Emago ingin demokratisasi bisnis game

Tim Emago: CEO, Nugroho Wicaksono, COO, Anita Rahmawati, CMO, Izzudin al Azzam, CFO, Tesar Dayansyah.(dok)

JAKARTA (IndoTelko) - Startup hasil Innovation Labs, Digital Amoeba, Emago, berambisi ingin mendemokratisasi bisnis game di tanah air dengan menawarkan layanan cloud gaming pertama di Asia Tenggara.

"Emago adalah cloud gaming pertama di Asia Tenggara, tak hanya Indonesia. Layanan kami akan mendisrupsi bisnis game yang ada selama ini," ungkap COO Emago Anita Rahmawati kala ditemui Tim IndoTelko, belum lama ini.

Dijelaskannya, Emago mengusung teknologi Cloud Gaming dengan menyediakan layanan streaming game, sehingga para gamers dapat memainkan game dengan kualitas yang tinggi tanpa memerlukan peralatan yang canggih.

Emago menjadikan gamers tak harus membeli lisensi, download, dan instalasi game. Berkat Emago, game bisa dimainkan bahkan dengan laptop biasa.

"Kami bidik segmen gamers antara hardcore dan casual. Selama ini kan untuk main PC Game itu butuh investasi mahal, harga PC saja sudah Rp 18- 20 juta. Dengan Emago, gamers tak perlu pake PC mahal atau beli software bajakan untuk main game. Ini ibaratnya Netflix di film atau spotify di musik. Emago adalah streaming game," ulasnya.

Gadis yang baru 1,5 tahun menjadi karyawan Telkom ini mengungkapkan latar belakang dari kehadiran Emago adalah melihat adanya ceruk pasar yang besar dari bisnis game di Indonesia.

"Kita itu untuk pasar game nomor 1 atau 2 di Asia Tenggara, pesaingnya hanya Thailand. Sekarang game kan grafisnya sudah mirip dengan asli, tetapi butuh perangkat mahal dan canggih. Ada segmen casual-hardcore sebenarnya mau main game tapi duit gak mampu, kita tawarkan streaming game dimana semua ada di server Emago yang didukung Telkom," katanya.

Model bisnis yang ditawarkan Emago dalam peluncuran awalnya ke pasar adalah Freemium dengan memberikan pake basic (20 game) dan premium (40-50 game). "Kalau basic itu kita kasih gratis 30 hari, setelah itu bayar Rp 100 ribu per bulan. kalau premium bayar Rp 150 ribu. Gamers hanya butuh kecepatan 4-8 Mbps untuk nikmatin Emago. Saat ini beberapa publisher top sudah ada di Emago seperti Dirt, WRC, Star Wars, dan lainnya," katanya.

Sementara model bisnis yang ingin ditawarkan ke publisher game adalah revenue sharing bukan minimum guarantee atau bulk. "Kita ingin antara Emago dan Publisher tumbuh bersama," katanya.

Sedangkan dengan operator penyedia layanan Fiber To The Home (FTTH) seperti IndiHome diharapkan layanan ini menjadi nilai tambah. "Cloud gaming ini lebih mantap pakai fiber optik, jadi Emago ingin pengguna FTTH itu tak hanya gunakan internet untuk browsing atau nonton video," katanya.

Langkah ke depan dari Emago adalah menyiapkan platform payment yang lebih lengkap, menggandeng publisher lokal, masuk ke layar TV, dan mobile.

"Sejak masuk Digital Amoeba kita banyak fokus di pengembangan produk belum bisnisnya. Sekarang kita mulai ke pengembangan bisnis," katanya.

Gairah Inovasi
CEO Digital Amoeba Fauzan Feisal mengungkapkan para pendiri Emago adalah hasil penjaringan dari Socio Digi Leader 2016.

"Mereka ini milenial yang memiliki gairah berinovasi tinggi. Digital Amoeba memfasilitas ide-ide liar mereka," katanya. (Baca: Amoeba)

Digital Amoeba adalah program inkubator bagi karyawan yang berkeinginan mendirikan Startup agar bisa menjadi seorang intraprenuer dan innovator. (Baca: SDL)

Sedangkan Socio Digi Leader (SDL) adalah kompetisi ide dalam bentuk aplikasi digital yang bermanfaat sebesar-besarnya untuk lingkungan sosial. Kedua program ini mendapat dukungan penuh dari Direktorat Human Capital Management Telkom.(ad)