TaniFund sudah biayai 12 program budidaya

Suasana penyerahan surat terdaftar resmi di OJK bagi TaniFund(dok)

JAKARTA (IndoTelko) –  Layanan crowdlending TaniFund sudah membiayai 12 program budidaya sejak bulan April 2017, dan berencana menambah 4 sampai 5 proyek baru setiap bulan.

Crowdlending adalah mekanisme pinjam-meminjam uang berbasis teknologi informasi, dimana dua orang atau lebih memberikan pinjaman kepada individu atau kelompok dalam periode tertentu dan pemberi pinjaman akan mendapatkan kembali modal beserta keuntungannya selama periode tersebut.

“Saat ini sudah ada program yang pembiayaannya bekerjasama dengan bank, yaitu dengan Bank Bukopin,” kata Chairman & co-founder TaniFund Pamitra Wineka dalam keterangannya, kemarin.

Direktur Pengembangan Bisnis & Teknologi Informasi Bukopin, Adhi Bramantya, yang turut hadir sebagai panelis menjelaskan bahwa Bukopin senantiasa berinovasi untuk mengikuti perkembangan dunia usaha digital dan sudah mulai bekerjasama dengan startup eCommerce dan fintech.

Sebagai informasi, sebelumnya Bank Bukopin sudah bekerjasama dengan TaniHub untuk membiayai transaksi petani sehingga para petani sudah bisa mendapatkan pembayaran dalam 3 hari kerja.

TaniHub adalah layanan eCommerce untuk membantu kelompok tani yang kesulitan dalam menjual hasil panen, baik karena kurangnya akses penjualan maupun yang kesulitan menghadapi trading terms dari klien mereka. Misi utama TaniHub adalah memotong rantai distribusi sehingga disparitas harga antara petani dengan pembeli menjadi lebih kecil.

Pada Januari 2017, eCommerce ini mendirikan TaniFund sebagai sebuah sarana teknologi keuangan (FinTech) crowdlending untuk menghubungkan para petani yang membutuhkan permodalan dengan masyarakat umum atau lembaga keuangan yang ingin memberikan pinjaman.

Wakil Ketua Dewan Komissioner OJK Rahmat Waluyanto menyatakan bahwa TaniFund sudah secara resmi terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Unik

Sebenarnya, apa yang membedakan TaniFund dengan fintech pinjam meminjam lainnya?

“Hal yang unik dari kami adalah kami hanya fokus pada bidang produksi seperti pertanian, perikanan, dan peternakan,”  jawab CEO & co-founder TaniFund Ivan Arie.

Ditambahkannya, model pembiayaan kami dengan sistem bagi hasil sehingga baik pihak petani, pemodal dan TaniFund sendiri akan berusaha sebaik mungkin untuk mensukseskan setiap program yang dikerjakan.

Terkait management risiko, tim TaniFund sudah terlebih dahulu melakukan survei kelayakan usaha untuk setiap program yang akan digarap sebelum mempublikasikannya di website.  

CMO dan co-founder TaniFund William Setiawan menambahkan sudah membuat aplikasi yang mudah digunakan oleh para pemodal, namun masih berpedoman pada regulasi KYC yang berlaku.

Sejak berdiri, TaniHub dan TaniFund sudah bekerjasama dengan lebih dari 1.300 petani di seluruh Indonesia.

Asal tahu saja, pertanian merupakan salah satu sektor terpenting dalam menopang perekonomian Indonesia. Faktanya, berdasarkan data BPS kuartal IV-2016, sektor pertanian adalah penyumbang produk domestik bruto (PDB) terbesar kedua setelah sektor industri pengolahan, dengan kontribusi sebesar 13.54%.

Sektor ini juga menyerap sebanyak 32% tenaga kerja di Indonesia. Namun meski demikian, pemerintah masih mengalami kendala dalam memajukan sektor ini, terutama dalam menyelesaikan permasalahan rantai distribusi yang terlalu panjang dan sulitnya mendapatkan permodalan.(ak)