Cara Google dan Facebook meredam konten hoax layak ditiru

ilustrasi(dok)

JAKARTA (IndoTelko) - Penyebaran berita yang tak bisa dikontrol di media massa menjadikan banyak pihak mulai pusing, terutama pihak berkuasa.

Fenomena paling menarik belakangan ini adalah penyebaran informasi dari portal yang tak bisa dipertanggungjawabkan isinya, dan disebar link beritanya ke media sosial. Modus yang digunakan biasanya, portal akan mengutip bertia dari situs berita mainstream, memotong konten dan memberitakan sepihak.  Bisa juga langsung memproduksi konten, lalu menyebarkan artikel tersebut di Facebook, Twitter, Google+ dan berbagai jejaring sosial.

Bagi pemilik asli konten akan dirugikan mengingat mengalami multiplikasi berkali dan tersebar berkali-kali. Jelas pola seperti ini menurunkan profit situs berita yang diambil atau disalahgunakan kontennya karena berkurangnya kunjungan dari pengunjung.

Google telah mengumumkan akan membatasi AdSense di situs web yang menyebarkan konten palsu. AdSense adalah produk Google yang dapat memfasilitasi pengiklan menempatkan iklan barisnya ke jutaan situs web yang terdaftar di jaringan Google. Bagi pemilik situs yang berburu trafik, Adsense adalah mesin uangnya.

Sedangkan Facebook akan mulai memblokir laman-laman yang menghadirkan informasi atau berita bohong dari Facebook Audience Network. Laman-laman itu tak akan bisa ditampilkan di Facebook lantaran telah dikategorikan sebagai informasi menyesatkan, ilegal atau dianggap sebagai penipu.

"Smart move dari Google dan Facebook untuk hal pembatasan konten hoax," kata Pengamat Telematika Abimanyu Wachjoewidajat dalam keterangannya, kemarin.

Menurut Pria yang akrab disapa Abah itu, belajar dari saat pilpres di AS beberapa waktu lalu, Google akan melakukan relay banning atas situs-situs berita palsu, sehingga tidak akan bisa lagi memanfaatkan keuntungan dari Adsense.  

"Tentu salah satu caranya adalah dengan menerima pengaduan dari user dan lingkungan netters dukungan untuk melakukan mass action cukup tinggi.  Lalu Google tinggal melakukan klarifikasi terhadap situs tersebut kalau terlihat seperti yang dilaporkan lansung ditutup tanpa warning ke ke situs yang bersangkutan," katanya.

"Memang situsnya tidak ditutup tetapi dengan berhentinya kucuran dana dari AdSense maka akan berkurang para opportunis yang menjadi situs berita palsu.  Apakah mereka akan membuka situs baru? mungkin saja tetapi dengan langkah yang sama maka cara ini lama-lama akan merugikan mereka karena membuka situs baru tidak semudah membalikkan tangan, ada effort," tambahnya.

Bagaimana dengan di Indonesia? "UU ITE mengusung kebebasan berpendapat dan tidak melarang orang merelay suatu informasi. Tetapi yang dilakukan Google atau Facebook ini lumayan bisa meredam nantinya berita hoax," katanya.(ak)