idEA ungkap rahasia sukses bisnis eCommerce

JAKARTA (IndoTelko) - Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) mengungkapkan kiat sukses bagi pemain eCommerce agar sukses berbisnis di Indonesia.

Dalam risetnya tentang keberlanjutan perusahaan eCommerce di Indonesia menunjukkan sekitar 60% responden mengatakan setuju bahwa perusahaan industri yang sudah berkiprah lebih dari 10 tahun dianggap lebih meyakinkan daripada perusahaan baru.

Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) Ignatius Untung menjelaskan kepercayaan konsumen sebagai kunci utama menuju ketahanan dan keberlanjutan suatu perusahaan.

“Bukan sekadar percaya, tapi merasa begitu nyaman ketika harus bertransaksi melalui platform digital,” ujar Ignatius, kemarin.

Kunci sukses lainnya adalah pengembangan komunitas yang difasilitasi oleh perusahaan eCommerce.  Sekitar 90% responden setuju akan hal tersebut. Kemudian, sekitar 95% responden menilai bahwa inovasi merupakan alasan perusahaan dapat bertahan.  

Dewan Konsultasi idEA Hendrik Tio menilai, bisnis eCommerce saat ini belum mencapai titik maksimal dalam mengembangkan usaha.

“Kita harus terus berinovasi dan berkembang, misalnya secara teknologi kita bisa kolaborasi dengan pemain lain. Hal ini akan menjadikan kita lebih berkembang dan sustainable,” ujar Hendrik.

Riset ini dilakukan terhadap anggota idEA dan konsumen eCommerce dengan rata-rata umur 34 tahun dan sebagian besar menetap di Jabodetabek. Responden yang dipilih merupakan pengguna eCommerce yang aktif melakukan pembelian secara online, yakni antara 2 hingga 7 kali dalam satu bulan.

Kendala
Lebih lanjut Ignatius Untung mengatakan, saat ini banyak dari perusahaan teknologi di Indonesia kekurangan tenaga kerja. Beberapa sebabnya ialah karena minimnya pasokan dan ketiadaan konsentrasi di pendidikan formal, seperti perguruan tinggi.

iDEA berencana untuk membuat sekolah, yang konsen memberi ilmu mengenai startup. Sehingga perusahaan tidak lagi kekurangan tenaga kerja dan angka pengangguran di Indonesia bisa berkurang.

Pasokan tenaga kerja untuk bekerja di perusahaan teknologi hanya mencapai 600 orang. Sedangkan satu unicorn setidaknya membutuhkan ribuan karyawan. Artinya masih ada jutaan tenaga kerja yang dibutuhkan.

Posisi terlangka ada pada software engineer, product management dan tenaga analisis data. Beberapa alasannya karena tidak ada pendidikan di Indonesia, kurangnya kemampuan perguruan tinggi dan adanya kesenjangan.(wn)