Bisnis peluncuran satelit tumbuh 16%

JAKARTA (IndoTelko) – Kajian yang dilakukan Research And Markets.com dalam judul  The "Space Launch Services - Global Market Outlook (2017-2026) mengungkapkan nilai bisnis peluncuran satelit  sepanjang 2017 mencapai US$ 9,68 miliar.

Diperkirakan nantinya akan memiliki Compound Annual Growth Rate (CAGR) di kisaran 16% atau tembus pada US$ 36,99 miliar pada tahun 2026.

Permintaan Peluncuran Satelit Satelit Non-Geostasioner (NGSO), satelit kecil , kemajuan dalam Reusable Launch Vehicle (RLV) teknologi, peningkatan misi eksplorasi ruang angkasa adalah beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pasar.

Fenomena manufaktur satelit membentuk konsorsium, perubahan aturan, permintaan untuk pengiriman muatan yang kompatibel dengan mikro-peluncur, akan sangat berdampak pada pasar.

Amerika Utara diproyeksikan mendominasi pasar karena meningkatnya permintaan untuk meluncurkan layanan untuk satelit, pesawat ruang angkasa manusia, dan pesawat antariksa. Lebih jauh, peningkatan investasi dalam misi eksplorasi ruang angkasa mendorong wilayah tersebut.

Asia Pasifik diproyeksikan akan tumbuh pada CAGR tertinggi selama periode proyeksi karena inovasi di sektor peluncuran komersial. China meluncurkan 2 roket baru yang mendukung operator satelit orbit.

Beberapa pemain kunci di pasar Global Space Launch Services adalah China Great Wall Industry, Eurockot, Layanan Peluncuran Internasional ILS, Lockheed Martin, Arianespace, Antrix, Boeing, Spacex, Layanan Luar Angkasa Internasional, Spaceflight, Starsem, Mitsubishi Heavy Industries, Orbital ATK dan United Launch Services (ULS).

Distorsi Harga
Secara terpisah, Senior Vice President, Sales & Customers  Arianespace Jacques Bretton mengungkapkan mulai terjadi distorsi harga di bisnis peluncuran satelit, terutama terjadinya kebijakan cross subsidi  antara melayani pasar institusional dan komersial.

“Kami tidak sekedar mengeluhkan harga, tetapi ada seperti semacam distorsi dipasar, karena harga peluncuran untuk pasar komersial dan pemerintah itu berbeda,” ungkapnya kala temu Media di Singapura belum lama ini.

Diungkapkannya, praktik yang terjadi biasanya perusahaan peluncur memberikan harga lebih mahal untuk konsumen dari pemerintah, tetapi membanting harganya untuk komersial.

“Bagi kami yang   memiliki pasar institusional kecil, tentu menjadi kesulitan. Pasar kita untuk segmen pemerintah hanya 25%, ketika kita mau kompetitif untuk mereka yang bermain di pasar komersial jadi sulit kalau bicaranya harga,” pungkasnya.(tp/dn)