Indonesia pandang teknologi HAPS menjanjikan

ilustrasi

JAKARTA (IndoTelko) - Indonesia memandang teknologi High Altitude Platform Station (HAPS) menjanjikan untuk menjadi solusi teknologi sebagai pelengkap terhadap jaringan terrestrial dan jaringan satelit.

Kepala Subdirektorat Penataan Alokasi Spektrum Dinas Tetap dan Bergerak Darat, Direktorat Penataan Sumber Daya, Ditjen Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika, Kominfo, Adis Alifiawan, menyatakan dalam sidang The 25th Meeting of the Asia Pacific Telecommunity Wireless Group (AWG) yang digelar pada 1-5 Juli 2019 di ICE BSD Tangerang,  tiga proposal Indonesia disepakati bersama sebagai bagian temporary document yang akan dibahas dalam pertemuan selanjutnya.

Tiga proposal yang diajukan Indonesia antara lain inisiasi kajian terkait teknologi HAPS, pembaruan informasi terkait uji coba teknologi 5G (IMT-2020) yang pernah dilaksanakan di Indonesia, serta isian kuesioner terkait Vehicle-Mounted Earth Station (VMES) yang beroperasi pada jaringan satelit FSS (Fixed Satellite Services) di orbit geostasioner untuk pita frekuensi Ku Band.

"Task group HAPS menyepakati dua hal, yaitu penyusunan dokumen kerangka APT Report sebagai rencana output kajian yang akan disusun berdasarkan masukan kuesioner, serta workplan penyelesaian kajian HAPS tersebut. Berdasarkan workplan, kajian HAPS akan dirampungkan pada sidang AWG ke-28 yang kemungkinan digelar tahun 2021 mendatang,” jelas Adis seperti dikutip dari laman Kominfo belum lama ini.

Menurutnya, keberadaan HAPS dapat membantu mengatasi kesenjangan digital (digital divide) serta solusi komunikasi kebencanaan untuk Indonesia yang merupakan negara kepulauan rawan bencana.

Delegasi Indonesia turut dipercaya menjadi editor draft APT Report yang berkaitan dengan kajian HAPS. “Dengan demikian, untuk sidang selanjutnya harus menyiapkan penyempurnaan terhadap kerangka draft APT Report yang telah diputuskan di sidang AWG ke-25 kali ini,” tutur Adis.

HAPS dinilai sebagai inovasi dalam dunia telekomunikasi wireless sebagai jalan tengah dari sistem komunikasi satelit dan terestrial (tower).

HAPS memanfaatkan lapisan Stratosphere untuk  menempatkan sebuah atau beberapa pesawat (balon gas atau airplane type) pada ketinggian 20 km dari permukaan bumi dan selanjutnya digunakan sebagai wahana transmisi (broadcast,  multicast, bidirectional) baik telekomunikasi, internet (acces atau backbone), TV berbayar serta juga Remote Sensing. (Baca: Project Loon)

Nama teknologi HAPS sempat populer di awal 2015 kala Indonesia memberikan sinyal akan ikut dalam Project Google Loon. Sayangnya, hingga sekarang tak jelas kabarnya proyek itu di Indonesia.(ak)