JAKARTA (IndoTelko) – Panitia Pengadaan Badan Usaha Pelaksana Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Jaringan Tulang Punggung Serat Optik Nasional Palapa Ring Paket Timur telah mengumumkan Konsorsium Moratelindo-IBS-Smart Telecom keluar sebagai pemenang beberapa waktu lalu.
Konsorsium yang anggotanya terafiliasi dengan Grup Sinar Mas ini berhasil mengalahkan Konsorsium XL-Indosat-Alita dengan nilai 85,98 dengan finansial total pengajuan Rp14 triliun.
“Konsorsium Indosat-XL-Alita tidak memenuhi syarat administrasi yang ditetapkan dalam pelelangan,” ungkap Ketua Panitia Pengadaan Badan Usaha Pelaksana Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Jaringan Tulang Punggung Serat Optik Nasional Palapa Ring Paket Timur Anang Latif kepada IndoTelko, Jumat (17/7).
Sayangnya, Anang enggan mengungkapkan syarat administrasi yang tak dipenuhi oleh operator besar di Indonesia itu dalam mengikuti pelelangan. “Kalau detailnya tidak boleh diungkapkan,” tutupnya.
Sekadar diketahui, paket timur dari proyek Palapa Ring sempat diubah skema kerjasama dan variabel perhitungan investasi oleh pemerintah karena faktor geografis di Papua lebih sulit dan kompleks. (Baca juga: Pemenang Paket Timur Palapa Ring)
Perubahan itu menjadikan hanya dua peserta lolos prakualifikasi yakni Konsorsium Moratelindo-IBS-Smart Telecom dan Konsorsium Indosat-XL-Alita yang memasukkan proposal, sedangkan Telkom walau lolos tahapan prakualifikasi memilih fokus mengembangkan sendiri infrastruktur serat optiknya di Indonesia bagian timur. (Baca juga: Peserta Palapa Ring Paket Timur)
Gagalnya Indosat dan XL berkontribusi dalam pembangunan backbone nasional ini seperti mengulang kisah lama sejak sembilan tahun lalu dimana Konsorsium Palapa Ring tak berhasil memenuhi janjinya membangun infrastruktur broadband itu. (Baca juga: Backbone milik Telkom)
Sekadar mengingatkan, beberapa tahun lalu pernah dibentuk Konsorsium Palapa Ring yang akan membangun serat optik internasional yang terdiri dari 7 cincin (ring) melingkupi 33 provinsi dan 460 kabupaten di Kawasan Timur Indonesia.
Proyek itu dulunya membutuhkan biaya sekitar US$ 225 juta terdiri dari 35.280 kilometer serat optik bawah laut (submarine cable) dan 21.708 kilometer serat optik bawah tanah (inland cable).
Awalnya proyek tersebut akan dibangun enam perusahaan yang tergabung dalam suatu konsorsium Palapa Ring. Keenam perusahaan itu berikut persentasi keikutsertaannya adalah PT Bakrie Telecom Tbk (13,3%), PT XL Axiata Tbk (13,3%), PT Indosat Tbk (13,3 persen), PT Infokom Elektrindo (termasuk PT Mobile-8 Telecom Tbk, 6,3%), PT Powertek Utama Internusa (representasi Linbrooke Worldwide Ltd sebesar 10%), dan porsi sisanya diambil Telkom.
Awalnya, dua perusahaan (Infokom Elektrindo dan Powertek Utama Internusa) mengundurkan diri sehingga menyisakan empat operator telekomunikasi mengerjakan proyek tersebut. Pada 2009, XL Axiata menyusul mengundurkan diri karena alasan keuangan belum sehat.
Melihat kondisi itu, Telkom akhirnya memutuskan membangun sendiri infrastruktur di Indonesia Timur memanfaatkan sebagian rute dari Palapa Ring dengan menggelar proyek sistem komunikasi kabel laut (SKKL) Sulawesi Maluku Papua Cable System (SMPCS). Sebagian kalangan menganggap SMPCS adalah tahap pertama dari Palapa Ring. (Baca juga: Proyek SMPCS)
Sementara proyek Palapa Ring yang telah dilelang pemerintah dibagi tiga paket. Pertama, adalah Paket Barat yang menjangkau wilayah Riau dan Kepulauan Riau (sampai dengan Pulau Natuna), dengan total panjang kabel serat optik sekitar 2.000 kilometer. Paket Barat dimenangkan oleh Konsorsium Mora Telematika Indonesia-Ketrosden Triasmitra.
Kedua, Paket Tengah yang menjangkau wilayah Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku Utara (sampai dengan Kepulauan Sangihe-Talaud) dengan total panjang kabel serat optik sekitar 2.700 kilometer. Pada Paket Tengah dimenangkan oleh Konsorsium Pandawa Lima.
Ketiga, Paket Timur yang menjangkau wilayah Nusa Tenggara Timur, Maluku, Papua Barat, dan Papua (sampai dengan pedalaman Papua) dengan total panjang kabel serat optik sekitar 6.300 kilometer.(id)