Ini tantangan perempuan berkarir di industri TI

ilustrasi

JAKARTA (IndoTelko) - Isu gender ternyata masih menjadi diskusi menarik di industri Teknologi Informasi (TI).

Banyak kalangan menilai perempuan memiliki banyak tantangan untuk maju di industri teknologi. Namun, empat perempuan ini membuktikan bahwa semua orang bisa jadi pimpinan, tak peduli stereotip apapun yang ada di masyarakat.

Empat perempuan itu adalah Grace Natalia (pendiri situs AsmaraKu), Dayu Dara Permata (SVP GO-JEK, Head of GO-LIFE), Sonia Barquin (Partner, McKinsey&Company), dan Alyssa Maharani (Google Launchpad Accelerator Startup Success Manager).

Keempatnya menjadi pembicara dalam acara "Alpha Female: How We Tech Up", yang diselenggarakan firma investasi Alpha JWC Ventures.

Menurut Sonia Barquin, perempuan butuh kepercayaan diri untuk menjadi lebih proaktif di dunia kerja serta punya contoh atau ‘role model’ yang sesuai.

Riset mengungkapkan bahwa hanya sedikit perempuan yang mau menegosiasikan gaji mereka atau meminta promosi, meskipun mereka mempunyai kemampuan yang memadai. "Perempuan harus merasa nyaman dengan kemampuan mereka dan berhenti takut untuk meminta lebih,” ujar Sonia melalui keterangan, kemarin.

Dikatakannya, mengenai role model, seperti yang dilihat, tidak banyak perempuan yang menduduki posisi kepemimpian di perusahaan. "Meskipun sulit, temukan mentormu, buat kelompok yang bisa saling mendukung, dan cari seseorang yang bisa kamu ajak diskusi untuk perkembanganmu,” sarannya.

Dayu Dara menyarankan perempuan bisa memulai dari pencitraan diri, atau self-branding, yang tepat.  

Pencitraan bukanlah apa yang kamu katakan pada orang lain, tapi apa yang orang lain bicarakan tentangmu saat kamu sudah di ruangan lain.

Sementara Alyssa Maharani menekankan pentingnya sistem pendukung (support system) bagi perempuan di dunia kerja.

“Untuk mendapatkan ‘sponsor’ tersebut, kamu harus bekerja baik dengan manager-mu, saling membangun kepercayaan, sehingga mereka bisa dan mau mendorong kamu lebih jauh. Hubungan di dunia kerja cenderung lebih berdasarkan data dan kemampuan, sehingga lebih mudah untuk menemukan ‘sponsor’ melalui hubungan kerja yang baik,” sarannya.

“Penting bagi kita sebagai perempuan untuk menemukan ‘keseimbangan’ (work-life balance), dan tidak ada yang bisa memaksakan pengertian ‘keseimbangan’nya pada orang lain. Jangan membandingkan diri dengan ibu lain atau rekan kerja lainnya. Temukan keseimbanganmu sendiri, dan jangan salahkan dirimu atas itu," pungkas Grace Natalia.(wn)