AirAsia cabut dari Traveloka, media asing cium aroma persaingan tak sehat di bisnis OTA Indonesia

JAKARTA (IndoTelko) - Maskapai AirAsia telah mengambil keputusan untuk menarik penjualan tiketnya secara permanen dari online travel agent (OTA) Traveloka sejak (4/3) lalu.

Penarikan ini meliputi seluruh rute penerbangan di semua jaringan AirAsia. Keputusan ini didasari hilangnya tiket AirAsia secara misterius di Traveloka untuk kedua kalinya dalam dua minggu terakhir.

Peristiwa ini menarik perhatian portal Skift.com, media online yang selama ini memiliki reputasi disegani di dunia travel global.

Skift.com pada (13/3) menurunkan artikel yang lumayan menggelitik dengan judul "Did AirAsia’s Rivals Arm-Twist Online Travel Agencies to Stop Selling Its Low Airfares?".

Dalam artikel itu Skift.com mencium adanya dugaan "campur tangan" dari pesaing AirAsia di bisnis aviasi Indonesia dalam hilangnya tiket maskapai itu di sejumlah OTA lokal, tak hanya Traveloka. (Baca: Kasus AirAsia dan Traveloka)

Skift.com dalam investigasinya "menduga" Garuda Indonesia dan Lion Air juga mendorong pemain OTA lainnya, Tiket.com, untuk tidak menjual tiket dari AirAsia.

Dugaan ini muncul karena ketika Skift mencoba melakukan pencarian tiket dengan tujuan Jakarta-Kuala Lumpur, pemain seperti Jetstar dan Scoot muncul dalam pencarian.

Dalam dugaan Skift, kedua penerbangan internasional berbiaya murah itu tetap bisa muncul di Traveloka karena rute domestik dan rute internasional yang dimiliki tak sebanyak AirAsia.

Traveloka menyatakan hilangnya tiket milik AirAsia karena adanya ‘system maintenance’. (Baca: AirAsia cabut dari Traveloka)

Namun, ketika Skift.com mencoba mengonfirmasi perihal hanya tiket milik AirAsia yang terkena dampak ‘system maintenance’ juru bicara Traveloka mengaku tak bisa berkomentar banyak dan tengah berusaha melakukan pertemuan dengan manajemen AirAsia untuk mencari solusi terbaik. 

Director of public Relations Traveloka Sufintri Rahayu mengakui adanya pertemuan antara Traveloka dan AirAsia minggu lalu namun dia menolak membicarakan hasil pertemuan. 

Investigasi yang dilakukan Skift.com juga mencium adanya pertemuan antara AirAsia dengan Tiket.com. Sayangnya, hal ini tak bisa dikonfirmasi ke co-founder dan chief marketing officer of Tiket.com Mikhael Gaery Undarsa. 

Juru bicara Garuda Indonesia Ikhsan Rosan kala dikonfirmasi tentang adanya dugaan intervensi maskapainya menekan pemain OTA menyatakan hal tersebut tak benar. "Sejauh yang saya tahu itu tidak benar," kata Ikhsan kala dikonfirmasi Skift.com.

Sementara juru bicara Lion Air Danang Mandala Prihantoro tak memberikan respon atas hasil investigasi dari Skift ini.

Harga Tiket
Seorang eksekutif di bisnis aviasi menduga terjadinya ‘tekanan’ terhadap AirAsia karena tak mau mengikuti kebijakan kenaikan harga tiket yang dilakukan pesaingnya. 

Mengingat sekarang era digital, maka upaya untuk ‘menyampaikan pesan’ ke AirAsia adalah dengan menekan pemain OTA agar tidak menyediakan produk dari maskapai itu. 

“Tidak ada maskapai di Indonesia yang punya strategi penjualan langsung yang kuat, dampaknya mereka tergantung dengan biro perjalanan atau pemain OTA besar setelah terjadi perubahan perilaku belanja ke era online. Maskapai sendiri tak berinvestasi besar dalam skema penjualan online yang dikelola langsung, akhirnya pemain OTA dapat memberikan user experience yang lebih baik bagi konsumen,” kata sumber Skift tersebut.

Singkatnya, pemain OTA yang memang banyak berinvestasi di digital akan mendapat ruang di pasar.

Alhasil, absennya AirAsia menjadikan Lion Air dan Citilink (anak usaha Garuda) sebagai pemilik harga terbaik di Traveloka dan Tiket.com.

Seperti hasil pantauan pencarian tiket pulang pergi Jakarta-Yogyakarta untuk 30 Maret-3 April yang dilakukan Skift pada kedua situs OTA tersebut. Tiket AirAsia tidak muncul, walaupun AirAsia tidak menarik penjualan tiketnya dari Tiket.com.

Sementara hasil pencarian di situs Wego Indonesia untuk rute yang sama menunjukkan tiket AirAsia yang paling murah, tapi tidak tersedia di Traveloka dan Tiket.com. Opsi lain bagi konsumen adalah Trip.com, Jollytravel, Kiwi.com, Skytours dan Rumbo. Sayangnya ini semua pemain OTA dari luar Indonesia.

Skift belum bisa melihat pihak yang akan diuntungkan atas praktik ini.

Namun, dari sisi konsumen sudah terlihat kerugian. Dalam catatan Skift, harga tiket rute domestik di Indonesia naik 40% hingga 120% sejak November 2018.

Sementara itu, data Wonderful Indonesia menunjukkan Grup AirAsia membawa 3,8 juta penumpang di Indonesia dan mendatangkan 2,9 juta wisatawan asing pada 2017. Jika kondisi ini berlanjut tentu akan berdampak ke industri pariwisata nasional secara keseluruhan.(dn)