Indonesia dianggap sebagai produsen unicorn di dunia

JAKARTA (IndoTelko) - Indonesia dianggap sebagai salah satu negara penghasil startup dengan valuasi US$1 miliar (unicorn) terbanyak di dunia.

Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Pandjaitan mengutip data Hurun Research Institute bulan lalu dimana Indonesia masuk dalam 10 negara penghasil unicorn terbanyak di dunia.  

“Indonesia masih jauh tertinggal dari Tiongkok, yang memiliki 206 unicorn, Amerika Serikat punya 203, India memiliki 21 unicorn, Inggris punya 13. Indonesia punya empat, Gojek, Tokopedia dan Bukalapak tapi saya optimistis angka ini bisa terus meningkat,” ujarnya seperti dikutip dari laman Kominfo (3/11).

Luhut optimistis usaha rintisan di bidang digital akan menjadi penggerak ekonomi dunia di masa depan.

“Ada dua alasannya pertama adalah peluang yang besar di sektor ekonomi digital, Indonesia memiliki 171 juta pengguna internet dan 130 juta pengguna smartphone adalah peluang bagi ekonomi digital. Alasan kedua ada ribuan bahkan jutaan produk kreatif Indonesia menunggu untuk dikelola sebagai produk digital,” katanya saat membuka Archipelagic and Island States (AIS) Startup and Business Summit 2019 di Manado.

Ia berharap forum ini dapat membuka peluang kerjasama yang dapat membuat startup di negara-negara peserta AIS maju dan berkembang.“Kita tunjukkan kepada teman-teman kita negara AIS  untuk melihat bahwa Indonesia ini sedang berkembang, kalian juga bisa ajak startup-startup mudamu untuk melakukan ini,” katanya.

Menko Luhut juga menyampaikan situasi ekonomi Indonesia terakhir. Menurutnya Indonesia saat ini tidak akan lagi mengekspor bahan mentah.     

“Saya harap negara-negara AIS juga mulai melakukan hal yang sama, karena kita sudah terlalu lama seperti. Kita harus berkembang. Indonesia sekarang sedang mengembangkan transportasi listrik, saya harapkan tahun depan penggunaan transportasi ini semakin meningkat. Selain baik untuk lingkungan, ini juga memberi nilai tambah ekonomi yang bisa mencapai 10-15 kali lipat,” jelasnya saat membuka forum AIS SBS 2019.  

Acara ini dihadiri oleh delegasi dari 23 negara yaitu Bahrain, Fiji, Komoro, Papua Nugini, Guinnea Bissau, Irlandia, Jamaica, Jepang, Kiribati, Madagascar, Maladewa, Malta, Marshall Island, Palau, Filipina, Samoa, Seychelles, Srilanka, Saint Kitss and Navis, Timor Leste, Tonga, Cabo Verde, Papua Nugini.

“Kami punya startup seperti Aruna yang bisa memetakan situasi perikanan di laut. Mungkin Anda bisa mencoba untuk negara Anda,” kata Menko Luhut.

Lebih jauh, dia menceritakan bahwa Menteri Maladewa Ahmed Salih mengatakan tertarik dan mungkin akan mengajak para pengusaha rintisan digital Indonesia untuk ke negaranya dan melakukan hal yang sama dengan yang mereka lakukan di Indonesia.

Sebagai informasi, AIS atau Forum Negara Kepulauan dan Negara Pulau merupakan forum kerjasama antara enam negara-negara kepulauan dan 41 negara-negara pulau. AIS diinisiasi oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi bersama dengan  United Nations Development Programme (UNDP)/ Badan Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Forum ini diharapkan bisa menjadi wadah bagi anggotanya untuk bekerjasama dengan semua pemangku kepentingan antara lain sektor swasta, masyarakat sipil, dan akademisi tentang inisiatif perubahan iklim dan perlindungan laut.(wn)