tanpa harus memikirkan lokasi atau biaya operasional, sehingga meningkatkan kepuasan di kedua belah pihak.

Salah satu temuan yang patut diangkat dari laporan ini adalah bahwa partisipasi perempuan sebagai pekerja lepas telah mendapatkan momentum, dan gaji rata-rata bagi para wanita meningkat pesat.

Pekerja lepas wanita menghasilkan rata-rata 84% dari pendapatan laki-laki di semua bidang, dan meski ada ruang untuk perbaikan, kesenjangannya lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata gaji semua pekerja sebesar 64 persen, seperti yang dilaporkan oleh World Economic Forum. Namun demikian, masih ada industri dan bidang-bidang spesifik  di mana kesenjangan jender masih tinggi, termasuk bidang finansial dan manajemen proyek. Di sisi lain, wanita mendapatkan lebih banyak dibandingkan laki-laki di bidang pemasaran dan desain web dan grafis.(ak)