Begini model kerjasama Garuda-Mahata dalam penyediaan WiFi

JAKARTA (IndoTelko) - PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) baru saja mengumumkan laporan keuangannya untuk kinerja 2018.

Dalam Keterbukaan Informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), maskapai ini berhasil mencatatkan keuntungan sebesar US$ 809.846 di 2018 berbanding terbalik dengan kerugian yang diderita di 2017 sebesar US$ 216.582.416.

Pendapatan usaha yang diraih Garuda sepanjang 2018 sebesar US$ 4.373.177.070 naik dibandingkan 2017 sebesar US$4.177.325.781.

Pendapatan usaha berasal dari penerbangan berjadwal (US$3.583.378.852), penerbangan tidak berjadwal (US$266.866.623), dan lainnya (US$567.931.595).

Item lainnya dalam pendapatan usaha adalah Pemeliharaan dan perbaikan pesawat,Pelayanan penerbangan, Biro perjalanan, Travel agent, Jasa boga, Catering, Groundhandling, Hotel, Transportasi, Teknologi informasi,Pelatihan, Training service, dan Healthcare service

Hal yang menarik adalah adanya pendapatan lain-lain yang dicatatkan Garuda dimana kontribusi terbesar dari Pendapatan kompensasi atas Income hak pemasangan peralatan layanan konektivitas dan hiburan dalam pesawat, dan manajemen konten senilai US$239.940.000.

Kerjasama Mahata
Dalam catatan keuangan itu dinyatakan pada tanggal 31 Oktober 2018, Garuda Indonesia dan PT Mahata Aero Teknologi (Mahata) mengadakan perjanjian kerja sama yang telah diamandemen, terakhir dengan amandemen II tanggal 26 Desember 2018, mengenai penyediaan layanan konektivitas dalam penerbangan dan hiburan dalam pesawat dan manajemen konten.

Mahata akan melakukan dan menanggung seluruh biaya penyediaan, pelaksanaan, pemasangan, pengoperasian, perawatan dan pembongkaran dan pemeliharaan termasuk dalam hal terdapat kerusakan, mengganti dan/atau memperbaiki peralatan layanan konektivitas dalam penerbangan dan hiburan dalam pesawat dan manajemen konten.

Mahata adalah startup penyedia jasa wi-fi pesawat gratis pertama di Indonesia.

Masih dari catatan keuangan yang dikeluarkan Garuda, dinyatakan Mahata menyetujui membayar biaya kompensasi atas hak pemasangan peralatan layanan konektivitas dalam penerbangan untuk 50 pesawat A320, 20 pesawat A330, 73 pesawat Boeing 737-800 NG dan 10 pesawat Boeing 777 sebesar US$ 131.940.000 dan biaya kompensasi atas hak pengelolaan layanan hiburan dalam pesawat dan manajemen konten untuk 18 pesawat A330, 70 pesawat Boeing 737-800NG, 1 pesawat Boeing 737-800 MAX dan 10 pesawat Boeing 777 sebesar US$ 80.000.000 kepada Garuda setelah ditandatangani perjanjian kerja sama. 

Garuda akan mengevaluasi setiap 2 bulan pelaksanaan perjanjian kerja sama, dan jika hasil evaluasi menunjukkan bahwa perjanjian kerja sama tidak menguntungkan Garuda, atau dalam hal Mahata tidak melaksanakan kewajiban dan tanggung jawabnya, Garuda berhak untuk mengakhiri perjanjian kerja sama dan semua hak dan kewajiban yang belum diselesaikan dan/atau telah timbul sebagai akibat penerapan perjanjian kerja sama dan harus diselesaikan selambat-lambatnya 14 hari setelah perjanjian kerja sama berakhir.

Dalam Catatan keuangan dinyatakan, pendapatan atas kompensasi hak pemasangan peralatan layanan konektivitas kompensasi dan kompensasi hak pengelolaan layanan hiburan dalam pesawat dan manajemen konten sebesar US$ 211.940.000 diakui pada saat penyerahan hak kepada Mahata pada tahun 2018.

Selain itu, Mahata wajib membayar alokasi slot kepada Garuda, secara tahunan sejak penerbangan perdana, atas pendapatan aktual yang diperoleh atas upaya Mahata sebesar 5% dari total pendapatan aktual pada tahun ke-1, 6% dari total pendapatan aktual pada tahun ke-2, 7,5% dari total pendapatan aktual pada tahun ke-3 sampai dengan tahun ke-10 untuk setiap iklan yang didapatkan oleh Garuda.

Sedangkan untuk iklan yang didapatkan oleh Mahata, Mahata wajib membayar alokasi slot kepada Grup tahunan sejak penerbangan perdana, atas pendapatan aktual yang diperoleh atas upaya Grup sebesar 95% dari total pendapatan aktual pada tahun ke-1, 94% dari total pendapatan aktual pada tahun ke-2, 92,5% dari total pendapatan aktual pada tahun ke-3 sampai dengan tahun ke-10.

Perjanjian kerja sama antara Garuda Grup dengan startup ini berlaku selama 15 tahun. Saat ini, pola alokasi slot untuk tahun ke-11 sampai dengan tahun ke-15 belum ditentukan

Garuda juga memiliki perjanjian kerja sama atas pemasangan dan pengelolaan wifi on board di maskapai milik PT Sriwijaya Air.

PT Sriwijaya Air (Sriwijaya) setuju untuk turut serta dalam perjanjian layanan konektivitas dalam penerbangan yang diadakan oleh Garuda Grup dengan Mahata dengan kompensasi sebesar US$ 30 juta.

Garuda Grup dan Sriwijaya mengadakan perjanjian pemasangan dan pengelolaan wifi on board pada 47 pesawat B737-series yang dioperasikan Sriwijaya dan 3 pesawat B737-series yang akan dikirimkan ke Sriwijaya di tahun 2019 dan 2020. Perjanjian berlaku sejak 14 Desember 2018 untuk jangka waktu selama 10 tahun.

Maskapai Sriwijaya setuju hanya menerima kompensasi sebesar US$ 2 juta dan memberikan insentif kepada Garuda Grup sebesar USD 28 juta sebagai kompensasi atas keikutsertaan Sriwijaya pada perjanjian layanan konektivitas dalam penerbangan antara Grup dan Mahata. Imbalan bersifat tidak dapat dikembalikan meski perjanjian berakhir atau diakhiri oleh sebab apapun.

Nilai sebesar US$ 28 juta diakui pada saat penyerahan hak kepada Sriwijaya pada tahun 2018. (Baca: WiFi di Garuda Grup)

Sebelumnya, Mahata Group telah menyelesaikan instalasi wifi pertama di maskapai Citilink Indonesia pada Desember lalu, dan akan melanjutkan instalasi wifi pada maskapai Garuda Indonesia dan Sriwijaya Air. (Baca: Kerjasama Garuda dan Mahata)

PT Mahata Aero Teknologi bisa menggelar WiFi di pesawat difasilitasi oleh Immarsat sebagai penyedia satelit dan Lufthansa technik untuk software dan hardware. Instalasi atas equipment WiFi dilakukan oleh PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia Tbk.(dn)