Operator Bisa Berikan Model Bisnis yang Sehat Bagi OTT

Muhammad Awaluddin (dok)

JAKARTA (IndoTelko) – Para pemain Over The Top (OTT) disarankan untuk tidak alergi beraliansi dengan operator telekomunikasi agar tercipta model bisnis yang sehat di era konvergensi.

“OTT jangan pandang operator sebagai musuh atau sebaliknya. Sekarang kan kesannya OTT hadir untuk mendisrupsi pasar yang sudah established dibangun operator. Di era konvergensi, tetap butuh model bisnis sehat,” tegas Direktur Enterprise dan Business Service Telkom Muhammad Awaluddin saat menjadi pembicara  pada Seminar Pentahelix : OTT dan Perkembangan Industri Telematika, belum lama ini.

Menurutnya, salah satu syarat terbentuknya model bisnis yang sehat antara OTT dan operator adalah regulator masuk mengintervensi dan menjadi fasilitator. “Tanpa ada peran regulator, susah dipaksa kedua kubu ini duduk bersama bicara model bisnis yang sehat. Kami berharap regulator bisa menjadi jembatan agar tercipat model bisnis yang sehat,” katanya.

Diungkapkannya, Telkom sebagai salah satu pelaku bisnis di industri telematika selama ini telah ikut berpartisipasi dan memfasilitasi pembentukan OTT di Indonesia.

Tiga area yang menjadi fokus Telkom dalam mendukung perkembangan OTT lokal adalah: Pertama, penyediaan jaringan broadband yang mencakup seluruh negeri (National Coverage Broadband Network).

Kedua, peyediaan pusat pengembangan inovasi dan kreativitas (Creativity and Innovation Center).

Ketiga, pembentukan ekosistem yang pengembangan masyarakat digital (Ecosystem for Digital Society Development) .

Melalui program Indonesia Digital Network (IDN), Telkom telah menjangkau sebagian besar wilayah Indonesia dengan infrastruktur broadband. Kawasan Indonesia Timur jug turut difasilitasi dengan Sulawesi-Maluku-Papua Cable System (SMPCS). Tahun 2020 Telkom menargetkan untuk menjangkau 100% Kota Kecamatan dengan Optical Transport.

Jaringan kabel tersebut masih disupport juga oleh satelit Telkom untuk menjangkau remote area.

Telkom telah menargetkan peluncuran Satelit Telkom 3S di tahun 2016 dan Telkom-4 di tahun 2018. Seluruh jaringan nasional Telkom tersebut juga tersambung langsung dengan Gateway Internasional yang akan sangat mempermudah OTT lokal dalam mengakses informasi atau bahkan memperluas pasarnya di persaingan OTT yang sifatnya borderless.

“Telkom sadar, dukungan pada industri OTT lokal tidak bisa hanya dari pembangunan fisik. Selain IDN Telkom juga mendukung OTT lokal melalui peningkatan kopetensi pelaku industri OTT dan penyiapan ekosistemnya,” katanya.

Penyediaan pusat pengembangan inovasi dan kreativitas dilakukan Telkom melalui program Indigo Creative Nation.

Dalam program tersebut Telkom berupaya menciptakan technopreneurs sebagai pelaku OTT baik skala domestik maupun global, melalui penyediaan wadah kreatif, mentorship, dan pendanaan dalam kegiatan inkubasi dan akselerasi.

Saat ini Telkom telah memiliki 3 Creative Centers dan 16 Creative Camps yang tersebar di beberapa kota besar di Indonesia. Di fasilitas tersebut Telkom aktif memprakarsai berbagai kegiatan yang mendukung perkembangan OTT lokal.

Berikutnya ada Indonesia Digital Entrepreneur (IndiPreneur), Kampung UKM Digital, Kampung Nelayan Digital dan Smart City Nusantara merupakan sebagian dari program Telkom untuk pembentukan masyarakat digital (digital society).

Dengan terbentuknya digital society, pemahaman dan pemanfaatan masyarakat akan produk dari OTT akan meningkat. Di sisi lain, Telkom juga mendorong OTT lokal sebagai penyedia konten  dalam program tersebut.

Sebut saja BosToko, e-Kelurahan, Jarvis Store, Grosir Bersama merupakan sebagian dari produk OTT lokal yang sudah bekerja sama dengan Telkom. “Itu semua bakti Telkom bagi negeri,” katanya.(id)