Kala Indosat tersandung kicauan

ilustrasi

Media sosial bak pedang tajam bermata dua bagi sebuah perusahaan.

Di satu sisi bisa menjadi senjata yang efektif untuk menjalin hubungan dengan pelanggan, di sisi lain siap mengintai untuk menjatuhkan reputasi dari perusahaan jika tak cerdik mengelola konten.

Setidaknya inilah yang terjadi terhadap PT Indosat Tbk (ISAT) atau Indosat Ooredoo pada awal Juni 2017. (Baca:#boikotindosat)

Berawal dari status salah seorang karyawannya yang dianggap memicu kontroversi. Dilanjutkan dengan aksi dari sebagian netizen yang meminta karyawan itu dihukum atas status yang yang dibuatnya, ditutup dengan reaksi dari Presiden Direktur & CEO Indosat Alexander Rusli di akun Twitternya, menjadikan bumerang bagi Indosat sebagai korporasi dengan munculnya tagar #Boikotindosat sejak Senin (5/6).

Di akun media sosialnya, sang karyawan memang menuliskan kegundahannya terkait kondisi politik saat ini dan menunjukkan dukungannya ke Pimpinan Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab yang tengah tersandung berbagai kasus hukum.

Netizen membahas status karyawan Indosat

Status yang dibuat karyawan itu pada 30 Mei 2017 menimbulkan keriuhan di lini massa.

Status akun twitter @Alexanderrusli pada 3 Juni 2017 bercuit, "Bukan Hoax Pak. Langkah sudah diambil Spt yang disampaikan terpisah kami tidak tolerir staf yang terbukti tidak sejalan dengan negara dan pemerintah".

Bahkan @Alexanderrusli pun menjawab cuitan salah seorang netizen yang meminta sang karyawan untuk dipecat dengan berkicau “Sebagai perusahaan kami tdk tolerate sama sekali pegawai yang anti NKRI”.

Dus. Cuitan  Bos Indosat ini langsung menimbulkan reaksi keras bagi sebagian netizen yang merasa “Langkah yang diambil” versi Alex adalah pemecatan terhadap sang karyawan. Sontak cercaan langsung menerjang akun twitter dari Alexander Rusli dengan dilengkapi tagar #boikotindosat.

Tagar ini lumayan bertahan digunakan oleh netizen dalam sepekan terakhir. Apalagi menyusul harga saham Indosat selama 5 Juni hingga 9 Juni 2017 bergerak fluktuatif. (baca: Efek #boikotindosat)

Saham Indosat memang telah menunjukkan tren penurunan sejak perusahaan ini mengumumkan kinerjanya di kuartal I 2017. Investor sepertinya tak terlalu gembira karena labanya yang terjerembab. Ditambah adanya ketegangan di Timur Tengah yang melibatkan Qatar dan tagar #boikotindosat, maka saham dengan kode ISAT ini bergerak anomali dibanding Telkom dan XL sepanjang periode 5 Juni hingga 8 Juni lalu.

Pelajaran
Apakah pelajaran yang bisa dipetik dari tersandungnya Indosat karena cuitan di dunia maya ini? (Baca: Panas #Boikotindosat)

Pertama, kita harus menyadari bahwa dunia maya tak ada bedanya dengan dunia nyata. Adab dan etiket yang berlaku di dunia maya sama saja dengan dengan dunia nyata. Jika di dunia nyata Anda tak bisa bicara seenaknya, begitu juga dengan dunia nyata.

Dalam kasus Indosat, sang karyawan sebenarnya tak mencantumkan suara dari Indosat di statusnya. Namun, suasana jadi berbeda ketika sang Bos bercuit mewakili dari perusahaannya.

Netizen yang marah ke Indosat sebenarnya bukan ke korporasinya, tetapi ke pernyataan dari akun @Alexanderrusli yang dianggap arogan. Netizen pun menjadikan #boikotindosat sebagai simbol perlawanan.

Kedua, layaknya di dunia nyata, kejujuran dan interaksi yang aktif juga dituntut. Kita tidak bisa membangun suasana komunikasi satu arah karena yang dihadapi adalah makhluk sosial.

Derasnya #boikotindosat pekan lalu karena tak mendapatkan jawaban memuaskan dari @Alexanderrusli tentang nasib dari sang karyawan. Walau sudah ada bantahan resmi dari manajemen Indosat bahwa hanya diberikan teguran, tetapi jawaban itu dianggap tak memuaskan.

Apalagi tuntutan adanya permintaan maaf dari @Alexanderrusli atas komentarnya tak juga terpenuhi. Hal itu bisa terlihat dengan reaksi dari netizen yang negatif kala bos Indosat ini memposting foto usai bertemu dengan Ketua MUI dalam rangka sosialisasi Fatwa MUI tentang media sosial.

Terakhir, bagi pejabat atau pimpinan dari sebuah organisasi saatnya menyadari bahwa akun media sosial yang dikelolanya secara tidak langsung merepresentasikan korporasi yang dipimpinnya.

Jika sudah begini ingat saja prinsip “Media Sosialmu, Harimaumu”. Salah berkicau, reputasi korporasi yang terkorbankan!
 
@IndoTelko