Q1-19, Tower Bersama raih pendapatan Rp1,131 triliun

JAKARTA (IndoTelko) - PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) berhasil meraih pendapatan sebesar Rp1,131 triliun sepanjang kuartal pertama 2019 dengan Earning Before Interest Tax Depreciation Amortization (EBITDA) Rp965 miliar.

Jika triwulan pertama ini disetahunkan, maka total pendapatan dan EBITDA mencapai Rp4,524 triliun dan Rp3,862 triliun.   

Tower Bersama memiliki 25.998 penyewaan dan 15.192 sites telekomunikasi per 31 Maret 2019. Sites
telekomunikasi milik Perseroan terdiri dari 15.131 menara telekomunikasi dan 61 jaringan DAS.

Dengan angka total penyewaan pada menara telekomunikasi sebanyak 25.937, maka rasio kolokasi (tenancy ratio) Perseroan menjadi 1,71.

“Pada kuartal pertama tahun 2019, portofolio kami bertumbuh sebanyak 510 penyewaan, yang terdiri dari 127  sites telekomunikasi dan  383 kolokasi. Rasio kolokasi kami sedikit naik ke 1,71x dari 1,69x pada akhir tahun lalu. Kami terus mendukung  pelanggan yaitu operator telekomunikasi untuk memperluas jangkauan  jaringan di  seluruh  negeri,” kata CEO Tower Bersama Hardi Wijaya Liong dalam keterangan kemarin.

Per 31 Maret  2019, total pinjaman  kotor  (gross debt) Perseroan, jika bagian pinjaman dalam mata uang Dollar AS yang telah dilindung nilai diukur dengan menggunakan kurs lindung nilainya, adalah sebesar Rp19,887 triliun dan total pinjaman senior  (gross  senior  debt) sebesar Rp12,7 triliun.

Dengan saldo kas yang mencapai Rp235 miliar,  maka total pinjaman bersih (net  debt) menjadi Rp19,652 triliun dan total pinjaman senior bersih (net senior debt)  Perseroan menjadi Rp12,465 triliun.  

Menggunakan EBITDA kuartal pertama 2019 yang disetahunkan, rasio pinjaman senior bersih terhadap EBITDA adalah 3,2x dan pinjaman bersih terhadap EBITDA adalah 5,1x.

CFO Tower Bersama Helmy Yusman Santoso mengatakan walaupun pertumbuhan pendapatan Grup dipengaruhi  oleh  penghentian  penyewaan  dari Internux (Bolt) di akhir Desember 2018, leverage tetap stabil di 5,1x, jauh di bawah covenant obligasi perseroan untuk tidak lebih dari 6,25x untuk rasio pinjaman kotor (pada tingkat lindung nilainya) terhadap EBITDA kuartal terakhir yang disetahunkan.

Menurutnya, Perseroan terus mematuhi strategi konservatifnya untuk melindung nilai seluruh utang dengan lindung nilai yang sesuai dengan jatuh tempo utang. 

Para kreditur perseroan tetap berkomitmen untuk memberikan pinjaman tambahan di mana perseroan akan bertumbuh baik secara organik maupun non-organik.

“Kontrak jangka panjang dan terjamin dari operator telekomunikasi, memastikan arus kas yang kuat dan meningkat, yang memungkinkan kami untuk melanjutkan inisiatif pengembalian pemegang saham kami. Visibilitas dari arus kas kami  memungkinkan  kami  untuk  terus membagi dividen  secara  regular  kepada  para  pemegang saham kami. Kami berencana untuk mengusulkan pembagian dividen pada RUPS Tahunan," tutupnya.(wn)